“Dia baik-baik saja sekarang?” tanya Grace.
“Ya, dia baik-baik saja untuk saat ini. Tapi aku tidak tahu bagaimana dia akan bereaksi saat bangun nanti dan mengetahui jika dia keguguran,” ucap Luca sambil menghela nafasnya berat.Grace duduk di sebelah Luca sambil memakan camilan yang dia bawa. Dan Luca makan bersamanya, perutnya juga sudah kosong karena semua yang terjadi hari ini mencegahnya untuk makan.“Aku juga tidak bisa memastikan. Setahuku, dia tidak begitu terlibat secara emosi dengan anaknya. Begitu dia tahu jika dirinya hamil, dia juga tidak memberikan reaksi khusus,” gumam Grace.“Jika dipikir-pikir lagi, bagaimana caranya hamil adalah sesuatu yang salah. Maksudku, dia tidak melakukannya dengan cinta. Jadi, kehamilannya itu seharusnya memang kesalahan dan tidak membuatnya senang, bukan begitu?” tanya Luca sambil menatap Grace.“Itu tidak salah. Tapi yang menjadi perhatian adalah bagaimana dia tetap mau menjaga bayinya. WalaTanpa banyak bicara, Damian menarik Selena ke pelukannya. Tangannya dengan kuat menahan tubuh Selena yang terasa sangat lemas. Telapak tangannya yang berada tepat di belakang kepala Selena menunjukkan perlakuan halus dan perhatiannya saat ini. Melihat Selena menangis saat ini, antara dia sakit secara fisik atau mental, itu juga secara tak langsung menyakiti Damian. Damian sudah berusaha mengontrol dirinya dari rasa marah karena kehilangan anaknya. Namun, jika Selena sedang seperti ini, berhasil membuatnya merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Selena. Selena bisa merakan betapa rapatnya tubuh Damian dengan dirinya. Setengah wajahnya yang berada tepat di dada Damian membuatnya bisa mendengarkan detak jantung Damian yang sebenarnya normal, tetapi rasanya lebih intens. Beberapa saat kemudian, ledakan emosi yang dialami Selena berlalu, meninggalkan sosok Selena yang sekarang hanya duduk bersandar sambil memeluk bantal penghangat yang ada di atas
Untuk saat ini, yang perlu dipikirkan Selena adalah kesehatannya. Dia hanya perlu beristirahat selama beberapa hari ke depan. Setelah dipulangkan dari rumah sakit, Selena beristirahat ditemani Damian yang memindahkan semua pekerjaannya ke kamarnya. Damian saat ini bak suami yang overwork, hingga saat berada di kamar pun tetap bekerja. “Ada apa? Kau ingin camilan?” Damian menyadari jika Selena sekarang menatap ke arahnya terus. “Bukan, aku hanya sedang memikirkan hal lain,” jawab Selena. “Jangan memikirkan hal lain, pikirkan saja kesehatanmu dulu!” ujar Damian. “Aku tidak lagi hamil sekarang. Kau tidak perlu bertanggung jawab lagi,” balas Selena. Pikiran Selena membuat Damian menghentikan matanya pada sebuah kata di dokumen yang sedang di baca. Kebetulan kata itu adalah ‘memutuskan hubungan’ walau masih ada lanjutannya, yaitu ‘kerja’. Sangat kebetulan sekali Selena memikirkan hal yang sama. “Apa yang sebenarnya kau pikirkan?
Damian mengernyitkan dahinya tak percaya atas apa yang dia dengar dari mulut Selena. Damian cukup terpancing atas apa yang dikatakan Selena. Sikap Selena belakangan ini memang berhasil membuatnya merasa kesal. Namun mengingat kondisinya yang mengkhawatirkan, Damian berusaha menahan diri. Sekarang, di matanya Selena semakin keterlaluan. “Apa yang membuatmu begitu berani berkata seperti itu? Apa karena kau mengetahui siapa ayahmu dan kau merasa ada seseorang yang akan membantumu? Kau merasa jika ayahmu akan memperlakukanmu dengan baik?!” Damian semakin meninggikan suaranya. Sesaat, keheningan terjadi di antara mereka. Selena memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Damian. Dia terlihat masih ragu dengan keputusannya, namun sepertinya kondisi ini membuatnya semakin yakin. Selena menyingkap selimutnya yang ada di pangkuannya. “Mungkin begitu. Satu-satunya yang bisa kupercayai untuk melindungiku adalah ayahku. Kau harusnya sadar diri, bagaimana bisa aku mem
Dia tidak menginginkanku lagi. Damian menatap langsung ke mata Selena, berusaha mencari kebohongan namun yang dia temukan adalah kesungguhannya. Sesuatu yang membuatnya merasa marah, kesal, bahkan terlihat kecewa. “Tolong, aku hanya ingin bebas. Kau merenggut kebebasanku selama ini,” pinta Selena. “Aku mencintaimu, untuk itulah aku melakukannya,” balas Damian dengan cepat. Persetan dengan gengsi dan rasa malu, Damian saat ini hanya menggunakan segala cara untuk menahan Selena di sisinya, untuk membuatnya tidak bisa ke mana-mana. Dan jika Selena adalah pribadi yang lembut dan pengertian, sebagaimana dia ingin bertahan karena anak yang dikandungnya, maka cara yang harus dia gunakan adalah dengan mendapatkan pengertiannya. Sesaat begitu Damian mengatakan tentang cinta, Selena mengerutkan dahinya. Dia seolah tidak lagi percaya pada cinta. Dan yang dia lihat dari cincin yang saat ini Damian tawarkan adalah borgol yang akan terus membeleng
“Kak Selena!” Jerit riang Angela menyambut Selena saat Selena memasuki sebuah rumah yang cukup besar dan mewah. Dia juga disambut oleh para pelayan yang merawat rumah itu. Selena menatap bingung ke arah Angela dan pelayan yang menyambutnya. Meski begitu, dia tersenyum tipis melihat Angela begitu riang menyambutnya. Yang bisa Selena rasakan adalah, gadis kecil itu tidak tahu apa-apa, dia masih lugu perkara ini. “Halo,” sapa Selena dengan ramah pada adiknya tersebut. “Maaf, Angela sikapnya terlalu netral hingga tak punya siapa pun untuk dibenci. Berbeda dengan Arsella. Arsella... aku harap kau mengerti,” ucap Derek sambil tersenyum halus pada Selena. “Kami seumuran, kami bukan lagi anak-anak dan kami sudah dewasa. Aku mengerti.” Derek sedikit kecewa saat menatap Selena yang sepertinya tidak berniat untuk menjalin hubungan dekat, dan mungkin hanya menjadikannya pijakan untuk keluar dari mansion Damian. Meski begitu, menurutnya
“Ini tidak ada bedanya jika kau terus menemuiku!” Selena menggerutu karena Damian mengganggu hari pertamanya bebas, bahkan agak memaksanya untuk makan es krim bersama siang itu. Damian menerima dua es krim. Mereka berada di dekat food truck es krim itu dan duduk di bangku jalanan. Damian menyodorkan es krimnya pada Selena, memperhatikan Selena yang masih cemberut seolah enggan menemuinya sama sekali.“Tidak ada bedanya bagaimana? Jelas-jelas ini berbeda,” balas Damian sambil menikmati es krim dari cup yang dia pegang setelah Selena menerima cup es krimnya. “Ini sama saja dengan kita tidak putus.” “Memangnya kita putus? Memangnya sebelumnya kita punya hubungan yang terikat?” “Tidak juga, sih.” Selena mendengus karena Damian mengatakan sesuatu yang membuatnya tersudut dan sedikitnya malu karena pemahaman mereka terhadap hubungan mereka berbeda. Selena menarik es krim yang ada di depannya. Ini mengingatkannya akan ketika Damian
Damian memegangi pakaian Selena yang ada di mansionnya. Dia menghirupnya hingga menemukan aroma yang biasanya dia temukan dari Selena. Terlihat gila, namun begitulah kondisi Damian saat ini. Dia gila karena tak menemukan Selena selama beberapa hari terakhir. Obsesinya membuatnya kini harus melampiaskan rasa rindunya pada Selena menggunakan cara yang tak biasa. Seperti saat ini. Pakaian-pakaian Selena yang ditinggalkan begitu saja adalah satu-satunya hal yang dengan sengaja dia gunakan untuk memenuhi fantasinya sendiri. Dia merindukan tubuh yang kecil di tangannya itu. Dia amat sangat ingin menggenggamnya lagi seperti dia miliknya. “Di mana kau, Selena? Sebenarnya di mana kau bersembunyi dariku?” Damian mengeram pelan, memejamkan matanya cukup erat, mengisyaratkan rasa frustasinya saat ini. Di kamar mandi, suara desahannya terdengar. Berusaha untuk melampiaskan semua rasa rindunya seorang diri. Dia merindukannya secara sepihak. Dia tidak tahu jika semua
Perkataan Derek berhasil membuat Damian memikirkan perkataannya selama perjalanan pulang. Bagaimana tidak? Derek menyinggungnya jika ada yang salah dengannya hingga Selena meninggalkannya. Dan apa yang salah dengannya? “Ada yang salah denganku?” Damian bertanya sambil melirik Luca yang berada di sebelahnya, duduk sambil memandang tanya seperti biasa di mana pun dan kapan pun. Luca menoleh pada Damian dengan sedikit keraguan di wajahnya. Dia melirik ke jalanan sebentar, memikirkan jawaban seperti apa yang bisa dia berikan pada Damian. “Sebenarnya, ini hanya karena perbedaan latar belakang. Kita menggerakkan perusahaan legal dengan bisnis yang ilegal, sehingga cara kita mengatasi masalahnya pun tentu tidak begitu memikirkan moral. Sementara Selena hanya rakyat polos yang mungkin bahkan tidak tahu keberadaan dan bagaimana pebisnis sepertimu bergerak,” jelas Luca.Damian bisa mengerti pernyataan Luca dengan jelas meski Luca tidak mengatakannya seca