Namun, perempuan itu tetap membuang muka. Tak ingin melihat wajah memelas yang sedang Justin perlihatkan padanya.“Oke, kalau kamu nggak mau lihat aku. Aku mau minta maaf. Aku memang laki-laki brengsek yang ingin memiliki perempuan baik seperti kamu.“Tapi, itu hanya masa lalu aku. Semua orang punya masa lalu dan tidak semua orang memiliki masa lalu yang indah. Aku mencintai semua yang ada dalam diri kamu.“Menerima kamu apa adanya walaupun aku tahu status dan derajat kita jauh berbeda. Tapi, apa aku mempermasalahkannya? Nggak, Selena.“Jadi, please. Aku mohon sama kamu, tolong lupakan masa lalu aku yang buruk itu. Cukup menatap masa depan kita akan seperti apa.“Aku nggak punya anak atau apa pun itu. Orang yang udah tidur denganku pun sudah punya hidup masing-masing.”“Tapi Grace tadi. Dia baru cerai sama suaminya, Mas,” ucap Selena seperti ketakutan jika Grace akan mengambil Justin darinya.Justin berdiri dan menarik tubuh Selena. Memeluknya dengan erat, tak ingin Selena pergi jauh
Selena mengembuskan napasnya dengan panjang. “Kamu tahu, definisi cinta itu bodoh? Ya. Aku sedang berada di fase itu. Terlalu mencintaimu, dan masa bodoh dengan masa lalu kamu.“Aku tahu, ucapanku tadi terlalu menyedihkan untuk kamu dengar. Hanya saja, kecewa seorang perempuan tidak bisa melakukan apa pun selain tetap bertahan karena orang yang aku cinta pun sudah minta maaf.“Asalkan jangan pernah mengulangi kesalahan itu lagi, aku akan menerima kamu dan mencintai kamu sampai kapan pun. Hanya itu saja pesanku ke kamu, Mas Justin.”Selena berucap tanpa menatap Justin agar pria itu tahu, kebohongan bisa membuat semua orang kecewa bahkan akan sulit bisa percaya lagi di setiap dia berucap.Justin kembali menelan salivanya kemudian menunduk. Merasa bersalah dan menyesal atas perbuatannya dulu. Seandainya dia bisa menjaga dirinya dengan baik, Selena tak akan pernah bersikap seenaknya padanya.Selena tak akan pernah membalas setiap ucapan yang dia lontarkan. Akan menjadi istri yang lebih ba
Justin tersenyum sembari mengusapi dadanya dengan pelan. Ia merasa jika dia hanya raga saja, sedangkan hati dan jiwanya sudah dipenuhi oleh Andrian."Beneran dua orang dalam satu raga. Jantung Andrian hidup dengan baik di tubuh gue sampai gue merasa kalau sikap gue jauh lebih baik dari sebelumnya."Justin kembali tersenyum lirih. "Yang mencintai Selena bukan hanya Justin, melainkan Andrian juga. Yang Selena cintai adalah Justin, tapi di dalam jiwa gue ada Andrian. Lucu memang. Tapi, ini yang harus gue terima. Istri gue, milik dua orang yang tinggal dalam raga gue."Justin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya menatap kosong pada langit-langit kamarnya. Kemudian menutup matanya untuk menghilangkan semua semrawut dalam dirinya.**Pagi hari telah tiba.Dering ponselnya berbunyi, panggilan dari Selena. Lantas pria itu segera menerima panggilan tersebut."Halo, Mas. Mas, tolongin aku. Cepetan ke apartemen aku," lirih Selena di seberang sana.Pria itu segera bangun dari tidurny
Justin menelan saliva dengan pelan. “Pindah ke rumah aku aja, yaa. Di sana lebih aman. Aku gak mau kamu kenapa-napa, Selena. Gak selamanya aku bisa minta bantuan Kevin kalau kamu dalam bahaya.”Selena mengangguk dalam pelukan itu. “Tidak ada lagi tempat paling aman selain rumah kamu, Mas.”“Oke. Kita pindah sekarang juga. Aku akan mempercepat pernikahan kita supaya kita bisa tinggal dalam satu atap.”Selena hanya mengangguk menuruti semua ucapan Justin. “Gimana baiknya aja, Mas.”“Iya, Sayang. Aku kemas semua baju dan semua barang-barang kamu dulu.”Justin melepaskan pelukan itu dan membiarkan Selena menenangkan diri di sana. Sementara Justin mengemas semua pakaian dan barang-barang milik Selena.“Mau pindah rumah lagi?” tanya Kevin yang baru saja keluar dari kamar mandi.Justin menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Udah ada yang tahu alamat rumah Selena. Gue gak bisa diem aja, Vin.”Kevin manggut-manggut. “Fatal banget sih, kalau udah ada orang yang pengen bunuh Selena. Kita harus c
Setibanya di kantor polisi.Justin memberikan rekaman CCTV tersebut kepada pihak kepolisian sebagai bukti jika pria yang kini tengah duduk di dalam sel tahanan itu hampir membunuh Selena.“Dia sudah memberi tahu, siapa orang yang sudah menyuruhnya untuk membunuh calon istri saya?” tanya Justin kepada pihak polisi itu.“Masih kami selidiki, Pak Justin. Karena Saudara Bobby ini masih enggan memberi tahu siapa orang yang sudah memerintahkan beliau untuk membunuh calon istri Anda.“Kalau sudah ada keterangan yang lebih lanjut, kami akan segera memberikan informasinya kepada Anda. Jangan khawatir, Pak Justin.”Justin mengangguk sembari menghela napasnya dengan kasar. “Jangan sampai dia kabur. Beri hukuman yang setimpal karena Selena mengalami trauma dan shock atas kejadian tadi pagi.”“Baik, Pak Justin. Kami akan membuatkan surat laporan penangkapan terlebih dahulu agar ditandatangani.”Justin kembali mengangguk dan menunggu surat laporan penangkapan selesai dibuat.**Keesokan harinya.Ke
Justin menghela napasnya dengan pelan. "Waktu di Paris, gue ketemu sama Gracia. Pulang di Paris, Selena ditodong pistol sama orang yang gak dikenal."Kevin manggut-manggut. "Target utama elo si Grace? Mantan calon istri yang sekarang udah jadi janda. Singkat amat rumah tangganya. Kenapa sih?"Justin mengendikan bahunya. "Katanya sih, karena dia udah nggak gadis lagi.""Oh. Hanya karena itu. Kalau menurut gue bukan itu. Karena gue aja pernah punya bini yang udah bukan gadis lagi. Masih bertahan sampai punya anak. Itu hanya alasan si William doang. Gue yakin, bukan itu alasannya."Justin mengusapi rambutnya dengan pelan. "Gue juga mikirnya gitu. Kalau emang cerai hanya karena itu, kenapa setelah bertahun-tahun baru baru cerai?"Kevin mengendikan bahunya. "Tujuh tahun, Bro. Punya anak nggak tuh?""Aaahhh! Kayaknya mandul sih. Si Grace nggak punya anak sampai sekarang. Dan si William minta pisah kemudian nyari bini lagi yang bisa ngasih dia anak. Kalau ini cukup logis."Kevin tersenyum mi
"Eh, Kevin. Bukan gue doang yang ingin nyawa Selena menghilang. Gue marah ke dia karena udah putusin gue secara sepihak. Padahal semuanya udah gue kasih ke dia," tutur Doni kemudian."Semuanya itu apaan, Doni? Kalau berbentuk barang, Justin bisa kembalikan semua yang udah elo kasih ke Selena. Tapi, semuanya bakal sia-sia karena elo bakal tinggal di jeruji besi."Doni menatap nyalang Kevin yang terus menerus membuatnya kesal. "Tanya Justin. Apa yang sudah dia lakukan pada Gracia. Gracia adalah keponakan gue. Karena Justin, dia nggak bisa punya anak dan akhirnya cerai dengan William."Kevin menganga mendengar ucapan Doni. Kemudian menoleh kepada Justin yang sedari diam membisu.“Elo … saudaranya Grace? Dan elo adalah mantan pacar si Selena. Bener-bener dunia sempit ini namanya,” ucap Kevin sambil geleng-geleng kepala.Doni menghela napasnya dengan panjang. “Ya. Gue dan Gracia saudara. Gue udah tahu Justin dan Grace pernah pacaran. Kemudian milih William yang dia jadikan suami daripada J
Justin menatap Selena dengan lekat kemudian menghela napasnya dengan panjang. “Maafin aku, Selena.”Selena mengerutkan keningnya. “Kamu habis melakukan kesalahan apa lagi, Mas?” tanyanya penuh curiga.Justin mengembungkan pipinya. “Pelaku orang yang mau membunuh kamu sudah ditemukan.”“Oh, ya? Siapa, Mas?” tanyanya penuh antusias.“Doni. Mantan pacar kamu.”Selena menganga kemudian menutup mulutnya kembali.“Dan Gracia adalah keponakan Doni,” sambungnya kembali.“Haah? Kok bisa gitu? Dunia sempit banget. Terus, kenapa kamu minta maaf?” tanya Selena penuh curiga.Justin menggit bibir bawahnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.“Aku … aku sempat hampir punya anak dengan Gracia.”Selena mengerutkan keningnya. Matanya menatap sembari berkedip-kedip. Menelaah ucapan Justin tadi kemudian menghela napasnya dengan panjang.“Kamu … hampir punya anak dengan Grace? Itu artinya Grace keguguran?” tanya Selena menuntut.Justin mengangguk pasrah. “Iya. Grace keguguran karena nggak sadar kal