Ran Xieya bangun dikeesokan harinya. Kedua kelopak matanya terbuka saat hari sudah mulai senja. Dia terperanjat setelah melihat keseluruh ruangannya, Ran Xieya mengingat jika ini kamar yang digunakannya selama di He Hua. Dia pun menghela nafas sembari berbaring kembali. “Tubuh Ran Xieya ini kumat lagi, kenapa tubuhmu sungguh lemah menahan energi spritual?” Keluhnya sembari meletakkan punggung tangannya kedahinya sendiri. Dia menatap langit-langit kamar. Bibir ranumnya mengatup dengan rapat. Tak lama Ran Xieya beranjak berdiri dari ranjang kasurnya. “Baise ... pasti sudah menghantarku kemari," ucap Ran Xieya sembari mengganti jubah dalam dengan yang baru serta jubah baru lainnya yang sudah disediakan diatas nakas meja. Rambut hitam legamnya sudah diikat oleh pita hitam, tanpa riasan tanpa perhiasan. Ran Xieya tetap seperti dulunya saat tiba di Shizu Ran, bedanya surai hitamnya tak ikut memanjang. Sama pendeknya dengan tampilan didunianya. Ran Xieya menghela napas, dia meraih stick
Ran Xieya yang masih berada digendongan Han Xue Tian menguap kecil “Engh...”Ia pun mengeratkan pegangan kedua tangannya pada leher Han Xue Tian, bahkan kini wajahnya sudah telungkup dalam ceruk leher Han Xue Tian itu.Kedua kelopak mata Ran Xieya terpejam, tampaknya ia nyaris tertidur.Kemudian, kilatan pedang lain terbang dengan cepat dengan hampir mengenai Ran Xieya..Srayyysshhhh..Pedang biru Han Xue Tian dengan cepat pula menangkis pedang lain itu, sepasang iris biru Han Xue Tian menatap dengan datar. Ia masih menggendong Ran Xieya dipunggungnya dengan mudah menahannya hanya dengan lengan kiri nan kekar itu.“Gege! Apa yang kau lakukan?! Memalukan!”Itu Han Fei Yi, bahkan serangan itu ulahnya pula.Han Xue Tian hanya diam dengan tenang, Ran Xieya sendiri sudah mendengkur dengan halus.“Dia itu hanya gadis gila yang akan mengancam He Hua! Gadis monster!”Pekik Han Fei Yi.Han Xue Tian tetap diam dengan tenang. Tak mengubris Han Fei Yi sama sekali.“Adik Fei... Kenapa gaduh?”Han S
“Kalian bertiga, sungguh berisik.” Tertegunlah ketiga bersaudara Han itu, Ran Xieya yang mereka kenal mendadak berubah. “Xieya...”Panggil Han Xue Tian. Ran Xieya memengangi dahinya “Tch. Aku tahu kau, diamlah. Aku kenal kalian semua, hanya jangan ikut campur dengan urusanku.”Ucap Ran Xieya sambil membuka pita yang mengikat surai pendeknya. Gadis itu menyibakkan surai hitam legamnya “Pinjami aku kuda kalian, atau kalian lebih senang melihatku mencurinya?”Ucap Ran Xieya kali ini sambil memainkan ujung gagang pedang Sen Ya miliknya. “Kau gadis kecil. Rasa dengkimu itu menjijikkan.”Ucap Ran Xieya seraya menunjuk Han Fei Yi dengan ujung pedangnya. “Kau—“ “Ya ya aku? Aku memang menyukai kakak keduamu itu. Saudara angkat bukan? Ya sama saja. Oh mungkin karena hal itu yang membuatmu tak masalah karena bukan saudara kandung, baiklah”Ran Xieya mengangguk “Tapi tak akan kuberikan Han Xue Tian itu padamu atau wanita manapun.”Ucapnya lagi diakhiri seringai yang licik. Telinga Han Xue Tian
“Oh ya ... Ra Byusha! Kukira kepalamu sudah terpisah dari tubuhmu.” Ran Xieya berucap ketus.Ra Byusha justru tersenyum hangat. “Benar, aku sendiri bahkan menggunakan tipuan kotor untuk menghindarimu," sahut Ra Byusha. Dia sudah tahu Ran Xieya berubah karena An Tian sedang merasukinya. Lian Xia Tian mengibas kipasnya. “Maka dari itu, kau membosankan Ra Byusha. Manusia yang menyia-nyiakan kekuatan untuk selalu lari dari masalah, apa hidup damaimu itu sudah usai? sampai mau mengangkat murid tak berguna ini?” ucap Lian Xia Tian melirik Ran Xieya sembari menutup sebagian wajahnya yang sedang tersenyum miring itu.“Benar, Tuan Iblis ini benar sekali," sahut Ran Xieya mengangguk.“Kalau begitu, aku permisi Xieya ... Kau gadis yang menarik," ucap Lian Xian Tian yang berangsur-angsur menghilang itu. Brukkk “Xieya!" Tubuh Ran Xieya itu dipegang oleh Han Xue Tian. “Maaf, aku hanya kelelahan," ucap Ran Xieya masih sempat terkekeh kecil karena melihat raut cemas Han Xue Tian itu. Pemuda beri
“Dengar!” teriak Ran Xieya lantang. Ia pun membuka pedangnya. “Namaku Ran Xieya, masih hidup dan sehat sampai saat ini. Putri kedua Ran, pewaris sah Shizu Ran. Sekarang mundur atau mati?” ancam Ran Xieya tak main-main. Dia menggengam Sen Ya dengan kokoh, siap menebas siapa pun yang akan menghadangnya.Namun tak lama Kedua mata magenta Ran Xieya bulat bergetar. Kala melihat, tubuh Ran Rinyou babak belur dan lemah. Tubuh itu malah dihadapkan pada Ran Xieya sebagai sandera.“Rin ...you ...," Bibir Ran Xieya bergetar. Dia mengepalkan kedua tangannya, Sang Kakak yang terikat tak berdaya dengan sengaja diperlihatkan oleh Ran Xieya sebagai ancamannya.Han Xue Tian langsung menarik pergelangan tangan Ran Xieya. “Kumohon, jangan gegabah," ucap Han Xue Tian.Ran Xieya menatap dengan merasa bersalah dengan tuan muda kedua Han ini, dia pun mengangguk dengan pelan. "Baiklah," sahut Ran Xieya.Pria itu tertawa melihat Ran Xieya. “Bagaimana? Ingin melihat Ran Rinyou ini mati?”“Dia keponakanmu juga
“A-Zhen! pergi dari sini!” Ran Xieya berusaha bangkit berdiri dengan meremat erat gagang Sen Ya. “Pergi!” teriak Ran Xieya lagi pada gadis itu. "Tidak Bibi!" Ran Hua Zhen menggeleng, dia malah memanah pria itu walaupun tak berefek apa-apa padanya. “Eh ... Ada tikus kecil lainnya.” Ran Xieya, berusaha tetap bangkit. Dia harus bertarung, jika tidak Ran Hua Zhen akan habis ditangan pria gila berbaju zirah itu. “Kekuatannya tidak main-main.” Ran Xieya berucap sambil meringis kecil. Dia pun kembali bergerak. Satu ayunan pedangnya mengenai lipatan paha dan siku, karena pakaian zirah itu tak membalut bagian tersebut. Ran Xieya kembali melesatkan serangannya bertubi-tubi hingga luka-luka itu berhasil membuat pria berbaju zirah itu bertekuk lutut. “Ambisimu tak salah, hanya saja sasaranmu salah, namun kakakku dan keluarga kami tidak berhak menanggung nafsu kekuasaanmu," ucap Ran Xieya sambil bersiap dengan meluruskan pedang Sen Ya nya yang mengkilap berwarna magenta. Seiras dengan kedua
“Kau mengasihi orang yang akan mati. Menjijikkan.”Han Xue Tian duduk disebelah Ran Xieya, dia meletakkan lilin itu didepan mereka. Pemuda berraut datar itu menoleh ke arah Ran Xieya.Ran Xieya mengangguk sambil memengang tangan lebar Han Xue Tian. “Dugaanku benar, sebagai orang yang terkenal dengan kekuatannya. Kau tak mungkin mengalah dengan seranganku begitu mudahnya.”"Kau sengaja melakukannya!" bentak Xiaoying.Dalam keheningan yang membelenggu, ada jeda keheningan antara keduanya. Ran Xieya engga berucap namun hanya diam dengan pikiran berkecamuknya sendiri. Cahaya remang-remang dari obor langit-langit yang redup menyinari. Kedua mata Ran Xieya bercahaya magenta yang berkilau menatap Xiaoying.Xiaoying, di sudut sel sempit, dia duduk bersandar di dinding yang rapuh. Matanya yang pernah penuh ambisi kini terlihat redup, seolah kehidupannya telah dicabut dan dihunjamkan di balik jeruji besi. Kemudian ia menoleh mendapati sepasang iris mata bercahaya magenta tengah menatapnya, Pria
"Xieya, menangislah, tidak mengapa," ucap Han Xue Tian lembut. Ran Xieya mengangguk kemudian beralih menanggahkan pandangannya untuk menatap Han Xue Tian. "Aku mau pergi ke suatu tempat yang bisa membuatku tenang," ucap Ran Xieya. Bagi Han Xue Tian, itu seperti sebuah perintah baginya. "Baiklah," sahut Han Xue Tian mengangguk kemudian Pria Bermata Biru itu menggendong Ran Xieya seperti pegantinnya. "Kita pergi ke danau teratai." Han Xue Tian berucap sembari menggendong Ran Xieya dengan mudah. Kedua tangan Ran Xieya melingkari leher jenjang Han Xue Tian. "Hm," gumam Ran Xieya mengangguk. Wajahnya bersembunyi di dada bidang Han Xue Tian, membiarkan Pemuda itu membawanya keluar dari Istana kemudian melesat cepat menuju ke sebuah tempat. Di tepi danau yang tenang, matahari senja perlahan tenggelam di balik perbukitan, menyisakan warna jingga dan merah yang menghiasi langit. Angin sepoi-sepoi menyapu lembut rambut Ran Xieya yang tergerai, masih tercipta suasana hening antara keduanya