Selena menatapi handphonenya dengan bingung saat melihat Axel meneleponnya. Setelah dirinya bersama Damian selama beberapa hari, Axel sama sekali tidak berusaha menghubunginya. Namun, secara tiba-tiba, dia menghubunginya. Padahal Axel bisa saja menghubunginya di awal-awal. Tanpa pikir panjang, Selena mengangkat teleponnya. Toh, sekali pun dilacak, dia sekarang di mansion Damian yang sedang dijaga ketat. Dan Damian juga sedang sama sekali tidak jauh darinya.“Halo?” Selena memulai obrolan terlebih dahulu. “Selena...” “Ya?” Selena mengerutkan dahinya, saat mendengar suara Axel lebih lirih saat memanggilnya. “Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?” “Mm, aku baik.” Selena sedikit bingung tapi menanyakan kabar setidaknya bukan hal aneh. “Aku yakin kau menghubungiku bukan hanya untuk menanyakan kabarku. Apa yang kau inginkan? Apa ini perintah ayahku? Apa kau melakukan ini karena ayahku?” tanya Selena. Axel terd
“Apa? Apa yang dikatakan padamu?” Damian mengerutkan keningnya. Tanpa sadar tangan pria itu sudah berada di bahu Selena, meraihnya untuk menenangkan Selena yang kelihatannya syok. Selena tampak tak mempercayai sesuatu, yang membuatnya terlihat linglung. “Ibuku... benar adanya dia sedang bersembunyi dan tak menunjukkan kehadirannya sama sekali. Ayahku mungkin pernah bertemu dengannya sekali atau dua kali. Hingga ayahku merasa tak nyaman dan gelisah tentang keberadaan ibuku. Makanya, dengan terungkapnya keberadaan aku, ayahku sengaja membujukku agar tinggal bersamanya hingga aku berada di bawah pengawasannya. Ayahku akan memancing ibuku keluar dan melakukan sesuatu yang aku belum tahu apa itu.” Selena menghela nafasnya. Dia sedikit tegang, menyadari jika selama bersama ayahnya, saat dia menikmati kekayaan ayahnya, dia sedang mendorong dirinya sendiri ke jurang. Damian mengerutkan keningnya. “Kenapa Axel memberitahumu hal itu? Bukankah seharusnya
“Ayo kita hubungi Selena dan Damian tentang informasi yang kita temukan ini. Selena mungkin akan kaget jika mengetahui Axel sebenarnya adalah saudara angkatnya. Hahaha.” Tawa pria tua itu terdengar renyah. Dia tidak bisa tidak menertawakan fakta itu. Meski agak miris jika harus memberitahu Selena kalau ibunya lebih memilih merawat anak adopsinya dari pada st putrinya. Apa pun alasannya, entah itu bisa diterima Selena atau tidak. Di balik itu semua, Hendry juga agak menyayangkan tentang perilaku Sabrina yang justru telah menghancurkan masa muda anaknya. Pertemuan Selena dengan Damian tetaplah bukan sesuatu yang seharusnya terjadi. Terikat atas apa yang terjadi pada Selena awalnya, sepertinya tetap tidak bisa diperbaiki sama sekali. Di kemudian hari, bersama atau tidaknya mereka adalah suatu masalah. Karena kini, Hendry bisa melihat cinta di mata Damian terhadap Selena. Tapi dari Selena, dia hanya melihat gadis yang dulunya terlihat punya rasa takut pada
“Aku akan pergi menemui Selena dan membawanya ke sini. Kami sudah berjanji hanya akan bertemu berdua. Aku tidak ingin mengkhianati Selena sama sekali. Aku tidak mau membawa siapa pun selain diriku sendiri.” Axel menghadap ke arah Derek, menyatakan apa yang akan dia lakukan malam ini. Derek menganggukkan kepalanya, sepertinya berusaha memahami keputusan Axel tersebut. Yang tentunya semua dia lakukan untuk Selena dan menjaga kepercayaan Selena untuk hubungan mereka di masa depan. Dan Derek akan menyetujui permintaan Axel untuk pergi sendirian. “Ya, kau bisa pergi sendirian jika itu maumu,” jawab Derek. “Anda mempercayaiku, bukan? Aku tidak akan mengkhianatimu karena tidak memiliki siapa pun lagi sebagai fondasi diriku sendiri.” Axel menatap Derek, dari tatapannya tampak meyakinkan. Derek menghela nafasnya dan menatap Axel. Dia menganggukkan kepalanya lagi, berusaha meyakinkan dirinya tentang Axel. Lagi pula, Axel tak akan berani mengkhianati dir
Selena menatap Axel yang sudah menunggunya di restoran. Melihat keadaan sekitar, Selena bisa mengetahui kalau Axel sendirian. Karena beberapa orang yang ada di dalam restoran adalah anak buah Damian yang sudah mengawasi dari sebelum Axel datang dan mereka memberikan informasi jika pria itu datang sendirian. “Axel menepati janjinya,” ucap Selena sambil mengambil tasnya, dia masih di dalam mobil bersama dengan Damian yang saat ini menatapnya dengan tatapan kesal karena Selena harus menemui Axel. Selena awalnya tak begitu memperhatikan hal tersebut, sampai dia menyadarinya dan tersenyum ke arah Damian dengan sedikit ragu. Sebenarnya dia juga agak ngeri kalau-kalau dia membuat Damian marah. Damian masih berpotensi melakukan hal keji padanya, walau kemungkinannya lebih kecil. “Ini hanya akan memakan waktu sebentar. Dan aku yakin dia tidak akan melakukan apa pun selain bicara sesuai janjinya. Aku mengenalnya dengan baik.” Selena berusaha menghibur Damian.
“Aku sedikit kecewa padamu. Tapi apa boleh buat? Karena kau mungkin merasa terancam untuk saat ini. Aku bisa mengerti itu. Sampai-sampai kau mencari bantuan pada Damian, berlindung padanya. Kau memilihnya dari pada aku. Padahal kau bisa bicara denganku,” gumam Axel. Suara rendah Axel membuat Selena merasa sedikit bersalah atas segala tindakannya hari ini. Dia melanggar janjinya untuk datang sendirian, dia juga meragukan Axel lewat minumannya. “Aku tidak bisa mempercayaimu adalah benar adanya. Kau terlalu menunjukkan kedekatanmu dengan ayahku, itu memuakkan. Kau tahu aku ditelantarkan olehnya dulu dan malah berada di sisinya. Itu benar-benar memuakkan,” balas Selena, dia menekan ucapannya sendiri. “Aku berada di sisinya bukan tanpa alasan. Kau sendiri adalah satu-satunya alasan aku berada di sana. Aku berada di pihakmu. Dan ingin selalu berada di pihakmu. Makanya saat kau akhirnya kembali pada ayahmu, aku pun mendekati ayahmu,” jelas Axel. Kedu
“Ya, semirip itu kau dan ibumu. Pada awalnya, aku sama sekali tidak menaruh perasaan apa pun untukmu dan hanya akan menganggapmu sebagai adikku. Namun, lama kelamaan, perasaan itu tumbuh tanpa permisi. Aku sampai memohon pada ibumu untuk mengencanimu. Dan pada akhirnya, di sinilah kita. Hubungan kita sudah berakhir.” Axel mempersingkatnya. Dia terkekeh miris dengan kalimatnya sendiri. Menyinggung dirinya sendiri dan mengingatkan bahwa hubungannya dengan Selena telah usai. Namun, bukan berarti dia akan menyerah juga. Selena mengerjapkan matanya, sedikit tak percaya dengan apa yang dia dengar dari Axel. Raut wajahnya terlihat agak sedih, mengetahui ibunya lebih memilih merawat dan membesarkan orang lain ketimbang putrinya sendiri yang telah melalui banyak hal. “Aku akan menjelaskan sisanya nanti. Bagaimana jika kita pergi sekarang untuk menemui ibumu? Sebenarnya, saat ini posisi kita tidak aman sama sekali,” ucap Axel tiba-tiba.Axel melirik hand
Selena sempat terkejut mendengar suara tembakan dan khawatir akan keselamatan Damian yang masih berada di luar. Seharusnya pria itu memang tidak keluar dari mobil. Karena rasa khawatirnya pada Selena, kini dia membahayakan dirinya sendiri dan membuat Selena khawatir. Namun, suara tembakan itu bukan tembakan yang diarahkan ke Damian dan justru diarahkan pada musuh darinya. Pria itu masih tiarap sambil menodongkan senjatanya ke arah semak-semak. Setelah memberikan tembakan itu, Damian dan sopir pribadinya langsung berlari ke dalam restoran. Dan Selena langsung menerobos keluar dari kepungan anak buah Damian yang ada di sekitarnya. Kebetulan pertahanan mereka sedikit goyah karena Damian yang berlari masuk dan mereka berusaha melindungi Damian dari dalam. Axel sedikit terkejut melihat bagaimana Selena lari ke arah Damian. Air wajahnya tak bisa menutupi kecemburuannya saat melihat Selena memeluk Damian dan Damian mendekapnya juga. Keduanya seperti telah mela