Share

Miliarder Tampan itu Ayah Putraku
Miliarder Tampan itu Ayah Putraku
Penulis: Yeni_Lestari87

Bab 1: Dijual Bapak Kandung Sendiri

“Pak, jangan! Aku tidak mau seperti ini.” Bella bersimbah air mata. Kedua tangannya gemetar di sisi tubuhnya tatkala melihat wajah Timo yang begitu menakutkan baginya.

“Kamu mau membantah Bapak?! Begitu?!” 

Timo melotot. Suaranya menggelegar memenuhi ruangan sempit. Bella pun berlutut memohon belas kasih bapaknya.

Bella mendongakkan kepala. Dia berseru, “Pak, Bella mohon jangan! Apa pun Bella lakukan, asalkan jangan ini, Pak.” Kedua tangannya terulur memeluk kaki Timo erat dengan deraian air mata. 

Timo menghentakkan kaki agar kedua tangan Bella yang semakin memeluk erat kakinya bak lilitan ular terlepas. Pria setengah baya itu menggeram.

“Apalagi kali ini? Kamu mau bantu apa?” tanya Timo masih berusaha agar Bella terlepas dari kakinya. “Entah berapa kali kamu berkata sama seperti itu! Mana buktinya?!”

Bella menengadah. Wajahnya tersirat ketakutan. “Pak, kali ini Bella janji akan memenuhi segala keinginan Bapak. Namun jangan ini, ya, Pak? Bella mohon!”

Timo tidak menggubris. Dia semakin keras menghentak salah satu kakinya. Akibatnya, tubuh kecil itu terayun-ayun masih berusaha menggenggam erat pada kaki Timo. 

“Lepas! Kamu anak tidak tahu diuntung! Menyusahkan!” bentak Timo dengan sekuat tenaga hingga akhirnya Bella terlepas. 

“Pak!” teriak Bella mengejar Timo yang hendak keluar dari ruangan sempit yang hanya berisi satu tempat tidur dan sebuah lemari kayu kecil. Dia menarik tangan Timo. “Tidak adakah jalan lain, Pak?”

“Tidak ada,” jawab Timo singkat. 

Bella kembali berlutut di kaki Timo seraya mencium ujung sepatu olahraga yang sudah usang itu. “Bella mohon, Pak! Bapak butuh uang berapa? Bella akan carikan. Asalkan jangan bawa Bella ke tempat ini, Pak. Bella masih ingin sekolah.” Sungguh pilu sekali suara permohonan itu terdengar. 

Timo bersidekap. Dia menunduk menatap gadis yang berlutut di kakinya dengan tidak peduli. “Nah, uang yang akan kamu cari ada di tempat ini, Bella,”  jawabnya.

Ucapan itu serta merta membuat Bella mendongak. “Maksud Bapak? Aku bekerja pada Mami?”

Timo terbahak seolah yang dikatakan Bella adalah pertanyaan yang lucu. “Bantu Bapak bayarkan uang yang sudah diberikan Mami Kartika.”

“Bantu Bapak? Maksudnya?” Bella bingung dan dia tidak mau berpikir yang macam-macam walau nyatanya pikirannya sudah berkelana mengenai tempat ini dan segala macam kehidupannya. 

Timo lagi-lagi terbahak seraya menggumamkan kata naif. Dia merogoh saku jaket yang dikenakannya, lalu dikeluarkan amplop coklat tebal. “Ini uang pinjaman Mami Kartika pada Bapak. Sebagai gantinya, kamu harus bekerja padanya untuk membayar utang Bapak ini. Paham?”

Seluruh tubuh Bella membeku. Dia melihat tumpukan uang yang dikeluarkan Timo dari amplop tersebut di depan wajahnya. Begitu banyak uang seratus ribuan yang entah berapa jumlahnya. Bella tidak tahu berapa lama dia harus membayar utang Timo pada Kartika jika uang yang dipinjam begitu banyak!

Timo kembali memasukkan uang tersebut ke dalam amplop lalu menjejalkan ke saku jaketnya. “Jadi ….” Dia menunduk menatap Bella yang masih bersujud di kakinya. “Bekerjalah dengan rajin dan bersikap baiklah pada Mami! Siapa tahu hutang Bapak akan lunas cepat!” 

Usai mengucapkan kalimat barusan, Timo mendorong Bella hingga gadis itu terjungkal. Suara tertawa puas membahana di ruangan sempit tersebut. Tubuh kecil Bella membentur dinding yang ada di belakangnya. Sedangkan tubuh gempal Timo terguncang-guncang karena tawanya yang begitu senang. 

Namun, tawa itu begitu menyiksa Bella hingga ke relung hatinya. Timo pun keluar dari ruangan itu. Bella memejamkan mata. Air matanya menetes lagi. Dia menangis dalam diam. Tangis yang dia harap dapat menyembuhkan luka hatinya pada bapak kandungnya sendiri. 

***

"Kamu cantik."  

Salah satu pelayan yang merias wajah Bella bergumam sambil tersenyum. Tangannya memegang perona bibir . Ya, dia sedang memberikan sentuhan akhir pada bibir Bella.

"Dia sudah selesai, Mad?" tanya pelayan lain pada Mad. 

Mad mengangguk. "Sudah, Klara," balasnya. "Kamu bisa memberitahu Mami Kartika sekarang."

"Oke." Klara hendak berjalan menuju pintu ketika pintu tersebut terbuka dan Kartika sudah berdiri di sana dengan wajah ditekuk.

"Kalian sudah selesai?!"

Pertanyaan Kartika dijawab Klara dan Mad dengan anggukan. Mad serta merta merapikan peralatannya ke dalam koper yang dibawa. 

"Bagus," gumam Kartika. "Tamunya datang lebih cepat dan aku belum memberikan wejangan pada gadis ini." 

Kartika menggerutu, lalu masuk ke ruang ganti seraya memerhatikan Bella yang sudah berganti pakaian berupa gaun hijau pastel sebatas lutut. Kartika tersenyum puas melihat kecantikan Bella. 

Bella meremas kedua tangannya yang ada di pangkuan. Ditatap dirinya di cermin. ‘Cantik dan seperti bukan diriku,’ batinnya. Kedua mata Bella mengerjap dan jelas ketakutan. 

"Kamu sudah tahu apa yang dilakukan di sini?" Kartika berdiri di belakang Bella. Dipegangnya pundak gadis itu dengan satu tangannya. 

Tentu saja dia sudah tahu. "Saya–"

"Maaf, Mami." Suara seorang pria yang merupakan salah satu penjaga rumah mewah itu memotong ucapan Bella. Menunduk hormat.

Kartika menoleh. "Ya, Andri?" 

"Tuan Oliver memaksa ingin naik ke sini." Andri menjawab sopan.

Kartika berdecak. "Dia tidak sabar sekali!" gerutunya.

"Tuan Oliver berkata ada pertemuan penting saat jam makan siang nanti." Andri menjawab gerutuan Kartika. 

"Suruh dia tunggu di kamar yang sudah kusiapkan sebelumnya!" Kartika mengibaskan tangannya meminta Andri segera pergi. Setelah penjaga itu pergi, dia kembali mengibas tangannya meminta dua pelayan tadi untuk pergi juga. "Kalian boleh pergi!" suruhnya.

Bella menatap kepergian Mad dan Klara dengan pasrah. Melalui cermin, dia kembali menatap Kartika. Wajah wanita itu masih ditekuk.

"Seharusnya kamu mengikuti masa latihan dahulu. Bukan seperti ini. Terburu-buru," ucapnya memutar mata. "Aku berbaik hati sebab menurut Timo kamu masih sangat gadis. Benar? Belum pacaran sama sekali?"

Mata Bella mengerjap. Dia tidak terpikirkan untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Anggukan adalah jawabannya. Apalagi yang dia ingin katakan? Timo telah berutang pada Kartika. Jika dia berbohong, Timo pasti dikejar dan dibunuh, begitu pula dirinya. 

"Berdiri dan ikut saya!" 

Kartika memerintah Bella yang dijawab dengan patuh. Gadis itu berdiri dan mengikuti Kartika gugup. Sepatu yang diberikan Klara terlalu tinggi menurutnya. Dia takut terkilir.

"Kamu harus bersikap baik pada Tuan Evan. Paham?"

Bella menoleh. "Tuan Evan?" 

Kartika melirik Bella. "Orang yang akan kamu temani," balasnya. "Timo sudah menjelaskannya, bukan? Sebab aku malas mengulang dari awal."

Walau Timo sudah menjelaskan padanya tadi di ruangan sempit dan pengap itu, tetap saja Bella takut setengah mati. Tubuhnya gemetar. 

Kartika memasuki sebuah ruangan dan Bella mau tidak mau harus ikut masuk ke sana.

"Ah, Tuan Evan. Menunggu lama?" 

Suara Kartika terdengar teramat ramah di telinga Bella yang masih menunduk di depan pintu masuk. Dari ujung matanya tahulah dia bahwa itu sebuah kamar tidur mewah. Dia semakin gemetar. 

"Aku tidak punya banyak waktu, Kartika."

‘Suara berat yang dalam milik seorang pria. Pastilah itu Tuan Evan,’ pikir Bella.

"Tentu." Kartika terkekeh manja. Diberi isyarat pada Andri yang berjaga di belakang Bella untuk membawa gadis itu masuk. "Ini Bella. Gadis. Sesuai keinginanmu. Bagaimana? Kamu puas dengan pilihanku?" 

"Aku sudah membuat suratnya. Suruh dia tanda tangani!" Evan memberikan map kuning pada Kartika.

"Boleh aku baca?" Kartika menerima map itu penasaran.

"Tentu." Evan duduk di kursi, lalu menatap Bella dari ujung kaki hingga kepala dengan tajam.

"Menikah kontrak?!" 

Seruan Kartika membuat Bella serta merta mendongak terkejut. ‘Apa? Tidak mungkin!’

Bella pikir hanya menemani satu malam saja. Matanya kemudian bertemu dengan mata pria yang menurutnya hanya bisa dilihat dari televisi. Mata biru pria yang dia yakini bernama Evan. Mata itu menurutnya indah dan serasi dengan wajahnya yang rupawan.

"Itulah kenapa aku memintamu mencarikan gadis." Evan berkata dengan mata tidak lepas dari Bella. "Aku ingin menikahinya. Namun, sesuai dengan perjanjian di atas meterai."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Jac
jahat banget bapak è. ....... jangan-jangan, bukan anak kandung. ...
goodnovel comment avatar
Lynelle Kim
harusnya bapaknya yang dijual...
goodnovel comment avatar
Lovely Bintang
nyesek sih punya bapak kek gini ni. mending mati aja dia ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status