Indi mengembungkan pipinya lalu mengambil airnya kembali dan meneguknya. “Damian masih lama nggak, sih? Kenapa belum juga nongol,” gumam Indi seraya mengedarkan matanya mencari suaminya itu.“Kalau udah urusan kerjaan mah udah pasti lama, Ndi. Kayak nggak tahu Damian aja. Udah, enjoy aja di sini sama gue. Tungguin acara sakral selesai, gue mau nyanyi. Jangan dulu pulang, ngapa.” Manda memohon kepada Indi agar menemaninya di sana. Sebab Diego pun belum juga datang.Indi menghela napas kasar. Ia lalu mengangguk terpaksa sebab mau bagaimana lagi. Sementara Damian pun belum terlihat batang hidungnya pun. Tidak tahu ke mana lelaki itu menerima panggilan tersebut.“Rangga temennya Guntur. Wajar aja kalau dia datang. Gue lupa ngasih tahu elo, waktu itu si Gladis nganter si Guntur ke rumahnya Rangga. Baru tahu juga kalau suaminya kenal dekat sama Rangga.” Manda menjelaskan kenapa Rangga bisa ada di sana.“Lagian nih ya, Ndi. Kalau emang elo nggak ada hubungan apa pun sama dia, ngapain harus s
Lima belas menit kemudian ….Rangga duduk di sofa sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat Indi yang terkapar lemas membuatnya tidak sanggup untuk menatap mantan kekasihnya itu.“Damian ke mana sih?” ucap Indi dengan lemas. Ia lalu beranjak dari duduknya dan menghampiri Rangga. “Jangan bilang ke siapa pun! Jangan pernah, Rangga. Malu, gue.”Rangga mengangguk dengan lemas. “Aib, Ndi. Aib. Mana mungkin aku koar-koar ke semua orang. Aku pulang, jangan minum minuman yang menurut kamu terlihat mencurigakan. Kamu tenang aja. Everything will be fine.” Rangga mengulas senyum lalu beranjak dari duduknya. Meninggalkan Indi yang masih berdiri dengan wajah acak-acakan.“Rangga?” panggil Indi kemudian.Rangga menoleh ke belakang. “Heum?”Indi menelan saliva dengan pelan. “Thanks, udah bantu gue.”Rangga mengulas senyumnya. Hanya anggukan kecil yang ia balas lalu kembali melangkah pergi. Sungguh, situasi saat ini tidak akan pernah Rangga lupakan seumur hidup.Indi lalu melangkah kak
Satu minggu berlalu ….Indi masih belum melupakan kejadian yang tak terduga di satu minggu yang lalu. Benar-benar di luar dugaan dan dia juga sudah memaafkan Damian sebab bukan inginnya untuk pergi meninggalkannya sendiri di tempat itu.Meski hatinya masih tak tenang sebab belum memberi tahu apa yang dia lakukan dengan Rangga saat itu.“Gue yakin, Damian nggak akan marah. Gue sendiri yang bilang, jangan ada yang disembunyikan apa pun itu,” ucapnya lalu mengembungkan pipinya.Manda lalu memberi buah mangga lagi kepada Indi. “Kasih tahu aja. Palingan juga cuma tepok jidat atau mungkin merasa bersalah karena udah ninggalin elo. Daripada kepikiran terus.”Indi menoleh kepada Manda dengan pelan. “Elo beneran lagi hamil apa gimana sih? Tiap hari bawa mangga mulu perasaan.”“Nggak tiap hari, Indira. Seminggu tiga kali. Lagi musim. Di jalan banyak yang jualan. Kakek-kakek yang jualan, di becak gitu. Kasihan gue lihatnya. Ya udah, gue beli aja,” ucapnya beralasan.“Sok berhati sosial, lo!” Ind
Senyum yang sedari terbit di bibir Indi lantas pudar kala mendengar pertanyaan menohok yang diucapkan dari mulut Damian.“Ma—maksud kamu?” tanya Indi dengan pelan. “Kenapa kamu nanya kayak gitu ke aku, Damian?” ucapnya kembali.Damian menelan salivanya lalu memejamkan matanya dengan erat. “Indi ….” Damian mendesah pelan lalu memberikan beberapa foto yang entah dari mana Damian dapatkan, Indi pun tidak tahu.Indi membolakan matanya dengan mulut menganga. Ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat seraya memegang dengan erat tangan Damian.“Damian. Aku mohon dengarkan aku dulu. Foto ini ….”“Kamu mau mengelak pun buktinya ada, Indi. Datang bawa kabar kalau kamu lagi hamil, juga bukti-bukti foto gila kamu ini datang bersamaan. Kamu yakin, anak yang kamu kandung ini anak aku?” tanya Damian kembali.Air mata Indi sudah tidak bisa dibendung lagi. Mata itu menatap Damian dengan mata berembun lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan.“Kamu nggak percaya sama aku?” tanya Indi dengan
Di Jakarta ….Damian baru saja memerintahkan semua staff IT untuk menghentikan berita itu. Masih berada di dalam kantor, bersama Diego dan juga Manda yang tengah panik karena hilangnya Indi yang entah ke mana ia perginya.“Ke rumah nyokapnya, nggak ada?” tanya Manda kepada Damian. “Bisa jadi ke rumah Tante Ayu, Damian. Coba cari. Dia lagi hamil, Damian. Daniel udah di Indonesia. Elo nggak takut, terjadi sesuatu pada Indi? Lagian elo percaya amat sama hasil lab itu. Jelas-jelas Indi lagi hamil, usianya udah lima minggu.“Damian, dalam situasi kayak gini nggak jadi orang begok. Indi nggak pernah selingkuh apalagi sampai tidur sama Rangga. Nggak usah bikin Indi tertekan karena elo nggak percaya Indi lagi hamil. Kejadian minggu lalu pun mereka nggak sampai berhubungan. Cuma pakai dua jari sama mulutnya doang.”Manda menarik napasnya dalam-dalam lalu menatap Damian lekat. “Indi udah mau kasih tahu ke elo. Tapi, dia takut elo marah. Akhirnya diurungkan. Menurut gue, yang salah di sini tuh e
Di Bandung ….Indi masih belum paham dengan ucapan mamanya tadi. Indi lalu mengerutkan keningnya seraya menatap Ayu dengan lekat.“Hamil? Anak siapa? Kenapa aku bisa hamil? Memangnya dulu aku punya pacar selain Damian?” Banyak pertanyaan yang ia lontarkan kepada Ayu sebab sangat terkejut kala mendengar penjelasan dari mamanya tadi.Ayu menghela napas kasar lalu mengusapi lengan Indi. “Satu hari sebelum kecelakaan itu kamu memberi tahu Mama dan Papa kalau kamu lagi hamil dan usia kandungannya sudah tiga bulan. Saat itu kamu baru ingin memberi tahu Damian. Tapi, nahas … kecelakaan itu telah menghilangkan ingatan dan juga calon bayi kamu.“Papa kamu tidak mau memberi tahu Damian soal kehamilan kamu ini. Pun dengan Mama. Karena tidak tega melihat kondisi kamu dan juga Damian saat itu. Akhirnya kami menyembunyikan kehamilan kamu sampai saat ini. Manda, hanya dia yang tahu kalau kamu sedang hamil.”Indi mengusap wajahnya dengan pelan setelah mendengar cerita dari mamanya tadi. Masih belum m
Satu minggu berlalu ….Damian belum juga mendapat kabar di mana Indi berada. Manda lalu menghampiri Damian dan Diego yang tengah duduk di sofa ruang tengah. Selama satu minggu itu pula Damian tidak pernah masuk kantor karena terus mencari keberadaan sang istri.“Udah satu minggu ini, lho. Kenapa nggak lapor polisi aja sih? Pada takut apa gimana?” Manda tampak emosi sebab pergerakan Damian menurutnya sangat lamban.“Sudah. Tapi, pencarian dihentikan karena udah satu minggu,” ucap Diego memberi tahu.“Ke mana aja? Hanya di kota ini aja? Nggak mau nyari ke luar kota atau negeri gitu?” kata Manda kembali berucap.Diego menghela napas kasar lalu menatap Manda dengan lekat. “Sayang, Indi lagi hamil. Mana mungkin dia bisa bepergian ke luar kota atau negeri.”“Hamilnya baru lima minggu. Dia masih kuat buat jalan ke mana pun yang dia mau.” Manda tak mau kalah.“Berisik!” pekik Damian lalu berdecak pelan. Dengan langkah gontainya sebab tidak pernah makan dan minum setelah kepergian Indi. Ia ber
Damian segera beranjak dari duduknya dan mengambil kunci mobil, diikuti oleh Diego di belakang. Sementara Manda ditinggal sendiri di rumah.“Sialan. Gue ditinggal gitu aja,” ucap Manda kesal.“Jangan bawa ke kantor polisi. Biarkan dia di sana,” titah Damian dengan suara tegasnya.“Baik, Pak. Saat ini, pelaku sudah kami ikat agar tidak bisa kabur ke mana pun. Tapi, ada yang ingin saya sampaikan juga. Setelah Anda sampai ke sini saja.”“Ya!” Damian lalu menutup panggilan tersebut. “Gedung kosong bekas gudang di hutan belantara belakang gedung hotel Myanmar,” ucap Damian memberi tahu kepada Diego.“Jadi, orangnya udah ketangkap?” tanya Diego kemudian.Damian mengangguk. “Elo pasti udah tahu siapa yang udah bikin onar.”Diego menghela napas kasar. “Mau elo apakan? Nggak dilaporkan ke polisi, udah pasti elo akan melakukan sesuatu ke orang itu.”“Elo tahu jawabannya, nggak usah nanya lagi. Lebih baik hilang selamanya daripada harus dibiarkan dia membusuk di penjara.”Diego tersenyum miring.