"Apakah lelaki itu adalah suami dari artis terkenal itu?" tebak Azriel cepat.
Nayra membeku.
"Jawab, Nay!" Azriel memegang tangan Nayra.
"Ya. Saya suaminya Nayra."
Nayra dan Azriel berpaling ke sumber suara. Sudah berdiri Saga tanpa kacamata dan masker. Lelaki itu balas menatap Azriel dengan tenang.
Saga mendekat. "Kenapa memang jika suami Nayra itu adalah aku?" Dia menghujam mata Azriel yang langsung berdiri menghadang Saga. Mata kedua lelaki itu beradu pandang. Mereka berusaha saling menjatuhkan lewat tatapan.
Nayra terkesima. Begitu juga dengan para pengunjung restoran. Walau pun bukan seorang artis. Namun, semua orang tahu jika Banyu Sagara adalah suami dari Adela Cinta. Artis papan atas di Indonesia.
Sontak suara riuh rendah mulai terdengar. Beberapa orang mulai mengarahkan kamera ponselnya pada wajah Nayra atau pun Saga. Ada juga yang berbisik-bisik
Saga kembali masuk kantor. Dia baru saja usai makan siang di luar bersama sekretarisnya. Dirinya agak heran melihat karyawannya masih tampak santai. Padahal jam istirahat siang sudah berakhir dari beberapa menit yang lalu.Para karyawan tidak menyadari kehadiran Saga. Ada yang menggerombol dan asyik bercanda. Ada pula yang sudah duduk di meja kubikelnya. Namun, masih santai berbincang. Kebanyakan dari mereka tengah menatap layar ponselnya.Tadinya Saga ingin abai. Namun, saat mendengar nama Dela, Nayra, serta dirinya disebut, lelaki itu menghentikan langkah. Dia mengurungkan niat menuju ruang kerja."Gak nyangka ya sama Bapak Saga. Istri secantik, sepintar, dan sekaya Adela Cinta, masih saja diduakan.""Iya, mana istri keduanya itu ternyata asistennya Adela Cinta, coba. Bener-bener payah seleranya Bapak Saga.""Hanya karena gak bisa kasih keturunan sampai tega nikahin
"Nayra?!"Nayra mengangkat wajah. Azriel dan Bik Ati menatapnya cemas. Berarti seseorang yang ia tubruk barusan adalah Azriel."Kamu gak papa, Nay?" Azriel gegas jongkok untuk menolong. Sedangkan Bik Ati membeku melihat darah merembes dari paha Nayra."Ini sakit banget, Ziel," desis Nayra dengan tangan mencengkeram lengan Azriel."Cepat tolong selamatkan Non Nayra, Mas!" desak Bik Ari mengguncang lengan Azriel.Azriel tergagap. Sungguh dia pun sebenarnya sangat takut jika melihat darah. Namun, demi melihat wajah pucat Nayra, pemuda itu tidak dapat menolak."Sa-kiiit ...." Nayra merintih."Tolong jangan bicara lagi, Nay. Ini hanya akan membuatku semakin panik," pinta Azriel kalut.Tangannya yang gemetar meraih pundak Nayra. Pemuda itu mengangkat tubuh wanita yang terus saja mendesis kesakitan itu. Orang-orang yang mengerubungi membelah diri
"Pak Saga, Bapak baik-baik saja?" tanya Bik Ati peduli. Wanita itu cukup cemas melihat sang bos terkulai bingung di daun pintu.Saga tersadar dari syoknya. "Aku akan segera ke sana." Dia memutuskan segera. Lelaki itu masuk tanpa bicara lagi pada pelayannya."Ada apa, Ga?" tanya Dela sambil mengernyitkan dahi.Dia begitu heran melihat Saga kembali dengan terbirit-birit dan langsung membuka pintu lemari. Suaminya menarik handuk lalu melangkah tergesa menuju kamar mandi."Nayra kena musibah. Dia lagi ada di rumah sakit," jawab Saga sebelum membuka gagang pintu.Entah kenapa Dela bahagia mendengarnya. Sudut bibir perempuan itu berkedut kecil. Jika sedang tidak berhadapan dengan Saga, dia ingin bersorak gembira."Memangnya apa yang terjadi?" Dela berpura-pura peduli. Dia memunguti pakaiannya, lalu mulai memakainya&
"Davi tungguuu!" Saga berseru. Ketika sang adik ipar dan temannya tidak juga berhenti, Saga terburu mengejarnya. "Di mana kamar Nayra?" cecar Saga mencegat Davi. Tangannya memegang kuat pundak pemuda itu. Sementara matanya menatap lekat.Davi yang sudah mulai tidak respek, mengibas pundaknya. "Ngapain nanyain kakakku? Toh prioritas kalian itu cuma bayinya," sindir Davi telak. Pandangannya juga tidak kalah tajam dari Saga.Saga tertohok mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Davi. "Tolong maafkan kami." Suara Saga mulai melembut."Aku udah gak percaya lagi sama kamu, Mas." Davi menyergah sebal, "bukannya menjaga istri yang tengah mengandung keturunanmu, kamu malah sibuk ngurusin dia terus," cerca Davi sambil melirik ke Dela."Sadar diri, ya! Istri sahnya Saga itu aku, bukan kakakmu." Dela yang tidak terima langsung menyela."Dela sabar! I
"Alhamdulillah!"Nayra meraupkan kedua tangannya pada wajah. Air matanya merembes. Namun, ini air mata kebahagiaan dan haru. Anaknya baru saja lolos dari maut."Aku ingin ketemu bayiku, Vi." Nayra merengek. Ia ingin sekali melihat rupa putrinya. Dalam mimpi wajah sang putri terlihat samar."Nanti kalo Mbak Nayra pulih, kita lihat bareng, ya." Davi berusaha membujuk dengan lembut.Nayra mengangguk manut. Pengaruh anastesi sudah mulai menghilang. Wanita itu meringis menahan perih. Gelenyar pedih terasa di perut bekas sayatan operasi.Untuk menyamarkan sakit, dirinya memilih memejam kembali. Sesekali menghirup napas panjang dan membuangnya perlahan. Hingga akhirnya Nayra kembali terlelap.Sementara itu Azriel yang kepayahan dari tadi siang merasa amat lelah. Pemuda itu merebahkan tubuh pada sofa kecil
Dela tampak bahagia menimang bayi yang ia klaim sebagai anaknya. Dia yang sedari kecil tidak pernah menyukai anak-anak, mendadak gemas melihat bayi itu. Apalagi bayi Nayra sangat cantik dengan paras cenderung mirip dengan Saga."Eaaak!" Bayi kecil itu menggeliat. Sepertinya mahluk mungil itu merasa terganggu saat hidung Dela berkali-kali mengendus pipinya dengan gemas."Mbak Dela, tolong kembalikan Abrina padaku. Biar aku susuin dia," pinta Nayra ketika mendengar Abrina terus menangis.Dela menoleh pada Nayra dengan menyipit tajam. "Apa kamu bilang? Abrina? Siapa itu Abrina? Bayi ini akan kami namakan Lovely," tandasnya tegas. Tangannya terus saja menepuk-nepuk bayi dalam gendongan."Aku ibunya, aku juga berhak memberi dia nama." Kali ini Nayra berani melawan."Apa kamu bilang?" Mata Dela kian lebar menatap Nayra. "Gak ingat Saga beli kam
Kehadiran Ibu Ida benar-benar membuat Nayra bahagia. Wanita itu dapat merasakan seutuhnya memiliki Saga.Setiap malam sang suami menemaninya bergadang. Saga bahkan tidak sungkan untuk memijat jika Nayra mengeluh pegal-pegal. Lelaki itu juga royal menghujani sang istri dengan berbagai hadiah yang lumayan mahal.Kebahagiaan Nayra kian berlipat karena pada siang hari, sang mertua akan memperlakukannya seperti seorang ratu."Kamu tidak perlu repot-repot di dapur, asuh saja Abrina," larang Ibu Ida ketika mendapati Nayra tengah berkutat membuat makanan."Bina sedang tidur, Bu." Nayra yang ngeyel tetap mengiris bumbu."Ya, sudah kamu istirahat siang." Ibu Ida tidak kalah ngotot saat mengusir."Saya sudah tidur siang selama dua jam tadi. Makanya ini mau buat makan malam.""Gak usah! Ibu gak mau kamu kecapekan." Ibu Ida menegaskan, "kalo kamu lelah, ASI yang keluar
Nayra menunggu kepulangan Abrina di dapur. Untuk memangkas waktu dia sengaja menyibukkan diri dengan memasak makanan. Ditemani Bik Ati, dirinya berhasil menghidangkan empat menu makanan sekaligus. Tepat tiga jam dalam penantian, akhirnya orang yang ditunggu pun pulang.Dela tampak menggendong Abrina yang sedang terlelap. Sementara di belakang, Saga mengikuti sembari menyangklong tas berisi perlengkapan Abrina."Siapkan makan siang, Nay. Laper nih kita!" titah Dela begitu Nayra menyongsong kedatangannya."Bina bagaimana, Mbak?" tanya Nayra mendekat."Dia baik-baik saja. Ini lagi tidur." Dela menjawab ketus dengan tangan yang defensif. Dia berusaha menghalangi Nayra yang hendak menyentuh putrinya sendiri."Biasanya Bina nangis dan rewel kalo habis disuntik.""Nih buktinya enggak." Dela menyahut dengan terus mela