Share

Menjadi Istri Pewaris Tampan
Menjadi Istri Pewaris Tampan
Penulis: Viraadee

Menunggu

"Mohon maaf pak, berapa lama lagi kita harus menunggu?" tanya pak penghulu yang sudah siap menikahkan dua orang yang hendak mengikat janji suci hari ini.

Pak Hendrawan yang merupakan ayah dari gadis cantik bernama Nayra Alfarani pun merasa tidak enak dengan pertanyaan dari pak penghulu tadi.

"Emm mohon maaf pak, tolong tunggu sebentar lagi, saya sudah berusaha untuk menghubungi mempelai laki-lakinya. Sebentar lagi mereka pasti akan datang pak," kata Pak Hendrawan berusaha setenang mungkin.

Maya ibunda Nayra pun merasa resah dengan semua ini, dia khawatir jika Ezhra Tamawijaya laki-laki yang akan menjadi menantunya benar-benar tidak datang pada hari pernikahan yang ia gelar dengan sesempurna mungkin di rumah ini.

Pasalnya semua orang sudah menunggu, banyak tamu undangan yang semakin lama juga semakin berbisik-bisik tidak enak mengenai hal ini.

'Ya Rabb, tolong berikanlah kelancaran dalam perjalanan calon suamiku untuk segera menghalalkanku,' batin seorang gadis cantik lengkap dengan busana pengantinnya.

Nayra Alfarani benar-benar hampir putus asa dalam menunggu kedatangan calon suaminya di hari besarnya ini.

Dia terus memandangi keluar jendela kamarnya berharap netranya segera menemukan mobil pengantin yang dibawa oleh Ezhra, laki-laki yang ia harapkan menjadi imamnya.

"Ezhra seenggaknya tolong angkat telfonnya dong," ucapnya sambil berusaha menghubungi laki-laki itu.

Nayra hampir menangis berada di dalam situasi seperti ini. Dia berusaha mati-matian untuk tetap berpikir positif kalau mungkin saja calon suaminya masih dalam perjalanan dan mungkin saja tidak ada signal di sana.

"Nay, Mama sama Papa sudah berusaha menghubungi Ezhra dan keluarganya tapi tetap tidak bisa, semoga saja mereka baik-baik saja" kata Maya ketika perempuan berbalut kebaya anggun berwarna lilac itu masuk ke kamar Nayra.

"Maa, Nayra takut Ma, kenapa Mas Ezhra belum datang juga?" tanyanya sudah tidak bisa membendung air matanya.

"Sabar sayang, mereka pasti datang, dia sudah janji akan menikah sama kamu Nak," ucap Maya sambil memeluk putri tercintanya.

"Tapi harusnya mereka sudah tiba setengah jam yang lalu Ma, kenapa sekarang belum datang terus dihubungin juga ga bisa," ujar Nayra dengan sesak.

"Sssttt udah jangan nangis sayang, nanti make up kamu berantakan. Papa sama Mama percaya kalau mereka pasti datang, kita tunggu dulu ya! Papa sudah mengirim beberapa orang untuk mencari tahu keberadaan mereka sekarang."

Maya menghapus air mata nelangsa Nayra di hari yang seharusnya membuatnya bahagia ini.

Dia mengatakan pada anak perempuannya itu untuk berdoa supaya jika Ezhra adalah jodohnya maka semoga dimudahkan jalannya untuk segera melangsungkan hal baik ini.

Para tamu tampaknya mulai bosan dengan acara tunggu menunggu yang menurut mereka sangat membosankan ini.

"Tapi sampai kapan Pak kita harus menunggu mempelai prianya datang? Apa perlu saya menikahkan orang lain dulu baru kembali ke sini lagi jika semuanya sudah siap?" tanya Pak penghulu yang sudah bosan menunggu.

"Tolong sabar sebentar pak, mungkin-"

"Iya masalahnya ini sudah hampir setengah jam kita menunggu tapi tidak tahu apa yang ditunggu benar-benar akan datang atau tidak Pak. Seperti hal yang tidak pasti gitu, dihubungi aja ga bisa, gimana? Ga mungkin kan satu keluarga HP-nya mati semua atau ga ada signal semua," celetuk salah seorang bapak-bapak tamu undangan.

"Iya bener, bukannya gimana-gimana ya, takutnya terjadi kejadian yang tidak diinginkan juga siapa yang tahu," tambah seorang bapak-bapak yang lainnya.

Pikiran dan hati pak Hendrawan sekarang sudah benar-benar kacau, ingin rasanya dia sendiri yang keluar dan mencari sampai di mana calon menantunya itu, tapi dia tidak bisa melakukan itu dan hanya bisa menunggu kabar dari orang-orang yang ia suruh untuk mencari tahu keberadaan Ezhra sekarang.

Pak Hendrawan hanya bisa berdoa dalam hati semoga tidak terjadi hal buruk apapun di hari yang harusnya menjadi momen spesial untuk anak tersayangnya.

Maya yang mendengar ada sedikit keributan pun keluar untuk menemui suaminya dan berbicara pada Hendrawan.

Awal awal para tamu menunggu memang sebagian masih anteng dan berusaha tenang, tapi jika dirasa sudah diluar batas toleransi mereka menunggu maka suasana pun pasti akan berubah juga.

"Pah, gimana dong? Mereka belum kasih kabar dimana Ezhra sekarang?" tanya Maya yang berbicara berdua dengan Hendrawan.

"Belum Mah, mereka bilang belum menemukannya."

"Ya Allah, apa yang terjadi sama calon menantu hamba? Tolong mudahkanlah mereka untuk segera sampai dan melangsungkan pernikahan ini," kata Maya berdoa.

"Jika dia memang jodoh Nayra dia pasti akan datang Ma," ungkap Hendrawan pasrah.

"Lebih baik kita tunggu di depan saja bersama yang lainnya Pa," ucap Maya sambil berjalan.

Nayra yang berada di dalam kamar sendirian merasa sangat cemas dan hatinya sudah seperti diaduk aduk tidak karuan.

'Apa mungkin kamu memang ga akan datang hari ini Mas? Terus gimana nasib aku dan keluarga aku kalau pernikahan ini batal?' ratap Nayra dalam hatinya.

Di hari pernikahannya ini sahabat Nayra juga tidak bisa datang karena ada pekerjaan yang memang tidak bisa ditinggalkan, jadilah dia pengantin seorang diri tanpa ditemani sahabatnya di sisinya.

Kakak perempuan Nayra juga tidak ada karena sedang diluar negeri dengan keluarga kecilnya sekarang.

Saat Nayra sedang menangis di sofa sambil terus mencoba menghubungi Ezhra tiba-tiba seorang laki-laki masuk ke dalam kamarnya melalui jendela kamar Nayra.

"Si ... Si ... Siapa kamu?" tanya Nayra sambil berdiri. Ia pun gugup dan takut saat melihat laki-laki itu tiba-tiba mendekatinya.

"Sssstttt, please, tolongin saya," kata laki-laki itu mendekat ke arah Nayra dengan wajah memohon dan memberinya kode supaya Nayra diam dan tidak berteriak.

Nayra mendadak menjadi ketakutan saat laki laki itu semakin mendekat padanya lalu kemudian berjongkok di depannya.

"Hah," katanya kaget sambil berjalan mundur satu langkah menjauhi laki-laki itu.

"Ini kalung kamu jatuh," kata laki-laki itu sambil memberikan sebuah kalung perhiasan yang Nayra pakai di hari pernikahannya ini.

Nayra mengambilnya dengan kasar dan masih merasa takut pada lelaki yang tiba-tiba saja muncul ke kamarnya itu.

"Tolongin saya ya please, saya-"

"Ya tapi ngapain masuk ke kamar saya kaya jin gini sih? Kamu siapa?" tanya Nayra memotong pembicaraan lelaki di depannya ini dengan nada tinggi.

"Ssstttttttt, jangan keras-keras, saya bukan penjahat, 30 menit aja saya numpang di sini oke?"

Laki-laki itu tiba-tiba saja membungkam mulut Nayra sambil celingukan memastikan tidak ada orang di sana.

Nayra mencoba untuk melepaskan bekapan tangan laki-laki itu yang sudah kurang ajar padanya.

"Maamaaaa," teriak Nayra saat dia memiliki kesempatan untuk berteriak memanggil mamanya.

Maya yang mendengar putrinya berteriak pun menjadi terpanggil untuk melihat Nayra.

"Kenapa Nayra berteriak gitu ya Pa?"

"Papa juga ga tahu Ma, ya udah kita lihat aja," ujar Hendrawan.

"Astaga kamu ini benar-benar ya, saya itu bukan orang jahat-"

"Terus ngapain masuk kamar saya?" potong Nayra masih dengan nada tinggi dan takut.

"Heh denger ya-" saat laki-laki itu sudah emosi pada Nayra dan mendekatinya kakinya malah tersangkut selimut Nayra di lantai dan ia pun kehilangan keseimbangan lalu menabrak tubuh Nayra, namun untungnya mereka jatuh di atas kasur empuk Nayra.

"Nay, ada apa Nay? Kenapa berteriak?" tanya Maya ketika membuka pintu kamar Nayra bersama suaminya.

Meskipun terjatuh di kasur empuk dan tidak merasakan sakit, namun posisi jatuh Nayra dan laki-laki itu pun harus menjadikan malapetaka bagi mereka berdua saat Maya dan Hendrawan melihatnya.

Nayra yang tertabrak oleh tubuh laki-laki tak dikenalnya terpaksa harus terjatuh di bawah laki-laki itu dan siapapun yang melihatnya pasti akan salah paham.

Seorang pengantin perempuan berada di dalam kamarnya dengan posisi seperti itu dan bahkan itupun dengan laki-laki lain yang bukan calon suaminya.

Akankah orang tua Nayra juga salah paham pada mereka?

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status