Share

Jatuh Cinta Itu Pahit Bukan?

Arya, lelaki itu sudah lama di kirim untuk tugas di luar kota, anggaplah pelatihan dan tidak pernah sekalipun mencoba menghubungi Ari, entah untuk alasan apa. Akan tetapi hari ini, bertepatan pula dengan acara liburan ke villa, juga Arya yang baru saja kembali dari urusannya datang. Dan dengan akses yang Arya miliki di universitas membuatnya yang adalah mahasiswa jurusan hukum bisa ikut bergabung dengan para murid di jurusan teknologi _kelas Ari_

Lelaki itu mencari keberadaan Ari, dipanggilnya dari jauh saat mengetahui gadis itu berada tidak jauh dari posisinya.

“Ari, sayang!”

Ari sadar suara memuakkan siapa yang baru saja menyebutkan namanya, dan dengan gerakan yang tidak di sadari, Jennie berdiri tepat di hadapan Ari sesaat ketika Arya ingin menarik lengan Ari.

Plakkk

“Jangan berani-berani kamu menyentuh, Ari!” seru Jennie yang entah datang dari mana, dan langsung melancarkan sebuah tamparan keras kepada Arya.

“Siapa kamu? Apa hakmu tiba-tiba menghentikan diriku memanggil pacarku, ha!”

“Cih, pacar?” cicit Jennie yang merasa muak mendengar panggilan itu keluar dari mulut Arya.

Sekarang Ari hanya diam, memandangi apa yang mungkin bisa terjadi di hadapannya kali ini, kedua orang itu sedang memulai rencana menyalakan kobaran api.

Dan boom!

“Sebentar, sebenarnya siapa kamu? Kalau tidak salah kamu murid pertukaran pelajar bukan? Untuk apa kamu menggangguku, apa kita saling mengenal sebelumnya?”

“Jangan lagi dekati Ari!” bentak Jennie keras.

Mendengar hal itu terlontar dari mulut Jennie membuat Ari terkejut bukan main, ada apa dengan gadis itu? Itulah yang menjadi pertanyaan di benak Ari.

Arya mulai geram, berusaha melewati Jennie, menganggap gadis itu sudah gila, hanya merepotkan dirinya dan mengganggu jalannya. Jelas Arya tidak suka dengan itu.

“Hei! Pria tuli!!” bentak Jennie saat Arya memaksa melewati dirinya.

Sampai Ari akhirnya membuka suara, “Kenapa, Jen?”

“Bukankah lelaki tuli ini yang sudah menyakiti dirimu? Dia yang dengan seenaknya meminta banyak wanita sekaligus untuk melayaninya? Dia juga yang membuang kekasihnya kemudian menembakmu?” jelas Jennie tiba-tiba.

Deg!

‘Bagaimana bisa Jennie mengetahui semua ini?’ batin Ari bertanya-tanya.

“Hei, kau pria tuli! Bukankah apa yang aku katakan ini benar?” tekan Jennie.

Arya yang kesal dengan ucapan Jennie berusaha mengangkat tangannya dan hendak menampar gadis itu, akan tetapi segera ditangkis oleh Ari.

“Secara tubuh kau mungkin memang lebih kuat dariku, akan tetapi aku tetap salah satu senior besar di perguruan judo, apa ini sikap yang benar ditunjukkan oleh laki-laki?” tanya Ari sambil mencengkeram lengan Arya hingga membiru, dan lelaki itu mengerang kesakitan. Seolah ada tenaga dalam dari genggaman itu.

“Tapi, sayang! Lihatlah bocah itu yang sudah berani berbicara sembarangan!” jawab Arya sambil menunjuk tepat di hadapan wajah Jennie.

“Turunkan jarimu!”

“Apa?”

“Kubilang, turunkan jarimu!!!” bentak Ari, “Dasar pria tuli!”

“Apa katamu?!”

Dengan cepat Jennie menggenggam erat tangan Ari, dan seolah itu sudah memberi energi besar bagi Ari dalam menghadapi sosok Arya.

Tanpa disadari, rupanya hari ini Jennie berniat untuk bertemu dengan gadis yang sudah disakiti oleh Arya, begitu pula para wanita yang datang dan melayani Arya malam itu secara bergantian.

Sepertinya gadis itu punya akses mudah hingga bisa bertemu langsung dengan seluruh korban Arya.

Dengan cepat mereka semua datang dan berdiri di belakang tanpa mengatakan apapun sebelum diminta.

“Kita putus, ya? Lagi pula selama ini bahkan aku tidak pernah menganggap dirimu ada, untuk apa bertahan dengan lelaki seperti dirimu, cih!” ungkap Ari, dan melenggang pergi tanpa berkata sepatah kata pun.

Akhirnya hubungan itu berakhir secara sepihak, dan kita lihat apa yang mungkin coba Arya lakukan untuk mendapatkan kepercayaan lagi dari gadis itu.

Sayangnya, jika ini terus-menerus dipaksakan, itu berarti harus ada yang bersiap menjadi tumbal kutukan yang melarang takdir manusia mencintai sosok Ari.

Hubungan ini ibarat sebuah kata yang telah diukir indah dalam hati, walaupun hanya sesaat, ada masa di mana Ari yang periang pernah merasa bahagia dengan hubungan sesaat bersama Arya. Walaupun mungkin tidak disengaja atau atas pilihan yang tidak membiarkan nurani berpikir apa yang benar saat itu.

~ 𝘾𝙪𝙠𝙪𝙥, 𝙩𝙖𝙠 𝙪𝙨𝙖𝙝 𝙡𝙖𝙜𝙞 ...!

𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘱𝘰𝘭𝘦𝘴 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘩𝘪𝘵 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘶-𝘳𝘢𝘵𝘢𝘱𝘪

𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘳 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘴𝘢𝘩𝘪 𝘱𝘪𝘱𝘪

𝘿𝙖𝙝𝙪𝙡𝙪 ...!

𝘒𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘪

𝘒𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘬𝘩𝘪𝘢𝘯𝘢𝘵𝘪

𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘴𝘢 𝘱𝘶𝘪𝘵𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴

𝘉𝘦𝘳𝘬𝘩𝘢𝘺𝘢𝘭 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘵𝘪𝘴 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴

𝙎𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖-𝙠𝙪 ...!

𝘈𝘬𝘶 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘺𝘢𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢

𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘸𝘢

𝘒𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘸𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩; 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯

𝘒𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘰𝘳𝘦𝘴, 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘴𝘶𝘬𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩

𝙏𝙖𝙣𝙮𝙖-𝙠𝙪 ....!

𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘤𝘦𝘳𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘦𝘤𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘤𝘦𝘭𝘢𝘩? 𝘈𝘵𝘢𝘶

𝘉𝘪𝘴𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪, 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩?

𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 ...!

𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶 𝘬𝘪𝘯𝘪. ~

Kata-kata yang kini tertulis rapi di atas kertas putih, Ari memandangnya lekat-lekat, apa kisah cintanya memang tidak pernah memberikan hal manis tanpa air mata? Atau mungkin saja para manusia muka bumi juga merasakan hal yang sama? Lagi-lagi itu hanya pertanyaan yang tersimpan dalam benak Ari.

Duduk di bangku taman sendirian, mencari udara segar yang sepertinya baru saja menghilang tepat saat Ari mencoba membongkar kenyataan tak mengenakkan yang beberapa hari terakhir coba ia singkirkan.

“Ari!” sapa Jennie dari belakang.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status