"Xieya, menangislah, tidak mengapa," ucap Han Xue Tian lembut. Ran Xieya mengangguk kemudian beralih menanggahkan pandangannya untuk menatap Han Xue Tian. "Aku mau pergi ke suatu tempat yang bisa membuatku tenang," ucap Ran Xieya. Bagi Han Xue Tian, itu seperti sebuah perintah baginya. "Baiklah," sahut Han Xue Tian mengangguk kemudian Pria Bermata Biru itu menggendong Ran Xieya seperti pegantinnya. "Kita pergi ke danau teratai." Han Xue Tian berucap sembari menggendong Ran Xieya dengan mudah. Kedua tangan Ran Xieya melingkari leher jenjang Han Xue Tian. "Hm," gumam Ran Xieya mengangguk. Wajahnya bersembunyi di dada bidang Han Xue Tian, membiarkan Pemuda itu membawanya keluar dari Istana kemudian melesat cepat menuju ke sebuah tempat. Di tepi danau yang tenang, matahari senja perlahan tenggelam di balik perbukitan, menyisakan warna jingga dan merah yang menghiasi langit. Angin sepoi-sepoi menyapu lembut rambut Ran Xieya yang tergerai, masih tercipta suasana hening antara keduanya
"Xieya, kenapa?" tanya Han Xue Tian cemas.Ran Xieya menggeleng. "Tidak apa, aku baik-baik saja," jawab Ran Xieya dusta. Energi dari An Tian dalam jiwanya bergetar hendak keluar namun Ran Xieya menahan diri karena Ran Rinyou yang terluka itu sedang dalam ambang bahaya."Ayo, kita harus segera bergegas," ucap Ran Xieya dengan was-was.Racun itu, yang dulunya hanya sebatas legenda, tapi tampaknya kini mulai memengaruhi Ran Rinyou dan merusak sistem kekebalannya. Semua tabib dan dukun kerajaan sudah dikerahkan dengan segala cara untuk menyelamatkannya, tetapi racun tersebut begitu kuat sehingga sulit untuk diatasi. "Bagaimana ini bisa terjadi pada kakakku?" tanya Ran Xieya dengan nada meninggi.Dia murka, sebagai pewaris kedua setelah Putra Mahkota. Ran Xieya tak menerima takhta karena kematian kakaknya. Seluruh tetua di aula istana tak berani menatap Putri reinkarnasi An Tian itu yang tengah murka. "Itu semua karena siksaan oleh Tuan Xiaoying," ucap Penasehat Kerajaan."Bagaimana kau
Pria itu tersenyum kecil menatap Ran Xieya yang telah berkaca-kaca itu. Dia lebih mau menemani saudarinya tumbuh jadi ratu yang teladan. "Xieya dengar, Shizu Ran membutuhkanmu," ucap Ran Rinyou. "Hentikan, kumohon, hentikan ..." Ran Xieya menahan ucapannya saat tangan Ran Rinyou menyentuhnya. "Kematian akan datang menghampiriku," ucap Ran Rinyou tabah. "Titip Jia dan anak kami," ucap Ran Rinyou. Senyum yang dulu menghiasi wajahnya, kini pudar ditelan oleh rasa sakit yang menghantui setiap detiknya. Di dalam hatinya, Ran Rinyou sebenarnya juga merasakan ketakutan yang tak terhingga. Setiap detiknya dihabiskan dalam perang melawan penyakit yang merajalela di tubuhnya. Rasa takut akan kehilangan kendali, kehilangan masa depan, dan kehilangan dirinya sendiri membayangi setiap gerakannya. Terutama takhta yang sudah ada padanya harus segera tiada. "Suamiku, tidak! apa yang menimpamu!" jerit Jhan Jia. Permaisuri saat ini, istri dari Ran Rinyou yang tampak kurus dari sebelumnya, Jhan Jia
Di suatu malam yang gelap pada ruangan berdinding bambu. Ran Xieya duduk di depan meja petak rendah yang dikelilingi oleh gemerlap lilin-lilin yang redup. Wajahnya yang cantik kini dipenuhi dengan ekspresi kekhawatiran yang mendalam. Rambut panjangnya yang hitam seperti malam terurai dengan anggun, tetapi matanya memancarkan kelelahan."Jika aku memaksakan eksekusi, bagaimana jika sebenarnya Ayah bukan pelakunya?" Ran Xieya bergumam sendiri.Dia merasa pusing dan kelelahan, seperti beban dunia diletakkan di pundaknya sendiri. Pilihan yang harus diambilnya tampak begitu sulit, dan tiap keputusan membawa konsekuensi yang besar. "Bagaimana aku bisa menerima takhta dengan keadaan seperti ini?" "Xieya," ucap Han Xue Tian, belakangan merangkap jadi ajudan pribadinya.Ran Xieya menoleh mendapati Pria Rupawan itu tengah membawa nampan berisi teko teh yang masih mengepul, aromanya harum dan nyaman. "Kenapa bersusah payah?" Ran Xieya tersenyum hambar mendapati kekasihnya membawa teh hangat itu
Sosok yang manis bersurai hitam panjang tengah duduk disebuah gazebo, sambil menganyam sebuah kain ayaman dengan bersusah payah.“Aduh ...," ucap Ran Xieya untuk ketiga kalinya, jemari tangan kecil itu tertusuk oleh jarum. Akhirnya, dia meletakkan anyaman itu untuk menghela nafas. Kedua kelopak matanya pun dipejamkan, perlahan datang angin yang berhembus lembut. Di pagi hari yang cerah. Wanita manis itu menikmati paginya.“Xieya!" Putra Kedua Klan Han tiba tergopoh-gopoh, bahkan jubah biru tuanya tak lagi diangkat untuk melewati tanah becek sehabis hujan semalaman.Ran Xieya berdiri sedikit kesulitan, raut wajahnya meringis pelan. "Xue Tian," gumam Ran Xieya.“Jangan dipaksakan," ucap Han Xue Tian langsung memengangi kedua lengannya, kemudian membawa Ran Xieya kembali untuk duduk.“Hm~ aku baik-baik saja kok," sahut Ran Xieya menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Han Xue Tian yang lebar itu, kemudian membawa tangan besar Han Xue Tian menuju perutnya yang keram. “Ssssttt," Ran Xieya m
"Dengan ini perintah penahanan buron dikeluarkan, siapapun yang bisa menemukan mantan guru Verna akan menerima imbalan besar dari kerajaan Shizu Ran," ucap Ran Xieya akhirnya memutuskan. Ran Xieya tidak ingin ketimpangan hukum atas pelaku dari kematian Ran Rinyou, ia pun memutuskan untuk memperpanjang penyelidikan dan menahan Xiaoying. Satu tahun ini Ran Xieya memberi perubahan untuk Shizu Ran, ia memangkas pajak untuk rakyat, bekerja sama dengan seluruh Klan untuk memperkuat pertahanan di perbatasan Dunia manusia dan iblis. Ran Xieya satu-satunya orang yang diterima kehadirannya di dunia manusia maupun Iblis jadi ia sendiri yang harus memantau keduanya. Pekerjaannya jadi ganda sejak menaiki takhta dan seperti biasa, Lian Xia Tian yang seharusnya tetap memimpin Klan Iblis hilang bersembunyi. Pada malam yang tenang, ketika para prajurit dan penjaga istirahat, Ran Xieya duduk sendiri di ruangan kecilnya. Matanya memandang keluar jendela, membiarkan pikirannya melayang jauh, memikirka
"Xue Tian, seharusnya tidak perlu terjebak denganku, aku hanya kemalangan," ucap Ran Xieya murung.Han Xue Tian menangkup wajah Ran Xieya agar menatapnya. "Tidak, kau berkah surgawi," sahut Han Xue Tian. Ran Xieya tersenyum lembut sembari meraih kedua tangannya yang sedang memengang wajahnya itu. "Kau sangat gigih.""Maka dari itu, kumohon menikahlah denganku,""Baiklah," sahut Ran Xieya tersenyum haru...Kabar mengenai pernikahan penguasa takhta terbaru bersama ksatria dari Klan Han merebah luas. Upacara pernikahan diadakan di bawah sinar matahari yang bersinar cerah, dan seluruh kerajaan bersaksi atas kebahagiaan mereka. Ran Xieya dengan hati yang haru menatap dirinya menggunakan jubah merah. "Jie, cantik sekali," puji Ran Hua Zhen, saudari bungsu dari Ran Xieya. Ran Xieya menggeleng. "Ini akan jadi kisah yang baru A-Zhen, Klan Ran dan Han akan bersatu," ucap Ran Xieya menoleh menatap Ran Hua Zhen yang membantunya berdandan. "Jie, kabarnya Tuan Kedua Han sudah tiba, kita harus
"Yang Mulia, seorang utusan dari Kerajaan Iblis hendak menemui Anda," "Siapa?"Ran Xieya beranjak berdiri. Ia menggeser pintu kayu dan menatap prajuritnya yang sedang berlutut. "Katakan di mana dia?" tanya Ran Xieya dingin."Ampun, yang mulia, utusan Kerajaan Iblis ada di depan gerbang," jawab Prajurit.Ran Xieya baru saja hendak menghampiri utusan tersebut namun Han Xue Tian lebih dulu menyampirkan jubah tebal pada tubuh Ran Xieya. Tatapannya cemas namun mendampingi istrinya itu. "Xieya, ini sudah malam, dingin," ucap lembut Han Xue Tian.Ran Xieya mengangguk. "Aku hanya akan menemuinya," sahut Ran Xieya."Aku ikut bersamamu," ucap Han Xue Tian. Keduanya berjalan beriringan menuju gerbang istana Ran. Malam dengan udara yang sejuk, Ran Xieya menatap seorang pemuda tengah berlutut padanya. Pemuda bertopeng hitam itu tampak asing bagi Ran Xieya yang sering keluar masuk ke dunia iblis."Katakan siapa kau?" tanya Ran Xieya."Hamba, Putra yang diangkat oleh Master Lian Xia Tian," jawabny