Share

Kelahiran Sang Pelindung

Duarrr!!

Petir menyambar, dengan hebat di detik berikutnya terdengar tangisan bayi, dari ruangan di salah satu rumah megah bak istana di kawasan perumahan elite paling utama.

“Dia sudah lahir?”

“Sudah, Tuan!” ucap salah satu suster yang ikut menangani proses tersebut.

Di sisi lain ...

“Di keluarga mana reinkarnasi pangeran Aji Saka Dewandaru dilahirkan?”

“Di sana, di keluarga itu!” tunjuk salah satu pengawas langit.

Sesuai kutukan yang telah di jatuhkan kepada pangeran, maka reinkarnasi itu, akan memiliki takdir menjadi pelindung dari reinkarnasi putri Liudra. Itu pun dengan jenis kelamin perempuan.

“Pastikan jika kehidupan kali ini, gadis itu tidak akan mudah berbahagia, selagi masih ada abdi untuk melindungi, maka dirinya akan selamat. Pastikan juga tercatat dengan jelas gadis itu tidak bisa memiliki takdir mencintai seseorang hingga ke persatuan terindah!” ucap Ruth, dialah dewa penguasa takdir.

Petir dan hujan badai mengiringi proses persalinan keturunan dari keluarga Maheswari.

Yang semula begitu diharapkan, yang semula selalu dipantau kondisinya, karena keterangan dokter jelas mengatakan bayi itu berjenis kelamin laki-laki, justru terlahir sebagai perempuan.

Raut wajah yang semula bahagia kini berubah menjadi kurangnya rasa syukur, benar, Tuan Maheswari tidak senang atas kelahiran anak pertamanya.

***

“Pagi, Ma! Pagi, Pa!”

“Pagi, sayang!” ucap ibu Ari.

Hari itu tepat saat Ari mulai berusia tujuh belas tahun dan bersekolah di salah satu SMA favorit di kota juga sebagai murid dengan predikat tertinggi pula.

Sejak lahir Tuan Maheswari tidak pernah senang atas kehadiran gadis itu di dalam hidupnya.

Begitu Ari mencoba bergabung di meja makan hanya untuk sarapan, lagi-lagi Tuan Maheswari melenggang pergi lebih dulu. Tidak lupa dengan gerakan membanting alat makannya.

Ari selalu merasa tidak berguna hidup di dunia, walaupun berasal dari keluarga kalangan elite, bukan berarti kebahagiaan juga perkara yang mudah.

Dan rasa benci itu tetap ada bahkan hingga hari ini.

Maka itulah yang Ari pikirkan jika Jennie ingin datang berkunjung ke rumahnya, suasana rumahnya lebih dingin dari pada rumah pada umumnya, biarkan luka karena tidak dihargai dan tetap berusaha bahagia, cukup Ari saja yang tahu. Walaupun, kali ini sikap dingin yang menjadi identitas barunya.

***

“Berhenti mengikuti diriku!” jelas Ari kesal.

Jennie terus-menerus mengikuti dirinya tetap dengan menunjukkan senyuman lebar yang membuat Ari enggan untuk marah.

‘Astaga ada apa dengan diriku?’ batin Ari.

“Kita pergi ke sana yuk!”

“Ke mana?”

“Ikutlah!” jawab Jennie sambil meminta Ari menjalankan motornya kembali. Mengarah ke jalan tanjakan yang memasuki sebuah desa yang mayoritas penduduknya adalah petani. Ari hanya diam dan tak ingin menanyakan apa pun, hanya mendengarkan keinginan Jennie .

Sekarang sedang musim bunga, Jennie meminta Ari turun dari motornya, menuju jalan setapak masuk dan Ati terkejut, dirinya bahkan baru tahu jika ada Padang bunga di sekitar sini.

Tempatnya indah, hamparan luas itu menganggu pandangan mata untuk tidak berhenti mengagumi setiap incinya.

“Kau suka? Dari tadi aku melihat dirimu termenung, aku tahu perasanmu sedang berantakan, dan kebetulan kemarin aku salah jalan dan tidak sengaja menemukan tempat ini, indah kan? Kau suka, Ari? Kau tidak marah kan?”

Ari menggeleng perlahan, dirinya tidak ingat kapan terakhir kali merasa sedamai ini dalam hidupnya, hanya rasa lelah, tapi kali ini, gadis baru di sampingnya, yang bahkan baru saja Ari kenal beberapa hari yang lalu justru seperti sudah menyimpan sesuatu dalam dirinya yang bahkan belum Ari mengerti hingga hari ini. Ada keistimewaan dalam diri gadis itu, entah apa.

Intinya, Ari seperti tidak tega jika melihatnya terluka, Ari seperti ingin menjaga sosok itu, Jennie mendadak seperti seseorang yang benar-benar ingin Ari lindungi.

Dengan gerakan cepat Ari menarik tubuh mungil di sampingnya masuk ke dalam dekapannya, berkata lirih, “Terima kasih,” ucapnya.

Mendadak jantung Jennie berdetak kencang, tidak seperti biasanya. Pelukan Ari mendadak membuat Jennie merasa aman. Pelukan itu hangat, mendadak Jennie ingin sang waktu memberikan kesempatan menghentikan waktu. Setidaknya kejadian ini tidak ingin Jennie lewati dengan mudah.

Inilah awal Jennie tahu perasaannya terhadap Ari bukan sebagai seseorang yang menganggap Ari sebagai seorang kakak, tapi memang sepertinya lebih dari itu. Tidak yakin.

“Baiklah, kita pulang sekarang?” ajak Ari kepada Jennie.

Gadis itu menarik napas berat, dan berkata walaupun dirinya tahu hatinya tidak ikhlas.

“Tentu saja, ayo!”

***

“Bagaimana situasinya?”

“Bagus, reinkarnasi pangeran Aji Saka Dewandaru sudah dipertemukan dengan putri Liudra!”

“Bagus!”

Dewa penguasa takdir terus-menerus mengawasi gerak-gerik Ari dari langit, kehidupan memang kadang-kadang tidak bisa dicerna dengan mudah oleh akal sehat manusia biasa.

Percaya atau tidak kalian, tentang reinkarnasi. Akan tetapi yang jelas di sini adalah, Ari dan Jennie adalah bagian dari kehidupan masa lalu. Bahkan sepertinya tokoh penting di mata para dewan langit.

“Hentikan! Akan lebih baik jangan kau teruskan semua ini, Ruth! Cabut kutukan itu, itu tidak akan membawa keuntungan apa pun!”

“Diam kau! Kau hanya dewa cahaya, tahu apa kau soal takdir!? Bahkan para iblis pun menghormati posisiku, kau tahu!”

“Ingatlah! Kesombonganmu ini justru akan memperburuk segalanya!”

“Apa kau menantangku?”

“Hentikan kalian berdua!! Jangan membuat kehendak yang akan meruntuhkan langit juga memporak-porandakan segalanya bahkan dunia fana!!” bentak seseorang setelah cahaya yang menyilaukan mata muncul.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status