“Tapi itu tidak adil! Aku sudah memberitahumu semampuku!” gertak Selena.
“Semua yang kulihat hanyalah hasilnya, bukan usahanya. Bawa dia kembali ke kamarnya!”Damian tampaknya langsung bersiap menuju lokasi yang diberitahukan Selena. Dan Selena didekati oleh seorang pria yang langsung menggendong tubuhnya, karena kondisi kaki Selena sedang tidak baik-baik saja. Selena menatap Damian dengan raut cemas, kelihatannya dia mulai gelisah dengan keberadaannya di mansion milik Damian itu.Selena dikurung di sebuah kamar yang cukup nyaman. Hanya saja, pemikiran apa yang akan dilakukan Damian selanjutnya tetap membuatnya tak nyaman. Dia memperhatikan kakinya, yang kondisinya agak sedikit buruk. Sangat perih ketika terkena air.“Aku harus pergi dari sini. Pria gila itu bisa terus menerus menyiksaku.” Selena semakin gelisah dan menatapi keluar jendela, di mana mansion yang begitu lega itu juga terlihat tak terjaga.Selena keluar dari kamarnya dengan hati-hati. Doa menyadari tempat itu cukup sepi. Dan yang sedikit dia bingungkan, pintu kamarnya sama sekali tak terkunci. Dia lalu berjalan menyusuri lorong mansion itu.Karena merasa tak ada yang mengawasi tempat itu, Selena lalu berlari ke sembarang arah. Dia berusaha mencari jalan keluar di mansion yang luas itu. Beberapa kali dia juga harus bersembunyi karena hampir berpapasan dengan para pria yang sepertinya anak buah Damian semua.***Damian berada di tempat yang dimaksud Selena dan mengecek tempat tersebut bersama bawahannya. Dia mendecak pelan karena tak menemukan apa-apa di tempat itu.“Tuan, kelihatannya mereka juga sudah pergi. Selena sepertinya juga tidak tahu ke mana perginya Axel setelah mereka putus. Hubungan mereka berakhir begitu saja setelah putus.”“Ah, jadi sia-sia kita datang ke sini? Apa gadis itu memang tidak tahu apa pun tentang pacarnya? Setidaknya dia tahu sesuatu yang lebih mencurigakan.” Damian mendengus kecewa.“Menurut teman-teman Selena di tempat kerjanya, hubungan Selena dan Axel tidak begitu baik. Sepertinya sebuah kesalahan untuk menahan Selena untuk memancing Axel keluar dari tempat persembunyiannya.”Damian memejamkan matanya, menunjukkan dia cukup putus asa untuk meminta kembali barang yang dicuri Axel itu.“Bagaimana dengan tempat tinggal Selena? Kita harus memeriksa sesuatu.”Sebelum pulang, Damian menyimpang lebih dulu ke kediaman Selena. Di sana, dia hendak mencari suatu petunjuk tentang keberadaan Axel yang sama sekali tidak bisa dilacak. Damian bersama anak buahnya menaiki beberapa tangga menuju ke rumah sewaan Selena.Tiba di rumah itu, rumah itu terkunci.“Buka paksa!” ujar Damian.Anak buahnya segera membuka paksa pintu rumah itu dengan menendangnya. Dan suara keributan berhasil membuat seseorang muncul dan menghampiri mereka dengan panik dan gelisah.“Ya ampun, ya ampun! Apa yang kalian lakukan? Kalian bisa merusak pintunya!” ujar wanita tua berbadan gempal itu.“Bukan urusan Anda,” balas Damian sinis.“Tentu saja urusan saya! Tempat ini punya saya dan ini salah satu rumah yang saya sewakan. Kalian datang untuk mencari Selena? Selena tidak pulang beberapa hari ini. Kalian ini siapa? Apa Selena berhutang pada kalian juga?” Wanita itu terus mengomel.Damian menghela nafas. Jelas Selena tidak pulang, gadis itu bersamanya saat ini.“Kurasa dia kabur karena tidak bisa membayar uang sewa tahun ini. Bulan-bulan sebelumnya, yang membayarkan biaya sewanya adalah pacarnya. Kudengar mereka putus.”“Berapa biaya sewanya? Aku akan membayarnya, tapi biarkan saya masuk dulu. Aku ingin memeriksa sesuatu.” Damian memutuskan untuk membiarkan uangnya bicara.“Ya ampun! Kalian ini sebenarnya siapa? Apa Selena melakukan tindakan kriminal hingga kalian harus memeriksa tempat tinggal sebelumnya juga?” tanya wanita itu dengan terkejut.“Ya, kurang lebih begitu.” Damian ingin ini cepat berakhir.“Kalau begitu, kalian bisa masuk. Periksalah! Ambil sekalian barang-barangnya jika perlu untuk barang bukti.” Wanita tua itu langsung membukakan pintu yang terkunci itu.Damian membayarkan uang sewa rumah Selena dan memasuki rumah tersebut untuk memeriksanya. Rumah sederhana yang terlihat agak berantakan.Bersama dengan anak buahnya, mereka mengobrak-abrik isi rumah. Damian menatapi foto-foto cetak antara Selena dengan Axel. Selena tampak ceria di foto-foto itu. Dan kelihatannya Axel telah mengajaknya berkeliling banyak tempat. Dan bahkan, ada foto di mana Axel kelihatannya mulai serius dengan Selena, karena Axel memberikan cincin pada Selena. Itu berarti ada kemungkinan mereka hampir menikah sebelumnya.Itu sebuah clue jika Axel mencintai Selena. Apa lagi dari setiap foto, keduanya sama-sama ceria. Entah bagaimana bisa ada kabar tentang mereka yang hubungannya tak baik.“Kelihatannya Axel tahu kita mulai menemukan jejaknya baru-baru ini. Dan dugaanku tak salah jika Axel mencintai Axel. Itu berarti, Selena memang kelemahan Axel. Yang kita perlukan, mungkin mengancam Axel dengan sedikit lebih liar.”Damian mengambil setiap yang dia butuhkan dan membawanya pulang. Dia segera pulang ke mansion.Sementara saat itu Selena yang masih sedang berusaha mencari jalan keluar sedang bersembunyi di bawah meja. Dia menunggu beberapa orang lewat dan keluar dari tempat persembunyiannya begitu aman. Namun, dia malah berpapasan dengan seseorang di sana.“Nona Selena?” panggilnya, terdengar keterkejutan di nadanya.“Oh, sial!” pekik Selena, dia menatapi pria itu dengan sedikit tegang hingga menyadari siapa yang ada di depannya ini, dia adalah pria yang mengoleskan salep untuknya barusan.“Apa yang Anda lakukan di sini? Seharusnya Anda tetap berada di kamar Anda,” ucapnya tegas.“Saya akan kembali, saya akan kembali ke kamar saya.” Selena tak ingin pria itu melaporkannya pada Damian dan dirinya mungkin akan mendapatkan masalah jika Damian tahu dirinya berusaha kabur.“Jika Anda mencari jalan keluar, bukan di sini. Jalan keluarnya di sayap kiri. Anda menjauh dari pintu utama,” jelasnya.“Ya?” Selena memekik, dia baru saja diberitahukan jalan keluarnya oleh bawahan Damian?“Aku akan berpura-pura tak melihatmu, dan tolong berpura-pura tak pernah bicara dengan saya.” Pria itu kemudian berjalan begitu saja dan mengabaikan Selena.Selena menatapi punggung pria itu dengan kebingungan. Namun, karena merasa tak punya banyak waktu, akhirnya Selena berbalik dan mencari jalan keluarnya sendiri sesuai perkataan pria itu.Dan begitu dekat dengan pintu keluar, Selena menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ada yang menjaga. Dia mulai berpikir jika anak buah Damian yang ada di mansion tidak sebanyak itu. Dia tersenyum lebar saat menghampiri pintu utama yang besar dan terbuka lebar.Namun, karena mendengar suara orang-orang datang dari lorong lain ke arahnya, Selena menoleh dan hendak bersembunyi dulu. Dia mencari tempat persembunyian lagi.“Selena?”Suara itu membuat Selena menoleh ke arah pintu. Di mana Damian bersama anak buahnya sudah ada di pintu.“Kau berusaha kabur?”Selena menoleh pada Damian dan menunjukkan ekspresi terkejutnya. Dan di belakangnya, sekarang ada banyak pria yang terlihat terkejut juga dengan kehadiran Selena. Itu membuat mereka terlihat pucat lantaran mereka tak menyadari kehadiran Selena di sekitar pintu utama, yang akan membuat mereka dalam masalah karena lengah mengawasi bagian dalam mansion. Damian sendiri sekarang tak menunjukkan ekspresi senang atau kesal. Wajahnya datar dan menunggu Selena menjelaskan situasi saat itu. Dia melangkah mendekat dan melirik para bawahannya yang ada di belakang Selena itu. “Kenapa kau di sini? Kau tahu, ini cukup jauh dari kamarmu. Dan, bagaimana bisa kau sampai di sini tanpa disadari seorang pun?” Damian menatap Selena dari dekat. “Euh...” Selena menjadi sedikit gugup, apa lagi sebelum sampai di sini, dia mendapatkan bantuan dari salah satu bawahan Damian yang entah kenapa membantunya. “Apa saja yang kalian lakukan sampai-sampai tak menyadari dia sudah sampai di sini?” Damian menatapi para
“Menyentuhku? Hey, kau jangan gila!” Suara Selena terdengar tercekat. Damian terkekeh geli dengan reaksinya Selena. Di matanya yang berkelibat cahaya, reaksi Selena cukup untuk memancing dirinya, untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh. “Kenapa? Kau takut? Kau takut untuk mengkhianati Axel? Aku sangat penasaran, seberapa marah Axel jika tahu aku menyentuhmu. Dalam rencanaku dan perkiraanku, jika aku mengirimkan sedikit saya cuplikan antara kau dan aku... bercinta, dia pasti akan memberikan reaksi yang aku inginkan. Kau itu berharga di matanya, Selena. Seperti aku menghargai apa yang dia curi.” Damian terkekeh puas sambil melepaskan jas yang dia gunakan. Dan itu membuat Selena beringsut mundur untuk menjauhi Damian. Selena tahu betul apa yang akan dilakukan Damian. Rasa takut memenuhi hatinya. Bukan tentang mengkhianati Axel seperti yang Damian pikirkan. Meski sempat terpikirkan juga, mungkin Axel menghargainya selama ini. Itulah yang membuatnya takut. Axel, sang mantan pertama dan
Darah segar mengalir bahkan menetes mengenai seprai berwarna putih gading itu. Suara isak tangis Selena terdengar nyaring, mungkin bisa terdengar sampai keluar. Kelihatannya itu sangat menyakiti Selena, karena itu yang pertama bagi Selena. Wajah Damian terkaku. Dia tak bisa memberikan ekspresi tenang untuk situasi itu. Dia baru sadar atas apa yang dia lakukan beberapa detik lalu yang mengakibatkan Selena memekik kencang dan menangis saat ini. Gadis itu berhenti meronta, kelihatannya sesakit itu sampai tak ingin bergerak. Tangan Damian yang menyilangkan tangan Selena perlahan mengendur. Damian menegakkan tubuhnya dan memastikannya sekali lagi. Setelah melihatnya untuk kedua kalinya, tangan Damian tersapu ke salah satu sisi rambutnya. Menyapu halus rambutnya dan sedikit menariknya. “Ah, apa ini...” Damian bicara dengan suara pelan. Yang Damian pikirkan sekarang adalah perasaan baru saat dia hendak bersatu dengan Selena. Selena tak pernah melakuk
Damian keluar dari kamar Selena dan menatapi lorong yang sudah sepi. Dia kemudian menuju ke kamarnya yang terletak cukup jauh dari kamar para wanitanya. Dia meluangkan waktu untuk mandi dan membersihkan dirinya. Pikiran Damian masih berada di ranjang, bersama dengan Selena. Perasaan baru yang dia temukan dari Selena berhasil membuatnya merasa pusing selama berada di kamar mandi. Di bawah shower, dia mengguyur dirinya yang masih terasa panas dan bergairah. Hingga untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia harus menuntaskan hasratnya sendirian. Setelah membersihkan diri, dia hendak kembali ke kamar Selena. Entah apa yang dia pikirkan. Namun tanpa dia sadari, ada keinginan untuk tetap di sisi Selena selama sisa malam ini. Sebelum kembali, dia bertemu dengan tangan kanannya, Luca. Luca membungkuk memberi salam pada Damian. “Anda belum tidur? Di mana selama beberapa jam terakhir? Kami mencari Anda, terakhir kali seseorang mengantar Anda ke kama
Selena mengerang pelan seraya memejamkan matanya lagi. Matanya masih bengkak akibat menangis semalaman karena digempur Damian. Matanya masih terasa berat dan dingin. “Kau tidur lebih lama dari orang pada umumnya. Kau tidur hampir 10 jam,” komen Damian. Selena tak menjawab. Pikirannya kosong. Dia ingat dia telah terbangun beberapa kali. Namun karena tubuhnya terasa sangat lemas dan sakit, dia kembali mengistirahatkan dirinya. Dia tak ingin menatap Damian, dia masih ingat betul kejadian semalam yang membuat hatinya terasa sakit. Selena mendudukkan diri dengan hati-hati. Dan dia menyadari pakaiannya telah berganti. Dia tak penasaran bagaimana, karena dia berpikir Damian menyuruh pelayannya. Damian memperhatikan Selena. Ada yang berubah di wajah Selena. Tatapan Selena yang terkesan kosong dan sangat hampa. Dia juga lebih pucat. Benar-benar mengkhawatirkan. “Perlu bantuan?” Damian mengangkat satu alisnya, memperhatikan gerak-gerik Selena. Selena tak mendengarkan, dia menutup telingan
“Ada apa ini? Kenapa kau keluar dari sana? Sejak kapan kau di kamar gadis itu?” Merry menatap Damian, terlihat jelas dari raut wajah terutama matanya, dia sedang cemburu. “Aku tak punya waktu untuk menjawab, dia terluka.” Damian berjalan begitu saja melewati mereka dan membawa Selena menuju ke ruangan yang tempatnya agak jauh dari kamar Selena. Damian meninggalkan residu kebingungan di ruangan itu. Damian tak terlihat datang ke sana sejak pagi, itu berarti dia mungkin bermalam di kamar Selena. Dan kata bermalam cukup sensitif di sana. Damian tak pernah sekali pun bermalam di kamar salah satu para wanita simpanannya itu. “Tuan... bermalam di kamar Selena?” tanya Rose, dia terlihat ingin memperjelas hal tersebut. “Omong kosong! Dia tidak mungkin melakukan itu!” tegas Merry, menyangkalnya dengan cepat. “Ah, sayangnya kita baru saja melihatnya keluar dari sana, dengan membawa Selena yang terluka. Aku pernah terluka juga di depan Tuan tapi Tuan hanya bereaksi dengan memanggilkan dokte
Selena menatapi obat yang diberikan oleh dokter tersebut. Dia berkedip beberapa kali melihat beberapa bentuk obat yang disuguhkan padanya bersama dengan segelas air. “Minum itu! Kau tidak ingin hamil begitu saja, kan? Pertama, kau terlalu muda. Kedua, kau baru melakukannya sekali. Bukankah kau bahkan belum menikmatinya dengan benar?” Damian tersenyum menggoda Selena yang segera mengambil satu persatu butir obat tersebut dan meminumnya. Damian memperhatikan sambil menyilangkan tangan di depan dada. Saat Selena meliriknya dengan tajam, Damian mengalihkan pandangan matanya ke sekeliling. Setelah meminum semuanya, Selena terdiam di sana. Dia menatapi kakinya yang terurai dari bangsal, belum menyentuh lantai. Dia menggerakkan kakinya dengan perlahan. “Kapan terakhir kali menstruasi?” tanya dokter itu untuk mencatat sesuatu. “Minggu lalu,” jawab Selena sambil menatap dokter itu. “Oh, itu cukup buruk jika kau tidak segera meminum obat kontrasepsi, kemungkinan kau mengalami kehamilan cu
Damian menatap Selena dengan perasaan tidak senang. Ucapannya tentang segera melakukan penukaran entah kenapa membuat suasana hatinya berubah. Semula, memang itu yang dia inginkan. Namun, di hadapannya ini ada sosok lemah yang menyenangkan. “Berhenti menangis, sekarang!” titah Damian. Selena tentu tak bisa menghentikan tangisannya begitu saja. Dia tetap meneteskan air matanya. Suara isak tangisnya justru terdengar lebih kencang. Tangannya juga tak tinggal diam, terus mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir. Damian tahu itu tak akan berhasil dan mendengus. Dia juga tak mau secara terang-terangan mengakui jika dia menginginkan Selena untuk lebih lama di sisinya. Dan pikirannya memunculkan satu cara yang pasti untuk membuat Selena berhenti menangis dan membuatnya lebih nyaman. Tangan besar itu terukur ke sisi wajah Selena dan mengangkatnya. Selena menatap Damian, mata ke mata. Damian bisa melihat ekspresi sedihnya Selena. Sepertinya apa yang dia katakan pada Selena memberatka