Share

Mengejar Cinta Pangeran Dingin
Mengejar Cinta Pangeran Dingin
Penulis: Beata Resa

Jolly Dwyne Kheswari

Pagi itu Jollly bersiap-siap pergi sekolah, ia melakukan berbagai ritual paginya. Mandi, menyiapkan buku, sarapan bersama keluarga, sudah menjadi rutinitas setiap hari. Pada umumnya kebanyakan orang touch up terlebih dahulu, tapi tidak untuk Jolly dia rasa jika sarapan dilakukan di akhir polesan make up dan kerapihan bajunya menjadi berkurang.

Push ... push ... push ... seperti biasa parfume adalah penutup dari segala ritual per make up-an.

“Semangat! hari ini gue siap berjuang lagi buat dapetin Segha, huh ....” Jolly menancapkan tangannya di depan cermin, sebagai simbol siap mendapatkan Shega Aedelmaer laki-laki belasteran Eropa berparas rupawan ini yang mampu memorak-morandakan hati Jolly, walaupun ia harus menyentuh binatang melata mematikan sekali pun ia siap korbankan demi Shega.

“JOLLY DWYNE KHESWARI ... udah jam berapa ini! Jangan kelamaan gaya, Pak Doyok udah nunggu lama di bawah.”

Jolly tersentak kala mendengar suara sang ratu yang memiliki kedudukan tertinggi seantero bumi, siapa lagi kalau bukan Purwari Kheswari istri dari Mike Dwyne. Dengan segala bahasa dan keangkuhannya ia mampu melawan siapa saja yang membantah aturannya, terkecuali belahan jiwanya seorang Mike Dwyne yang mampu meluluhkan hati seorang Ratu Purwa.

“Iya Bunda ratu, sabar dikit napa. Ah elah.” Jolly bersciepat menuruni tangga seraya menyembulkan bibir kekesalannya.

“Kamu ini mau jadi apa hah? Setiap pagi Bunda koar-koar marahin kamu biar berangkat sekolah tepat waktu. Gak bisa apa! Kamu manage kegiatan kamu sendiri? Kamu itu sudah besar, harusnya sudah bisa mengatur. Kalau gini terus masa depanmu gimana, Bunda yang ngatur juga? Kebanyakan main HP kam ....” Dengan tangkas Jolly meraih tangan wanita yang berbalut dress berwarna merah muda itu yang tak lain adalah bundanya.

“Amanat saya terima. Terima kasih,” ujarnya sebelum meninggalkan Bunda.

Jolly sudah cukup muak dengan ocehan bundanya, terpaksa ia harus meninggalkan Purwa yang masih dengan amarahnya. Jika tidak begini, ia pastikan akan semakin terlambat karena harus mendengar ocehan panjang yang di lontarkannya.

 Ia melesat menuju ke halaman rumah. Di sana terlihat Pak Doyok membukakan pintu mobil mempersilahkan Jolly masuk.

“Lebay deh Pak Doyok, ngapain pake dibukain segala sih, Lyly juga bisa kali,” gumam Jolly.

“Hehe, yaa ... gak gitu non. Saya kan di sini sebagai bawahan, jadi harus melayani Non Lyly,” ucap Pak Doyook santun.

“Hmm ....” Jolly melipatkan kedua tangan, kemudian ia memicingkan matanya tajam.

“Gini ya pak, sang penguasa di sini adalah Ibunda ratu Purwari Kheswari pasangan dari tuan Mike Dwyne.” Jollly menjelaskan dengan gaya tangan dan dan nada ciri khas bak pendongeng.

“Saya mah di sini sama aja Pak kaya bapak, hanya seorang rakyat biasa yang harus taat dan patuh pada peraturan ratu,” ucap Jolly melanjutkan.

Pak doyok menganga ganteng dengan hiasan kumis kumis tebalnya. Ia tertegun, anak dari atasannya berbicara seperti ini. Memang sudah tergambarkan kepribadian Jolly yang sangat baik dan rendah hati.

“Ayolah, Pak anterin Lyly ke sekolah, gak usah terpesona dengan kecantikan Lyly gitu ah, jadi pengen ngereog nih diliatin Pak Doyok.” Acting Jolly tersipu malu.

“Hehe, maaf Non. Kalau gitu mari saya antar.” Pak Doyok mempersilahkan Jolly agar memasuki mobil. Ia siap mengantarkannya menuju sekolah yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah.

***

Sampailah Jolly di parkiran sekolah, ia menundukkan sedikit kepalanya usai menutup pintu mobil.

“Terima kasih Pak Doyok, hati-hati di jalan,” pamit Jolly dengan santun.

Namun sontak Jolly terkejut kala bahunya ditubruk seseorang dari belakang.

“Heyy Nona Jolly, tumben bangen dateng telat bund, biasanya pagi-pagi buta udah siap di sekolah, buat lanjutin misi sang pelipur hati, siapa lagi kalo bukan?” Ucapan Dara menggantung.

“Shega Aedelmaer. Bahahahah,” sahut Nuna dan Pasha diiringi gelak tawa.

“Diem deh lo pada! Sebelum gue cabut giginya ampe abis,” ujar Jolly mengancam.

“Dih so jagoan lo?” ucap Dara, amarahnya mulai terpancing.

“Apa lo? Lu pikir gua gak berani! Lu doang mah gua sentil juga udah mati,” jawab Jolly meremehkan.

Dara merasa direndahkan oleh ucapan Jollly yang membuat ia naik pitam, dengan sigap tangannya sudah siap untuk menjambak rambut Jolly yang terurai lebat. Namun buru-buru Nana dan Pasha melerai keduanya.

“Cailaaa ... kalo lu mau ngajak jambak-jambakan doang, gua skiplah. Gak level banget eww.” Segera Jolly meninggalkan ketiga wanita yang banyak mulut. Ia rasa lebih berfaedah lagi kalau melanjutkan misinya untuk mendapatkan Shega.

Sudah hampir lima menit Jolly mencari Shega. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi saja ke kelasnya, karena lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Dengan tergesa-gesa ia berjalan ke arah kelasnya dengan perasaan kesal karena ia tak kunjung menemukan pria yang dia cari.

Dughh ... sontak tubuh Jolly terpental benda besar di tikungan pintu kelasnya, tulang ekor Jolly terasa nyeri setelah berciuman manja dengan lantai. Ia berusaha berdiri dan mencari benda apa yang baru saja menubruknya hinggaa terpental.

"Awhhh ..." Jolly mengerang kesakitan.

“Oh Tuhan, Shega? Lo ke mana aja dari tadi gua cariin.” Heboh Jolly dengan senyum merekah, akhirnya pria yang ia cari ketemu juga.

“Idih najis. Ngapain lo nyariin gue? Gak penting banget,” sahutnya sarkastis.

“Lo gak usah so ilfeel gitu deh sama gue. Lo juga sebenernya terpesona kan sama paras dan kecantkian gue? makannya sekarang ada di kelas gue pasti nyarrin juga tuh,” gumam Jolly dengan PD-nya.

“Gak usah kepedean!” ucapnya dengan nada menekan.

“Gak mungkin gue tertarik sama cewe childish dan manja kaya lo! Mikir dulu sebelum ngomong.” Shega mendorong kepala Jolly dengan telunjuknya. Kemudian dengan polosnya ia melewati Jolly begitu saja.

Jolly bergeming di depan pintu dengan tatapannya yang kosong.

“Haruskah aku seperti ini terus Tuhan? Aku sudah cukup lelah sebenarnya. Tapi aku berjanji, aku pasti bisa membahagiakan dia,batinnya dengan tatapan sendu.

Namun, seketika bibirnya kembali merekah, ia bertekad dan sangat yakin pasti ia bisa melewati semua ini. Sementara sesisi kelas yang menyaksikan keduanya melengak, mereka begitu keheranan dengan Jolly yang bersikeras untuk menadpatkan Shega.

 Bagaimana dengan keadaan Jolly? Tentu saja dia tetap baik-baik saja. Ia sudah biasa mendapatkan perlakuan kasar dan tak wajar dari Shega. Bahkan sudah sering dipermalukan olehnya pun itu sudah menjadi kebiasaan setiap hari baginya.

Pernah terjadi kala itu Jolly ingin membuat surprisse di hari ulang tahun Shega. Banyak pengorbanan yang ia lakukan untuk menyusun segala rencananya. Namun, yang ia dapatkan dari Shega bukan sebuah sambutan hangat atau bahkan ucapan terima kasih. Shega memperlakukan Jolly dengan acuh, tidak sama sekali mengharapkan surprisse itu. Dia mencerca, menghina, bahkan berani main tangan pada perempuan. Di sini Shega merasa dipermalukan olehnya karena Jolly melakukannya di muka umum, apa maksud Shega? Bukankah di sini Jolly yang harusnya merasa dipermalukan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status