“Aku akan pergi menemui Selena dan membawanya ke sini. Kami sudah berjanji hanya akan bertemu berdua. Aku tidak ingin mengkhianati Selena sama sekali. Aku tidak mau membawa siapa pun selain diriku sendiri.”
Axel menghadap ke arah Derek, menyatakan apa yang akan dia lakukan malam ini. Derek menganggukkan kepalanya, sepertinya berusaha memahami keputusan Axel tersebut. Yang tentunya semua dia lakukan untuk Selena dan menjaga kepercayaan Selena untuk hubungan mereka di masa depan. Dan Derek akan menyetujui permintaan Axel untuk pergi sendirian.“Ya, kau bisa pergi sendirian jika itu maumu,” jawab Derek.“Anda mempercayaiku, bukan? Aku tidak akan mengkhianatimu karena tidak memiliki siapa pun lagi sebagai fondasi diriku sendiri.” Axel menatap Derek, dari tatapannya tampak meyakinkan.Derek menghela nafasnya dan menatap Axel. Dia menganggukkan kepalanya lagi, berusaha meyakinkan dirinya tentang Axel. Lagi pula, Axel tak akan berani mengkhianati dirSelena menatap Axel yang sudah menunggunya di restoran. Melihat keadaan sekitar, Selena bisa mengetahui kalau Axel sendirian. Karena beberapa orang yang ada di dalam restoran adalah anak buah Damian yang sudah mengawasi dari sebelum Axel datang dan mereka memberikan informasi jika pria itu datang sendirian. “Axel menepati janjinya,” ucap Selena sambil mengambil tasnya, dia masih di dalam mobil bersama dengan Damian yang saat ini menatapnya dengan tatapan kesal karena Selena harus menemui Axel. Selena awalnya tak begitu memperhatikan hal tersebut, sampai dia menyadarinya dan tersenyum ke arah Damian dengan sedikit ragu. Sebenarnya dia juga agak ngeri kalau-kalau dia membuat Damian marah. Damian masih berpotensi melakukan hal keji padanya, walau kemungkinannya lebih kecil. “Ini hanya akan memakan waktu sebentar. Dan aku yakin dia tidak akan melakukan apa pun selain bicara sesuai janjinya. Aku mengenalnya dengan baik.” Selena berusaha menghibur Damian.
“Aku sedikit kecewa padamu. Tapi apa boleh buat? Karena kau mungkin merasa terancam untuk saat ini. Aku bisa mengerti itu. Sampai-sampai kau mencari bantuan pada Damian, berlindung padanya. Kau memilihnya dari pada aku. Padahal kau bisa bicara denganku,” gumam Axel. Suara rendah Axel membuat Selena merasa sedikit bersalah atas segala tindakannya hari ini. Dia melanggar janjinya untuk datang sendirian, dia juga meragukan Axel lewat minumannya. “Aku tidak bisa mempercayaimu adalah benar adanya. Kau terlalu menunjukkan kedekatanmu dengan ayahku, itu memuakkan. Kau tahu aku ditelantarkan olehnya dulu dan malah berada di sisinya. Itu benar-benar memuakkan,” balas Selena, dia menekan ucapannya sendiri. “Aku berada di sisinya bukan tanpa alasan. Kau sendiri adalah satu-satunya alasan aku berada di sana. Aku berada di pihakmu. Dan ingin selalu berada di pihakmu. Makanya saat kau akhirnya kembali pada ayahmu, aku pun mendekati ayahmu,” jelas Axel. Kedu
“Ya, semirip itu kau dan ibumu. Pada awalnya, aku sama sekali tidak menaruh perasaan apa pun untukmu dan hanya akan menganggapmu sebagai adikku. Namun, lama kelamaan, perasaan itu tumbuh tanpa permisi. Aku sampai memohon pada ibumu untuk mengencanimu. Dan pada akhirnya, di sinilah kita. Hubungan kita sudah berakhir.” Axel mempersingkatnya. Dia terkekeh miris dengan kalimatnya sendiri. Menyinggung dirinya sendiri dan mengingatkan bahwa hubungannya dengan Selena telah usai. Namun, bukan berarti dia akan menyerah juga. Selena mengerjapkan matanya, sedikit tak percaya dengan apa yang dia dengar dari Axel. Raut wajahnya terlihat agak sedih, mengetahui ibunya lebih memilih merawat dan membesarkan orang lain ketimbang putrinya sendiri yang telah melalui banyak hal. “Aku akan menjelaskan sisanya nanti. Bagaimana jika kita pergi sekarang untuk menemui ibumu? Sebenarnya, saat ini posisi kita tidak aman sama sekali,” ucap Axel tiba-tiba.Axel melirik hand
Selena sempat terkejut mendengar suara tembakan dan khawatir akan keselamatan Damian yang masih berada di luar. Seharusnya pria itu memang tidak keluar dari mobil. Karena rasa khawatirnya pada Selena, kini dia membahayakan dirinya sendiri dan membuat Selena khawatir. Namun, suara tembakan itu bukan tembakan yang diarahkan ke Damian dan justru diarahkan pada musuh darinya. Pria itu masih tiarap sambil menodongkan senjatanya ke arah semak-semak. Setelah memberikan tembakan itu, Damian dan sopir pribadinya langsung berlari ke dalam restoran. Dan Selena langsung menerobos keluar dari kepungan anak buah Damian yang ada di sekitarnya. Kebetulan pertahanan mereka sedikit goyah karena Damian yang berlari masuk dan mereka berusaha melindungi Damian dari dalam. Axel sedikit terkejut melihat bagaimana Selena lari ke arah Damian. Air wajahnya tak bisa menutupi kecemburuannya saat melihat Selena memeluk Damian dan Damian mendekapnya juga. Keduanya seperti telah mela
“Sialan, bisa-bisanya dia menyamar dengan sangat rapi. Bahkan sangat meyakinkan tentang dia tidak punya siapa pun dan akan menjadi anak anjing setia karena takut ditelantarkan.” Derek mengerang kesal. Dia tidak bisa menahan emosinya sendiri. Derek sudah mengetahui pengkhianatan yang dilakukan Axel karena kecurigaannya untuk menemui Selena sendiri. Dia awalnya percaya pada Axel, namun tetap memerintahkan orang-orangnya untuk mengikuti Axel, hingga mereka menyadari Axel terlalu lama bicara. “Ayah melupakan fakta jika dia masih mencintai Selena lebih dari apa pun. Dia bersama kita selama ini, dan menjadi mata-mata. Mungkin Axel telah memberikan banyak informasi pada Selena tentang ini. Sampai saat Selena melarikan diri, itu mungkin karena informasi dari Axel.” “Tidak. Aku ingin meyakinkan diriku jika Axel tidak akan berkhianat.” Derek langsung menyela saat Arsella yang duduk di sampingnya berbicara. “Dia terus berbicara dengan Selena dan Selena t
Cahaya remang-remang memenuhi ruangan. Seorang gadis yang tersadar dari pingsannya perlahan membuka mata. Selena, yang tengah terikat di sebuah kursi kayu mengerjapkan matanya untuk memfokuskan pandangannya yang buram. Dan wajahnya perlahan terangkat untuk mengenali tempat yang dia rasa asing. “Kau bangun, Selena?” Suara berat pria membuat Selena yang masih lemas menolehkan kepalanya perlahan ke arah pria itu. Dan menemukan wujudnya yang sedang menikmati secangkir kopi. Selena mendesis pelan, merasakan sekujur tubuhnya pegal. Dia mengedarkan pandangannya lagi ke ruangan itu. “Di mana ini?” tanyanya dengan suara yang lemah, nyaris tak terdengar sama sekali. “Di ruang interogasi yang ada di mansion milikku. Maaf cahayanya remang, karena aku menyukai cahaya yang tidak terlalu terang untuk orang-orang sepertimu.” Selena mendesis pelan dan menegakkan bahunya. Dia terlihat sangat pucat dan terlihat tak sehat saat itu. Belum lagi, tempat ini kelihatannya tak dijangkau matahari sama seka
Begitu Selena menyemburkan air di mulutnya pada Damian, Selena tersenyum puas. Dia suka reaksi bagaimana Damian langsung memalingkan wajahnya yang basah kuyup. Walau senyumannya langsung menghilang begitu Damian melemparkan gelas di tangannya ke sembarang arah dan mengayunkan kakinya untuk menendang bahunya dengan kuat. Kursi yang didudukinya tak mampu menahan Selena agar tak jatuh setelah mendapatkan tendangan di bahunya. Kursi itu jatuh bersama dengan Selena. Kepala Selena membentur lantai dengan cukup kuat, membuat pendengarannya sempat berdenging beberapa saat dan pusing. Damian menatap Selena dengan geram, gadis itu sangat berani menyemburkan air ke wajahnya karena belum mengenal siapa yang sedang dia hadapi saat ini. Dan tindakan Damian kali ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuannya pada Selena, menunjukkan kekuatan yang dia punya. “Bodoh, kau bermain-main dengan orang yang salah, dan aku ingin kau tahu itu.” Damian mengeluarkan sapu tangan dari balik jasnya dan mengusap w
Wanita lainnya langsung mengerutkan alisnya. Mereka juga tampaknya ingin disentuh Damian. “Anda sudah sering menggunakan Merry belakangan ini dan kami jadi tak tersentuh,” protes salah satu dari enam dengan suara yang cukup stabil. “Itu hukuman kalian karena dari kalian berani melakukannya dengan bawahanku yang lain.” Dengan mata yang menggelap dan suara yang merendah, Damian mengatakan itu. Membuat kelima dari mereka ketakutan. Kecuali Merry, yang menjadi kesukaan Damian karena sikap patuh dan manisnya, tipe Damian. “Ngomong-ngomong, kau punya gadis lain di sebelah kamarku,” ucap Merry. “Dia kelihatannya akan menggantikan Merry, karena masih muda dan cantik.” “Tutup mulutmu!” sentak Merry. Merry terdengar marah begitu salah satu dari mereka berusaha mengomporinya. Pasalnya, dia sendiri memang merasa tersaingi begitu mendengar kedatangan seorang gadis di kamar sebelahnya yang kosong. Dia tak melihatnya langsung, namun ucapan dari wanita lain berhasil membuatnya kesal karena car