"Nafisa tahu Papa Johan ada di mana?" Melani bertanya lembut pada Nafisa. Nafisa terdiam. Dia menatap Melani ragu-ragu. Jangan sampai nenekmu dan mamamu tahu jika Papa ada di sini, Nafisa. Jika tidak, Papa akan dihukum. Terngiang-ngiang ucapan Johan di telinga Nafisa di malam setelah Johan kabur dari rumah dan menyusup ke rumah Nenek Karmila. Nafisa menundukkan kepala. Dia ingat saat semalam Johan tidur di kamarnya. "Mama, malam ini aku mau tidur sendirian. Boleh?" Ingatan Nafisa dan ingatan Melani berada pada kejadian tadi malam di rumah Nenek Karmila. Malam itu, Melani merasa heran dengan sikap Nafisa yang tidak biasa. Namun akhirnya dia menyetujui permintaan Nafisa. Dia meninggalkan Nafisa sendirian di kamar, sementara dia memilih tidur di kamar lainnya. "Mama harus pergi dulu, Nafisa." Melani mengusap lembut rambut ikal Nafisa. Tanpa menunggu jawaban Nafisa, dia memutuskan untuk pergi meninggalkan gedung pernikahan Bonita. Dia mengubah tempat yang ingin dia tuju. Da
Satu per satu tamu undangan di gedung pernikahan Bonita berdatangan, tetapi mempelai laki-laki belum juga datang.Bonita berdiri di pelaminan, hanya ditemani oleh Namira. Saat para tamu undangan memberi selamat padanya, dia hanya bisa memaksakan senyum. Di balik senyum itu, dia sedang menyembunyikan kekecewaan karena mempelai laki-lakinya belum juga memberi kabar.Para tamu undangan tidak ada yang tahu jika Bonita dan Johan belum melakukan janji suci. Hanya sebagian kecil yang mengetahuinya. Bonita dan keluarga sengaja menyembunyikan fakta itu agar tidak membuat malu nama keluarga.Pesta resepsi pernikahan hampir selesai, tetapi Johan belum juga datang. Nafisa mulai merengek mencari keberadaan mamanya, dan itu malah membuat Bonita curiga. Mengapa Johan dan Melani tidak ada pada saat yang bersamaan?“Kita akan mengantarmu ke rumah nenekmu, Nafisa.” Bonita memutuskan untuk mengantar Nafisa pulang. Tidak sendirian, melainkan mengajak Namira dan beberapa anggota keluarga.Saat Nenek Karm
"Kamu tidak apa-apa, Melani? Mantan suamimu itu tidak melukaimu, 'kan?" Nenek Karmila memeriksa seluruh tubuh Melani. Dia bernapas lega saat meyakini tidak ada luka di tubuh Melani. "Tidak apa-apa, Nek." Melani memaksakan senyum. Sejujurnya, hatinya yang sakit. Dia tidak suka semua orang menuduhnya macam-macam. Saat ini, semua orang menganggap dia berusaha menggagalkan pernikahan Bonita. Nenek Karmila dan Melani menghampiri Nafisa yang sedang bermain bersama pelayan. Tiba-tiba, mereka mendengar suara bel rumah berbunyi. Nenek karmila dan Melani saling berpandangan. Jangan-jangan, Bonita dan rombongannya kembali ke rumah ini lagi? "Biar Nenek yang membuka pintu. Kamu di sini saja. Temani Nafisa," ujar Nenek Karmila. Dia segera membuka pintu untuk melihat tamu yang datang. Nenek Karmila melotot melihat tamu yang datang. Seorang laki-laki setengah baya dan istrinya dengan sebuah bingkisan cantik di tangan mereka. Mereka adalah musuh bebuyutan keluarga Atmajaya. "Untuk apa kalian ke
Bonita ke luar kamar menghampiri Johan. Dia berkacak pinggang seraya melotot menatap Johan. Dia berharap, Johan akan berlari kepadanya dan memohon maaf. Namun, yang dilakukan Johan justru pergi ke luar rumah, meninggalkan pengantin baru itu.Johan mengendarai mobil membelah jalanan kota yang tidak terlalu ramai. Dia berada di area rumah Nenek Karmila dan menatap rumah megah itu dari kejauhan. Karena tidak mungkin masuk ke dalam rumah itu lagi, dia memutuskan untuk menyewa penginapan di depan rumah itu.Johan menempati kamar di sebelah kamar Evan. Tepatnya, kamar bekas ditempati Deon dan Aldo. Seperti yang sedang dilakukan Evan, dia sedang mengawasi rumah Nenek Karmila dari jendela. Dua laki-laki itu tampak terus mengawasi rumah Nenek Karmila hingga lampu di beberapa ruangan rumah Nenek Karmila padam yang menandakan bahwa malam sudah sangat larut.Esok harinya, seperti biasa, Evan menunggu kiriman makanan dari Desy. Saat seseorang mengetuk pintu kamarnya, dia bergegas melompat dan bers
“Tolong biarkan aku bertemu dengan Nafisa, Melani.” Johan terus memohon. “’Sebenarnya aku ke sini untuk memberi kabar kepadamu. Aku akan mengambil hak asuh Nafisa,” ujarnya.“Apa?” Nenek Karmila yang baru masuk ke dalam rumah mendengar pembicaraan Johan pada Melani. Dia melebarkan mata menatap Johan.“Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku tidak setuju jika cucuku Nafisa harus hidup dengan seorang laki-laki pengkhianat dan plin-palan sepertimu.” Nenek Karmila berjalan mendekati Johan dan menunjuk tepat ke depan wajah Johan.“Jangan ikut campur, Nek. Bagaimanapun, aku ayahnya. Aku juga mempunyai hak untuk mengasuh anakku. Aku akan menuntut hak pengasuhan Nafisa agar jatuh kepadaku. Lihat saja, aku akan mengurus semuanya di pengadilan.” ujar Johan.Nenek Janet mencebik. “Silakan saja kamu urus semua sampai kamu keluar banyak uang dan kehabisan waktu. Kamu tidak akan menang. Hak asuh Nafisa akan tetap jatuh ke tangan Melani,” ujar Nenek Karmila percaya diri.“Selesaikan urusanmu deng
Bonita masuk ke ruangan Johan. Tidak ada siapapun di sana. Dia memutuskan untuk pergi meninggalkan kantor itu.“Di mana kamu, Kak Johan?” Berkali-kali Bonita mencoba menelepon Johan, tetapi tidak ada hasil. Dia menaiki taksi dan turun di sekitar rumah Nenek Karmila. “Mungkin Kak Johan menemui Kak Melani lagi,” gumamnya kesal.Melani pergi ke sekolah untuk menjemput Nafisa. Nnamun, betapa terkejutnya dia saat melihat Johan juga ada di sana.“Apa yang kamu lakukan di sini, Mas?” Melani bertanya pada Johan yang duduk menunggu di depan kelas Nafisa.“Tentu saja, aku ke sini untuk menjemput Nafisa. Kamu tidak akan melarangku menjemput anakku, ‘kan?” Johan balik bertanya. “Aku sudah berjanji akan membelikan Nafisa boneka. Jadi, aku akan mengajaknya jalan-jalan setelah ini. Apa kamu juga mau ikut?” lanjutnya.“Kenapa kamu tidak bilang dulu, Mas?” protes Melani. Dia merasa
Nenek Karmila melihat Vina memasuki penginapan tempat Evan tinggal. Dia bergegas menghampiri Vina.“Evan tidak ada di sini,” ujar Nenek Karmila berbohong. Dia tidak ingin melihat Vina dan Evan bertemu.Vina tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepala. “Sebenarnya apa hubungan Nenek dengan Evan? Apa karena Evan menyukai Melani, jadi Nenek sedang berusaha menyatukan mereka? Percuma saja, Nek. Sampai kapan pun mereka tidak akan bisa bersatu. Melani tidak pernah menyukai Evan. Sampai kapan pun perasaan Melani tidak akan berubah.” Dia berkata panjang lebar.“Apa? Jadi selama ini Evan menyukai Melani?” Nenek Karmila tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh wanita muda di depannya. “Itu tidak mungkin,” lanjutnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Kalau tidak percaya, Nenek tanyakan sendiri sama Evan. Atau Nenek bisa bertanya pada Melani. Sejak Melani belum menikah sampai sekarang, Evan ma
Deon tersenyum puas. Dia berhasil menyingkirkan dua pengganggu dari penginapan itu. Sekarang, dia bisa tinggal dengan tenang di penginapan itu.“Aldo! Setelah misiku di sini selesai, kita harus menyulap penginapan ini menjadi mansion,” ucap Deon seraya berjalan mengelilingi penginapan yang lumayan luas.“Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menginap di sini, Tuan?” Aldo bertanya ragu-ragu. “Penginapan ini termasuk yang paling murah di kota ini. Jika kita menutup penginapan ini, saya khawatir mereka tidak bisa menemukan penginapan murah lagi,” ujarnya berpendapat.“Tentu saja bisa. Kita bisa bangun lagi penginapan murah di sekitar sini. Tapi tidak di sini. Aku menyukai tempat ini sebagai mansion pribadi untuk tempat tinggalku dan istriku. Orangtuaku akan menetap di Indonesia, mereka akan menempati rumah yang lama. Sedangkan, aku dan istriku tidak mungkin tinggal bersama orangtuaku. Istriku pasti senang jika aku membangu