Share

Perlakuan Istimewa

Begitu Selena menyemburkan air di mulutnya pada Damian, Selena tersenyum puas. Dia suka reaksi bagaimana Damian langsung memalingkan wajahnya yang basah kuyup. Walau senyumannya langsung menghilang begitu Damian melemparkan gelas di tangannya ke sembarang arah dan mengayunkan kakinya untuk menendang bahunya dengan kuat.

Kursi yang didudukinya tak mampu menahan Selena agar tak jatuh setelah mendapatkan tendangan di bahunya. Kursi itu jatuh bersama dengan Selena. Kepala Selena membentur lantai dengan cukup kuat, membuat pendengarannya sempat berdenging beberapa saat dan pusing.

Damian menatap Selena dengan geram, gadis itu sangat berani menyemburkan air ke wajahnya karena belum mengenal siapa yang sedang dia hadapi saat ini. Dan tindakan Damian kali ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuannya pada Selena, menunjukkan kekuatan yang dia punya.

“Bodoh, kau bermain-main dengan orang yang salah, dan aku ingin kau tahu itu.” Damian mengeluarkan sapu tangan dari balik jasnya dan mengusap wajahnya yang basah.

Ditatapnya Selena yang tak berdaya, terikat di kursi yang sekarang terbaring bersamanya. Selena berusaha menjaga kesadarannya, terlihat dari bagaimana lemahnya mata itu yang berkali-kali ingin terpejam lebih lama.

“Kau sepertinya tak cukup mengenal lawanmu. Jangan bertindak bodoh jika kau tak tahu seberapa besar kekuatan lawanmu. Dan perlu aku ingatkan kau, jika aku sedang tidak bermain-main terhadapmu. Tindakanku barusan sebagai peringatan untukmu,” ancam Damian.

Selena tak begitu mampu mendengarkan apa yang dikatakan Damian karena suara Damian sesekali lenyap. Dan tak lama kemudian, dia tak sadarkan diri karena tak mampu bertahan lebih lama.

Damian mendecak begitu melihatmu pingsan lagi. Dia lantas menuju ke pintu dan keluar dari ruangan itu. Tampak beberapa pria dengan pakaian formal berada di sana. Mereka lantas menundukkan kepalanya dengan sopan begitu Damian keluar.

“Bawa dia ke kamar kosong yang ada di dekat kamar Merry. Suruh pelayan merawatnya!” titah Damian seraya berjalan, meninggalkan sebagian dari mereka karena sebagiannya lagi langsung mengikuti ke mana pun Damian akan pergi.

“Nona Merry tak akan suka jika ada gadis baru lagi, Tuan.” Salah satunya angkat bicara.

“Katakan dia bukan gadisku, dia tawanan kita yang berharga, untuk itulah dia di tempatkan di sana. Beritahu pelayan untuk menyampaikan pada wanita itu untuk tak menyentuhnya!” ujar Damian.

“Kenapa Anda seolah memperlakukannya dengan spesial?” Salah satunya agak memberontak.

Damian langsung melirik ke arah bawahannya, dan langkahnya berhenti. Begitu langkah Damian berhenti, semuanya berhenti dan menoleh ke arah pria yang baru saja bertanya.

“Apa aku kurang jelas? Dia tawanan kita yang berharga. Meski aku akan melukainya untuk membuat Axel datang dan melakukan pertukaran, setidaknya kita harus cukup baik untuk merawatnya juga. Kau pikir pria itu mau melakukan penukaran jika kita menyerahkan gadis itu dalam keadaan yang buruk? Ya, setidaknya jangan terlalu buruk.”

Damian terkekeh pelan dengan kalimat terakhirnya. Karena dia bersikap cukup peduli pada gadis itu, yang tujuannya jelas jika dia ingin mantan Selena setuju untuk melakukan penukaran juga.

“Baik, dimengerti.”

“Jangan bertanya seolah kalian meragukan perintahku!” Nada bicara Damian berubah menjadi lebih tegas dan lebih serius.

“Baik, Tuan!” Anjing-anjingnya yang setia itu menggonggong patuh.

***

Selena dibawa dengan digendong oleh seorang pria bawahannya Damian. Diikuti beberapa pelayan yang akan merawat Selena.

Mereka tiba di sebuah ruang tengah, di mana sekarang ada beberapa wanita dengan pakaian cantik nan mewah seolah menunggu untuk mengonfirmasi suatu rumor. Dan begitu Selena tiba di sana dalam keadaan tak sadarkan diri, para wanita itu menatap ke arah Selena dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

“Apa ini? Ternyata rumornya benar, Tuan Damian membawa pulang seorang gadis.”

“Di mana dia dari tadi, ya? Padahal aku melihat mobil Damian sudah tiba beberapa jam yang lalu, kenapa gadis ini baru datang ke sini?”

“Dia sangat muda, sepertinya akan menjadi saingannya Merry.”

“Tak kusangka, ini juga selera Tuan Damian.”

“Dia bukan 'wanitanya' Tuan Damian. Dia hanya akan tinggal sementara sebagai tawanan. Tuan Damian meminta untuk tak menyentuhnya, sama sekali.” Pria itu angkat bicara.

“Apa ini? Perlakuan istimewa?”

Pria itu tak lagi meladeni mereka dan segera membawa Selena masuk ke kamar. Para pelayan segera bekerja sesuai perintah untuk merawatnya.

Selena terbaring di sebuah tempat tidur yang cukup mewah. Dengan kepalanya yang dibaringkan di atas sebuah kantong es. Tubuhnya yang dibaringkan secara terbuka itu tengah dimandikan oleh beberapa pelayan. Dan mereka menemukan beberapa bekas luka lama di tubuh Selena.

Selena tak masih tak sadarkan diri pasti akan malu mendapati dirinya dimandikan seperti mayat.

Begitu selesai, para pelayan keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Selena yang telah dipakaikan sebuah gaun polos berwarna biru, seperti punya rumah sakit. Dan kepala pelayan yang tugasnya hanya memastikan pelayan lain mengerjakan tugasnya dengan baik sekarang melapor pada Damian.

“Kondisinya membaik. Tidak ada cedera serius. Namun kepala belakangnya sedikit bengkak. Dan di sekujur tubuhnya terdapat beberapa bekas luka lama. Ada beberapa lebam juga,” ucapnya.

Damian yang duduk di belakang mejanya menganggukkan kepalanya dan telunjuk bak sedang menyentuh layar sentuh, bergerak untuk menggeser pelayan itu dan membiarkan orang lain melapor juga. Kini seorang pria berkacamata yang menghadapnya.

“Saya sudah mengirimkan foto yang Anda minta pada Axel setelah mendapatkan alamat surel yang dia gunakan. Saya juga memastikan pengiriman gambar yang saya lakukan tidak bisa dideteksi.”

“Apa Axel membalas?” Damian menatapnya dengan tatapan tajam.

“Tidak... Belum.”

“Baik, bagus. Laporkan setiap pergerakan Axel yang kau temukan padaku,” ujar Damian.

“Baik, Tuan.”

Damian menghela nafasnya begitu laporan di hari itu selesai. Ini sudah malam dan tubuhnya terasa kaku, entah kenapa. Dia bangkit dari duduknya, ruangannya kini sudah sepi dan dia ingin beristirahat.

Damian, seorang pengelola perusahaan kasino dan bergerak di berbagai bisnis legal maupun ilegal secara terpisah. Dia bisa menjadi pebisnis legal yang meraup keuntungan besar di kasino. Tapi dia mendapatkan keuntungan lebih banyak dengan menjadi bos mafia dan melakukan beberapa tindakan kriminal

Damian berjalan keluar dari ruangannya dan menuju ke lift. Dia menekan angka tiga dan menuju ke kamar para wanitanya. Di lantai tiga, dia bisa melihat bagaimana pelayan lalu lalang kesulitan setiap malam karena setiap makan malam selalu saja ada keributan.

“Lihat saja siapa yang akan mengandung anaknya lebih dulu!”

“Jelas aku! Aku kesukaan Tuan Damian setelah Merry.”

“Dia mana mau menitipkan anaknya pada orang sepertimu!”

Pelayan yang melihat Damian keluar dari lift, seketika buru-buru memberitahu para wanita itu hingga mereka menjadi tenang dan malah suasananya jadi tegang. Damian mendekati ruang makan, dan para wanita di sana langsung menundukkan kepalanya dengan sopan.

“Tidak bisakah kalian makan malam dengan tenang?” Suara berat Damian memecah hening yang baru saja terjadi.

“Kau kemari?” Seorang wanita yang duduk di ujung meja, di antara enam wanita lainnya berani angkat suara lebih dulu.

Kita bisa menebaknya siapa. Wanita yang disebut sebagai kesukaan Damian. Wanita yang disebut-sebut oleh para pelayan lain sebelumnya. Merry. Wanita cantik berambut pirang itu tersenyum cantik ke arah Damian.

“Kau mau makan dulu atau... yang lain?” Merry bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Damian.

“Aku ingin kau untuk malam ini,” ucap Damian, disertai dengan senyumannya yang manis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status