Share

Menjadi Tawanan Mafia
Menjadi Tawanan Mafia
Penulis: sherina vellyn

Penculikan

Cahaya remang-remang memenuhi ruangan. Seorang gadis yang tersadar dari pingsannya perlahan membuka mata. Selena, yang tengah terikat di sebuah kursi kayu mengerjapkan matanya untuk memfokuskan pandangannya yang buram. Dan wajahnya perlahan terangkat untuk mengenali tempat yang dia rasa asing.

“Kau bangun, Selena?”

Suara berat pria membuat Selena yang masih lemas menolehkan kepalanya perlahan ke arah pria itu. Dan menemukan wujudnya yang sedang menikmati secangkir kopi. Selena mendesis pelan, merasakan sekujur tubuhnya pegal. Dia mengedarkan pandangannya lagi ke ruangan itu.

“Di mana ini?” tanyanya dengan suara yang lemah, nyaris tak terdengar sama sekali.

“Di ruang interogasi yang ada di mansion milikku. Maaf cahayanya remang, karena aku menyukai cahaya yang tidak terlalu terang untuk orang-orang sepertimu.”

Selena mendesis pelan dan menegakkan bahunya. Dia terlihat sangat pucat dan terlihat tak sehat saat itu. Belum lagi, tempat ini kelihatannya tak dijangkau matahari sama sekali hingga suhunya dingin karena lembab.

“Kau siapa? Kenapa kau menculikku?” Selena bersusah payah bertanya.

“Aku Damian, salam kenal.” Pria itu terkekeh pelan, memainkan sedikit jawabannya.

“Aku tidak punya uang, dan tidak akan ada yang menebusku. Kau menculik gadis yang salah,” ucap Selena sambil bersandar ke kursi itu dengan lemas, kepalanya terasa berat dan pusing.

“Tidak juga. Aku menculik orang yang tepat.” Damian menggeleng pelan dan memperhatikan Selena yang begitu lemah, dipandangnya dengan jijik dan menyedihkan.

Selena mengernyitkan dahinya, tak mengerti apa yang dibicarakan Damian. Dia sungguh tak punya uang dalam jumlah besar untuk menebus dirinya sendiri. Dan tak ada juga orang yang akan menebus dirinya. Dia tak punya keluarga, dan pacarnya pergi meninggalkannya begitu saja.

Dia gadis sebatang kara yang berjuang untuk bertahan hidup sendirian. Dan sekarang dirinya malah diculik oleh orang tak dikenal secara tiba-tiba. Mungkin untuk diperbudak atau diperjualbelikan. Karena melihat bagaimana pria ini tampaknya bukan orang baik-baik.

“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Selena seraya menatapnya, nafasnya terdengar agak berat.

“Aku ingin menawanmu untuk memancing keberadaan pacarmu itu,” jawab Damian.

“Pacar? Maksudmu Axel? Ah, dia sudah bukan pacarku. Dia tak akan tertarik dengan apa yang aku lakukan, di mana aku, sedang apa, kondisiku bagaimana, semuanya,” balas Selena.

“Oh, ya?” Damian menarik ujung bibirnya, dia tak mempercayai apa yang dikatakan Selena.

Selena memejamkan mata sejenak. Lehernya terasa sakit, kepalanya pusing tujuh keliling dan badannya juga rasanya sakit-sakit. Damian bangkit dari duduknya dan mendekati Selena. Suara langkahnya tegas dan menggema di ruangan yang tertutup itu.

Disentuhnya garis rahang Selena dan dia mengangkat wajah Selena hingga bisa menatapnya. Dan dia mengeluarkan handphone dari sakunya, mengambil gambar Selena yang menengadah ke arahnya. Dia mengabaikan apa yang dikatakan Selena sebelumnya, mengenai pacar atau mantan pacarnya.

“Kau sudah mendapatkan briefing untuk ini? Untuk saling menjauh, untuk menjaga dirimu, untuk menutupi kelemahan yang ada di dalam dirinya. Kau... merupakan kelemahannya.”

Damian tersenyum dan menaruh handphonenya lagi di sakunya. Setelah memotret wajah Selena, wajah yang ada di genggamannya dihempas begitu ringannya. Selena menoleh ke arah lain karenanya. Selena mengangkat wajahnya lagi dan menatap Damian.

“Apa maksudmu? Kenapa aku kelemahannya? Lalu, kenapa kau mengincar aku karena Axel?” Selena mengerutkan dahinya.

“Axel mengambil tanpa izin sesuatu dariku. Dan aku melakukan hal yang sama. Untuk itulah, aku ingin Axel melakukan pertukaran atas apa yang masing-masing dari kami ambil. Cukup adil, kan? Kalau kau bertanya kenapa kau kelemahan Axel, karena kau orang yang disayanginya,” jawab Damian.

“Kuberitahu, ya. Aku bukan lagi orang yang disayanginya, dan itu sangat tidak mungkin. Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa pun. Jadi percuma saja kau menculikku untuk pertukaran apalah itu. Dia tidak akan tertarik,” sangkal Selena.

Selena menyangkalnya, dia sedikit kesal karena baru saja putus dengan pacarnya itu beberapa hari, dia harus terlibat dengan orang lain karena hubungan masa lalu. Apa lagi, pria yang ada di hadapannya ini bukan orang sembarangan jika melakukan penculikan. Ditambah alasan penculikan yang dia lakukan, dia melakukan ini atas dasar sesuatu, berarti dia punya tujuan.

“Jangan berusaha membodohi aku!” tekan Damian dengan suaranya yang agak rendah.

“Aku tidak berbohong. Sungguh. Usahamu menculikku hanya untuk menarik perhatian mantanku, kan? Aku sudah tidak ada lagi hubungan dengannya. Ini membuatku membencinya, kenapa aku jadi harus terlibat sesuatu yang bahkan aku tidak tahu apa?!” cerocos Selena geram.

Damian menarik salah satu ujung bibirnya. Matanya menggelap seiring Selena mengutarakan kalimat, karena yang dia lihat adalah kebohongan.

“Aku tidak pernah salah, gadis!” kata Damian dengan menekan kalimatnya.

“Oh, ya? Maka kali ini kau salah, akui itu!” balas Selena meninggikan suaranya. “Lepaskan aku sekarang! Aku tidak lagi berhubungan dengannya, sialan! Dia—”

Tanpa mendengarkannya lagi, Damian segera mengulurkan tangannya ke leher Selena, membuat Selena menengadah dan merasa tekanan yang menyakiti tenggorokannya. Rasanya sakit dan menyiksa. Tangan Damian menekan, menimbulkan saluran pernafasannya juga tertutup.

“Khh... khh...” Suara mengorok keluar dari mulut Selena.

Sial, apa yang sebenarnya Axel curi?! Kenapa aku harus menanggung ini?

Damian dengan tenangnya mengeluarkan handphonenya lagi dengan tangan yang lain. Dan dia lagi-lagi memotret Selena yang berada di ambang kematiannya jika Damian terus menutup trakeanya, mengakibatkan pasokan oksigen ke paru-paru berkurang. Ini akan menyebabkan kematian dalam waktu dekat.

Setelah puas dengan hasil fotonya, Damian menarik tangannya menjauh dan tersenyum minat Selena yang langsung terbatuk. Batuknya terdengar kering dan juga sangat menyakitkan. Nafasnya langsung terengah-engah, meraup rakus oksigen yang ada di sekitarnya.

“Sudah menarik nafasnya? Udara terlalu berharga untuk makhluk lemah sepertimu.” Damian terkekeh seraya membungkukkan badannya untuk menatap Selena.

Selena menatapnya balik dengan wajahnya yang terlihat marah. Dia lagi-lagi terbatuk. Tenggorokannya jadi terasa sangat tidak nyaman sekarang. Dia butuh air.

“Aku... Aku butuh air,” ucapnya dengan susah payah.

“Ah, air?” Damian berjalan menjauh, dan mengambil segelas air.

Dia kembali dan menyodorkannya pada Selena. Selena mendekatkan bibirnya pada gelas, dia ingin meraihnya, tangannya yang terikat tak bisa berguna seperti biasanya.

“Kau tidak boleh minum seperti bagaimana aku minum.” Damian lantas menuangkan air dalam gelas itu di atas kepala Selena, menuangkannya sedikit untuk menunjukkan bagaimana dia akan memberinya air minum.

Selena melebarkan matanya, kepalanya terasa basah sekarang. Tatapan Selena menatap Damian dengan gelap. Karena tak suka dengan tatapan Selena, Damian segera meraih rahangnya untuk membuat Selena menengadahkan kepala.

“Kau tidak ingin minum? Lakukan seperti apa yang aku katakan!” titah Damian.

Selena lantas membuka mulutnya, dia membutuhkan air itu. Dan Damian menuangkannya dengan seringai di bibirnya. Selena berusaha minum, dia menatapi gelas itu, berusaha memperhatikan kapan airnya akan habis. Dan begitu tetes terakhir masuk ke mulutnya, Selena menutup mulutnya.

Damian tertawa puas melihat air yang membasahi baju Selena juga.

Dan tanpa diduga, Selena menyemburkan air yang ada di mulutnya, air yang sengaja dia sisakan untuk disemburkan pada Damian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status