Share

Bab 18: Mendadak Sakit

"Sorry kalau aku ganggu."

Kalila masih mematung, tidak percaya dengan penglihatannya. Dia pikir Haiyan sudah tidak akan pernah lagi menampakkan batang hidungnya kecuali pria itu ada urusan dengan Wisnu.

"Aku hanya ingin bicara sebentar. Untuk terakhir kalinya."

"Silakan duduk, Mas." Kalila menunjuk kursi di teras. Dadanya berdebar. Bukan karena masih menyimpan rasa, melainkan karena takut ada sisa masalah yang belum selesai. Atau Mas Haiyan berubah pikiran? Sepertinya tidak mungkin.

Haiyan mendekati kursi. Ia duduk dengan jengah seperti ada segerombolan semut menggigit-gigit pantatnya. Sementara di seberang meja, Kalila menuggu dengan jemari sibuk meremas tepi rok. Sekian detik keduanya terperangkap dalam jenak pikiran masing-masing ditingkahi desau angin yang menggerakkan dedaunan pohon mangga dan kelengkeng.

Haiyan menghela napas dalam-dalam. Mendadak dada dan hidungnya seperti disesakipenuhii debu hingga terasa sakit saat menghirup oksigen. Seharusnya semua sudah berakhir,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status