"Tian-Tian mengikuti anak-anak itu ke sana, padahal aku sudah mencegahnya tapi dia tidak mau," sadu Ran Feng Zhi. "Oh tidak, tidak," ucap Ran Hua Zhen panik. "Tenanglah, kita pasti menemukannya," ucap Shin Chen Jun sembari memengang kedua bahu Ran Hua Zhen. Bunyi derapan langkah kuda pun terdengar dari arah belakang mereka. Itu Han Xue Tian tiba dengan menunggangi kudanya. Ia menatap Ran Hua Zhen dengan panik. "Kemana putraku?" tanyanya seolah tahu. "Aku juga sedang mencarinya!" bentak Ran Hua Zhen. "Aku tidak bisa merasakan jimat itu dari anakku, kau bilang akan menjaganya," ucap Han Xue Tian dingin pada Ran Hua Zhen. Ran Hua Zhen bergidik takut karena Han Xue Tian benar-benar murka padanya namun Shin Chen Jun segera menghadang dan menegahi. "Tenanglah, Tuan Muda Kedua Han, ini bukan kesalahan siapapun, selagi masih dekat lebih baik kita cari Tian-Tian," usul Shin Chen Jun. Han Xue Tian langsung beranjak menyusuri pasar seorang diri. "Dia tetap anakku," tegas Han Xue Tian pa
"Xieya, Xieya, kau masih hidup," ucap Han Xue Tian memeluknya. Dalam bingung Ran Xieya merasakan kehangatan yang janggal. Ia tersadar kemudian mendorong Pria itu. "Maaf, Tuan, Anda salah mengenal orang," tolak Wanita itu. "Die di, itu Die di-ku," gumam Tian-Tian lirih namun menatap takut ayahnya sendiri. Wanita itu menurunkan Tian-Tian dari gendongannya. "Namaku Yue, aku bukan Xieya, maaf tampaknya Anda salah mengenal dan satu nasihatku untukmu Tuan, berkah memiliki seorang Anak tak bisa dimiliki semua orang maka dari itu jagalah kebahagian anakmu," ucap Yue. Wanita bermata magenta itu.Bagai disambar petir di tengah hari, Han Xue Tian tak mungkin melupakan wajah dari istrinya. Wanita itu sangat seiras dengan Ran Xieya bahkan sudah jadi sosok Ran Xieya. Han Xue Tian menatap dengan tatapan yang sulit di artikan. "Die di ... Die di," gumam Tian-Tian sembari menarik ujung jubah ayahnya itu.Han Xue Tian menoleh ke hadapan putranya. Bocah lelaki kecil itu sudah berkaca-kaca dan nyaris
"Aku harap kau mengerti Yue, karena Iblis seperti Lian Xia Tian sedang gencar memburumu, aku hanya mau memastikan keselamatanmu," ucap Guan Yu. Pria itu tak menuruni singasana emasnya, ia hanya duduk sembari menompang dagunya menatap Yue yang sedang bersipu padanya itu.Pria ini jadi alasan Yue menaiki takhta sebagai dewi yang baru. Yue jadi kesayangannya, meski Yue kerapkali keras kepala karena sangat mencintai manusia daripada dewa dan dewi yang lainnya. Yue tidak diketahui asal usul sebelum menaiki takhta atau Pria ini sengaja merahasiakannya, lagipula Yue tak pernah bertanya mengenai asal usulnya. Membuat Pria ini menyukai Yue. Dewi baru yang memiliki peringkat paling rendah. Yue mengangguk sembari membungkuk hormat pada Pria itu. Ia tak bisa membantah petinggi surgawi seperti Pria ini. "Baik, Yang Mulia," sahut Yue."Kalau begitu, aku harap kau tidak sering mendatangi dunia manusia," peringat Guan Yu. Yue memberi hormat. Pertemuannya usai dengan Yue yang membalikkan tubuhnya. K
"Dasar gila!" cibir Yue."Aku memang tergila-gila padamu sejak dulu namun aku dipihakmu," ucap Pria itu."Apa yang kau mau?""Kau, aku mau kau,"Yue nyaris lelah menghadapi Pria itu. "Pergilah, aku tak memiliki urusan denganmu!""Kau tentu punya, kau bukan Yue, kau hanya dijebak oleh Guan Yu ... ingatanmu sirna, Ran Xieya," ucap Pria itu keras kepala. Yue terpaksa mengambil langkah keras, ia mendorong Pria itu kemudian mengayunkan pedangnya meski tak mengenai Pria itu. Yue tak mau terlibat masalah dengan Iblis. Ia juga tak mengerti ocehan Pria itu padanya. "Pergilah, aku masih bermurah hati untuk tidak menyeretmu pada yang mulia," ancam Yue dengan tatapan tajamnya. "Tentu, aku akan pergi namun renungkanlah kembali, kau pasti merasa tak seharusnya di sini, Xieya," ucap Pria itu sembari beranjak pergi. Ia menghilang dalam bayangan malam. Yue kini seorang diri kemudian duduk di pinggir ranjangnya. Ia menghela napas cukup panjang kemudian mengusak wajah jelitanya itu dengan kasar. Yue
"Aku cukup gerah dengan kerajaan kejam ini, siapa penguasanya?" celetuk Yue."Aku ... akulah penguasanya," sahut seorang Wanita yang muncul dengan gerombolan pasukan berjubah hitamnya.Yue membalikkan tubuhnya dengan tatapan tajamnya. "Oh, kebetulan sekali, begini rupanya tampang pemaksa sepertimu," tantang Yue. "Tajam juga lidahmu, Wanita asing!" bentak Wanita itu.Yue tak gentar mundur, ia justru bersiap memasang tubuh untuk memulai pertarungan namun Bai dan Dewa Jing Xiu langsung mencegah Yue. "Ingatlah kita tak boleh bertikai dengan manusia, itu sumpah kita," ucap Dewa Jing Xiu panik sendiri. "Yang Mulia, itu benar ... tenanglah, kita tak bisa melawan mahluk fana," cegah Bai juga berusaha menghadang Yue.Yue mengabaikan Bai dan Jing Xiu. Ia menghadapi Wanita itu sehingga pertarungan tak bisa dihindari. Yue menangkis serangan Wanita itu dengan tangan kosongnya, Yue berusaha kerasa agar tak mengeluarkan senjata atau melukai wanita itu. Pertarungan semakin sengit hingga tudung yang
"Kami mencarimu ke seluruh wilayah namun siapa sangka, justru Anda tiba lebih dulu." Jing Xiu berucap sembari mendekati Ran Xieya yang sedari tadi berdiri di depan sebuah hutan kawasan Iblis.Ran Xieya tersenyum sekenanya. "Kabut tadi memisahkan kita, jadi aku berusaha mencapai perbatasan seorang diri," ucap Ran Xieya. Dalam kedalaman hutan yang sunyi, terdapat sebuah kediaman yang dipenuhi oleh kegelapan. Di dalamnya, sebuah kekuatan jahat merajalela, menyerap kehidupan dari segala yang mencoba mendekat. "Ingat kita hanya menyelidiki bukan berbuat hal selain itu," ucap Jing Xiu memperingati Ran Xieya.Ran Xieya terkekeh pelan. "Kalau yang tadi maaf, aku kelepasan," sahutnya."Omong-omong siapa Tuan tadi yang melempar bom kabut? tampaknya Pria itu menarik Yang Mulia melarikan diri juga," selidik Bai, pengawal Ran Xieya."Dia ksatria yang menjaga perdamaian, tampaknya," ucap Ran Xieya sembari memasuki lorong gelap menuju pusat kegelapan. "Tunggu, apa kau yakin ini cara memasuki kota
"Selamat datang, apakah kau sudah merindukanku jadi menemuiku lebih cepat dari yang aku duga, Ran Xieya?" tanya Suara berat dan lembut secara bersamaan itu.Yue terperanjat, seharusnya ia menghindari ancaman sebesar ini karena mengingat misinya hanya untuk mengawasi dan menyelidiki Kerajaan Iblis yang selalu membuat onar dengan manusia. Yue justru mendapati penguasanya yang datang mendekatinya, mereka jelas-jelas sudah ketahuan.Yue setidaknya bernapas lega saat menyadari jika Bai Si Pengawalnya dan Jing Xiu sudah berhasil melarikan diri. "Jadi kau mau mengurungku?" sergah Yue sembari bersiap untuk menyerang.Seulas senyuman dari Lian Xia Tian menatap Yue. Seharusnya Sang penguasa ini murka atau menyerangnya karena sebagai penduduk surgawi sudah lancang memasuki wilayahnya tapi Lian Xia Tian melesat cepat mendekati Yue sembari memeluknya. "Tidak sama sekali," ucap Lian Xia Tian sembari menggeleng. "Justru aku senang kau datang kemari, Yue," ucapnya. "Ini sungguh tidak pantas," elak
Suara cicitan burung yang riuh di pagi hari. Berkas cahaya mentari masuk melalui cela jendela kaca. Sepasang mata magenta terbuka dengan perlahan. Ia perlahan-lahan mengeram sembari meregangkan tubuhnya. Wanita itu bingung mendapati dirinya di dalam sebuah kamar apartemen mewah. Ia bisa lihat gedung-gedung pencakar langit dari apartemen ini."Aku di mana?" tanya Wanita muda itu bingung."Xieya, selamat pagi," ucap Han Xue Tian muncul dari balik pintu sembari membawakan nampan berisi secangkir teh hangat."Xieya? kita di mana? mengapa pakaian kita dan tempat ini aneh?" tanya Yue keheranan.Han Xue Tian dengan sabar meletakkan secangkir teh itu di atas nakas meja. Ia duduk didekat Yue dengan perlahan. "Inilah dunia asalmu, Xieya, kamu ... sebenarnya Ran Xieya, kamu juga Senna Cassia Anguistfolia, kamu istri dan ibu dari Tian-Tian anak kita, selama ini Guan Yuu memperdayamu dengan mantera pengikat kenangan," ucap Han Xue Tian.Yue menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin!" jerit Yue."Die