Share

Salah Paham

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Hendrawan dengan marah saat melihat Nayra bersama seorang laki-laki di dalam kamarnya dengan posisi seperti itu.

“Nayra? Apa ini nak? Apa yang kamu lakukan? Siapa laki-laki ini? Astaghfirullah Nay.”

Maya juga menghujani Nayra dengan pertanyaan-pertanyaannya. Dia tidak menyangka akan melihat Nayra dalam posisi ini. Sementara orang yang menjadi tersangka pun tentu kaget dan segera saling menjauh dengan raut wajah yang belum bisa dikondisikan.

“Pah Ma, ini … Nayra ga tau siapa laki-laki ini. Sumpah demi Allah Nayra ga tau siapa dia Pah. Apa yang Papa sama Mama lihat ini … ini semua salah paham,” ucap Nayra mencoba untuk menjelaskan sebisanya.

Nayra tidak bisa berbicara dengan baik saat ini, dia merasa sangat sedih, hancur, kecewa ditambah lagi terkejut dengan kedatangan pria yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi hingga kejadian memalukan yang akan mengakibatkan salah paham.

“Tapi Nay, apa yang kamu lakukan ini salah nak. Kenapa jadi begini?” Maya benar-benar sangat shock mendapati Nayra dengan seorang laki-laki di kamarnya bahkan di hari pernikahan yang seharusnya dengan Ezhra.

“Om, Tante. Semua ini hanya hanya salah paham, saya—“

“DIAM KAMU!” bentak Hendrawan lalu memegang kerah baju laki-laki itu dengan emosi.

Lelaki yang masuk tanpa permisi ke dalam kamar Nayra itu bernama Cakra.

“APA YANG KAMU LAKUKAN PADA ANAK SAYA HUH?” tanya Hendrawan membawa Cakra dengan emosi ke sudut kamar Nayra.

“SEMUA INI HANYA SALAH PAHAM OM, SAYA HANYA—“ jelas Cakra dengan nada tinggi juga karena tersulut emosi untuk membela diri.

“SALAH PAHAM KAMU BILANG? KAMU MAU MELECEHKAN ANAK SAYA KAN? KAMU MEMANG LAKI-LAKI KURANG AJAR.” 

Hendrawan memukul wajah Cakra dengan satu tangannya karena benar-benar terbakar api kemarahan melihat putrinya yang ia pikir akan dilecehkan oleh Cakra di hari pernikahannya.

“Pah sudah Pa, jangan seperti ini,” kata Maya segera menghentikan aksi Hendrawan yang memukul Cakra dengan kemarahannya.

“Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa masuk ke dalam kamar seorang wanita dan melakukan hal seperti itu?” tanya Hendrawan masih belum melepaskan Cakra namun sekarang sudah tidak memukulinya karena Maya menghentikannya.

“Nayra apa kamu kenal dengan laki-laki ini?” tanya Hendrawan dengan tegas.

Nayra hanya menggelengkan kepalanya dan wajahnya sudah banjir air mata entah kejadian mana yang ia tangisi saat ini. Ketidakhadiran calon suaminya di hari pernikahannya atau kedatangan Cakra yang menimbulkan salah paham atau bahkan keduanya.

Maya memeluk Nayra dan mencoba untuk menenangkannya, dia tidak tega melihat Nayra harus hancur di hari yang harusnya dia bisa tersenyum bahagia.

“Kamu harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu lakukan terhadap putri saya!”

“Pertanggungjawaban apa Om? Saya ga salah, semua ini hanya salah paham dan saya ga akan tanggungjawab,” tolak Cakra dengan tegas.

Lagi-lagi Hendrawan tersulut emosi mendengar jawaban dari Cakra yang menolak permintaannya. Hendrawan langsung memukul Cakra lagi dan kali ini dia berpikir tidak akan mengampuni orang yang telah berani menyentuh putri kesayangannya.

“Aku adalah ayahnya, aku yang telah membesarkan putriku selama ini, aku juga yang pertama kali mencium dan menyayanginya, dan aku tidak akan mengampuni orang yang hendak berbuat tidak senonoh pada Nayra, APALAGI DI HARI PERNIKAHANNYA,” jujur Hendrawan diiringi pukulannya untuk Cakra yang sudah kewalahan untuk melawan kemarahan Hendrawan saat ini.

“Pah udah Pa, Papa ga boleh melakukan kekerasan seperti ini! Papa bisa masuk penjara karena menganiaya orang Pa, istighfar. Kita bisa menyelesaikan masalah ini baik-baik.”

Maya berusaha untuk menyadarkan suaminya untuk tidak emosi dan main hakim sendiri. Tiba-tiba Pak Arwin dan beberapa orang datang ke kamar Nayra. Pak Arwin adalah saksi untuk pernikahan Nayra hari ini, karena mendengar keributan ia pun memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi.

“Ada apa ini Pak? Kenapa saya dengar ada ribut-ribut?” tanya pak Arwin.

“Oh tidak pak, tidak ada apa-apa,” jawab Hendrawan diikuti dengan senyum yang ia paksakan.

"Loh, laki-laki ini? Siapa pak? Kok–?" Pak Arwin menghentikan ucapannya sambil menatap laki-laki yang bernama Cakra ini yang sudah babak belur karena ulah Hendrawan.

"Oh, dia–"

“Mohon maaf Pak, para tamu undangan dan pak penghulu masih bersedia untuk menunggu mempelai laki-laki 15 menit lagi, jika dalam waktu 15 menit pengantin laki-laki tidak datang maka mereka semua meminta untuk pamit pulang aja,” jelas seorang laki-laki di yang tiba-tiba datang dan berdiri di samping pak Arwin.

“Iya Pak, saya mengerti, tolong tunggulah sebentar lagi saya mohon pak, pernikahan ini tetap akan terjadi,” ucap Hendrawan dan menyuruh mereka untuk kembali menunggu.

Nayra merasa miris mendengar semua ini. 15 menit bukanlah waktu yang lama, jika dalam waktu itu Ezhra benar-benar tidak datang Nayra tidak tahu harus berbuat apa. Dia berharap ada keajaiban dan Ezhra ada di depan matanya mengucap ijab kabul untuk menghalalkannya.

‘Mas Ezhra kamu dimana mas? Apa kamu tega membuatku menunggu sendirian begini? Ya Allah, aku sudah sangat menyayangi Mas Ezhra dan berharap dialah imam yang mampu membimbingku ke surgamu, tolonglah biarkan kami berjodoh supaya kami bisa bersama-sama beribadah kepadamu,’ kata Nayra berdoa dan masih berharap Ezhra akan datang.

“Sekarang kamu ikut saya!” perintah Hendrawan sambil menarik tangan Cakra yang masih merasakan sakit akibat pukulan dari Hendrawan.

“Kemana Om, saya ga salah. Lepasin saya Om!”

Cakra menolak dan memberontak untuk tidak ikut dengan Hendrawan namun dia tetap tidak bisa melawannya karena nyatanya setelah dikuasai oleh kemarahan, Hendrawan menjadi lebih kuat menyeret Cakra untuk mengikutinya.

Nayra tidak pernah bermimpi kalau dia akan menjadi pengantin penuh harap seperi ini di hari besarnya. Yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah Ezhra, dia terus menatap jendela kamarnya dengan rasa harap yang tinggi.

Hendrawan mengunci Cakra di dalam kamarnya dan tidak akan membiarkan laki-laki itu lolos darinya.

"Tuh Om Om bener-bener ya, sialan bener dikunci di sini," omel Cakra dengan kesal.

"Tapi ada untungnya juga ya gue di sini, jadi aman dari para penjahat itu. Boleh lah di sini dulu, tempat persembunyian paling aman pokoknya hahaha."

Setelah berpikir Cakra merasa telah diselamatkan dengan dikunci di sini. Pasalnya dia dikejar kejar oleh penjahat hingga dia masuk ke kamar Nayra.

"Pa ini gimana kenapa keluarga Ezhra belum datang juga? Terus papa ngapain sama laki-laki ga dikenal itu Pa?" tanya Maya dengan gusar ketika melihat suaminya masuk ke kamar Nayra.

"Laki-laki itu harus bertanggungjawab," ujar Hendrawan.

"Bertanggungjawab apa Pa? Nayra sama dia semua itu hanya salah paham aja Pa," jelas Nayra.

"Kalau Ezhra ga datang hari juga, maka kamu harus menikah dengan laki-laki itu," putus Hendrawan dengan serius.

"APA?"

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status