Share

Bab 15 a

“Ndhuk, kamu kalau sama suamimu mbok ya yang sabar. Nanti kualat lho ngomong sama suami kenceng-kenceng.” Ibu masuk kamar saat Mas Gilang sudah pergi. Wanita paruh baya ini berusaha mengingatkanku. Mungkin beliau malu karena merasa gagal mendidikku. Harusnya aku bisa lebih hormat pada suami.

Aku bergeming. Malas menanggapi kata-kata Ibu. Bukan karena tidak hormat padanya. Justru karena aku tahu karena aku salah. Tapi, aku hanya ingin Mas Gilang itu memahami, kalau sebenarnya dia itu tak pernah dianggap oleh Sakina. Wanita itu hanya memanfaatkan Mas Gilang saja.

“Nanti kalau suamimu pulang, minta o maaf, ya, Ndhuk,” nasehat ibu sambil mengusap lenganku. Sementara aku masih berbaring menghadap tembok dan memeluk guling.

“Nggih, Buk,” jawabku serak. Masih tersisa kesal pada Mas Gilang yang justru rela pergi untuk menemui wanita itu. Wanita yang jelas-jelas sudah akan meninggalkannya. Bahkan, Mas Gilang sendiri juga sudah menikah. Lalu apa lagi yang akan dia cari. Bukannya semuanya suda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status