Chapter berikutnya akan dirilis pada 4 Desember 2022. Terimakasih atas perhatiannya.. <3
Di suatu tempat, Plasma Bot terlihat sedang menatap langit yang penuh dengan bintang. “Kenapa aku bisa disini?” Pikir plasma bot tampak bersedih. Di sana tampak Clori mendekatinya. “Halo, sedang apa kamu disini?” Ujar Clori yang menyahut. “Aku hanya sedang merenung.” Jawab Plasma Bot. “Apakah kamu merasa bimbang?” Clori. Plasma Bot hanya terdiam. “Aku yakin, kamu pasti khawatir kalau kamu bakal dimanfaatin oleh manusia bukan?” Ucap Clori. “Bagaimana kamu bisa tahu?” Plasma Bot. “Itu hal yang wajar. Terkadang aku juga bisa berpikir demikian. Terkadang aku juga sering ragu apakah Master hanya memanfaatin aku saja. Tapi apa yang kupikirkan sangat bertentangan dengan realita. Pada awalnya aku juga memikir bahwa semua manusia sama saja, sama-sama mementingkan diri sendiri dan bersikap egois demi memuaskan ambisinya. Tapi tidak semuanya seperti itu. Aku yakin, mungkin kamu sudah mengalami pengalaman buruk itu di masa lalu. Tapi aku hanya bisa memberikan saran padamu. Jika kamu ragu,
Sebelumnya, “Mantul Erina San!” Puji Nijirou yang mengacungkan jempolnya sembari tersenyum menyeringai. “Aku harap ini lebih baik.” Respons Erina. “Tentu.” Yurine. “Ngomong-ngomong sphere bot mana yang harus kami bawa?” Ria. “Ini dia...” Jawab Morine sembari menunjukkan Plasma Bot dan Kristal Bot (Dalam kondisi buruk). “Halo, perkenalkan saya Erina dan rekan saya Ria.” Erina langsung menghampiri Plasma Bot dan memperkenalkan dirinya. “Aku Plasma Bot, senang bertemu denganmu.” Plasma Bot menjawab. “Kalau begitu mari kita berangkat.” Ria. “Ya,” Erina. “Nina Chan, aku harap usahakan kamu jangan terlalu memaksakan diri lagi seperti itu. Jika Maha Master mengetahuinya, beliau bakal khawatir.” Erina. “Tenang saja, aku bakal baik-baik saja kok.” Nina. “Kalau begitu aku serahkan Nina pada kalian ya.” Erina. “Tenang saja, kami akan selalu menjaganya.” Yurine, Poidon, Selon, dan Grindrot serentak menjawabnya. “Kalau begitu, kami kembali. Sampai jumpa!!” Erina dan Ria langsung masuk
Pasca ledakan cahaya yang terjadi setelah Nijirou, Rai dan Poidon mengelahkan gerombolan Pakuya, Putri Mirana muncul. “Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa Putri Mirana ada disana?!” Selon. “Aku yakin ini pasti ulah dari sekte dari penyihir Triduka.” Lerry. “Aku bukan Mirana. Namaku Minori.” Jawab Gadis misterius tersebut. “KAMU BUKAN MINORI, NAMAMU MIRANA!! ALFREDO MIRANA!!” Ujar Selon dengan suara yang keras. “Diam Kau, Sampah! Aku sangat membenci kalian!” Minori mulai memancarkan aura yang sangat gelap. “Aura apa itu?!” Morine. “Aura hitam, aura kebencian... Konon itu merupakan Aura energi negatif, aura penuh kejahatan.” Nina. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?!” Lerry. “Kita harus menghentikannya.” Nijirou langsung bertransformasi ke mode elemental api. “Sebaiknya jangan diserang. Dia putri raja Aldes. Kita harus lakukan sesuatu agar dia tidak terluka. Aku yakin saat ini dia sedang dirasuki!” Yurine. “Ini bakal jadi hal yang sulit.” Morine sejenak berpikir. “Tak masala
Sementara itu kembali ke tempat gurun pada suatu tempat, salah satu bagian dari permukaan pasir tempat pijakan Nina dan Nijirou ambles. Mereka berdua tampak jatuh ke dalam. “Nijirou!” Nina langsung memeluknya dengan erat (dalam kondisi tanpa busana :v). Untung karena permukaan pasir yang tidak begitu keras, mereka berdua tampak baik-baik saja. Namun, di bawah sana tampak ada sebuah pemukiman prasejarah. Disana tampak ada banyak sekali monumen-monumen dan armamen kuno yang menghiasi kota bawah tanah sana. Namun di sisi lain, terlihat banyak sekali tengkorak yang tergeletak dimana-mana. “(Tempat apa ini?!)” Pikir Nina sembari melihat pemandangan yang begitu bersejarah. Beberapa saat kemudian, Nijirou juga ikutan terbangun. “Aduh...” Sembari memegang kepalanya, Nijirou berkata. “Nijirou Kun...” Nina langsung menghampirinya. “Nina Chan...” Nijirou kali ini merona. Pria itu tampak sangat gugup. “Syukurlah kamu baik-baik saja.” Nina tampak sangat mengkhawatirkannya tanpa menyadari k
Kembali ke perbatasan wilayah kerajaan Asnar, “Ada apa?” Grindrot. “Bukan apa-apa, hanya saja, Naga Glory Api sudah...” Polizo... Suasana tampak mulai sedikit suram... “Tidak mungkin, bagaimana bisa kalau Valor sudah ...!? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa seperti itu?!” Selon merasa tidak percaya. “Itulah kenyataannya.” Polizo. “...” Semua orang yang ada tampak terdiam. “Sebaiknya masalah ini dibicarakan dengan baginda ratu. Beliau lebih mengetahuinya.” Polizo. “...” “Kalau begitu, prajurit... Antar mereka ke dalam istana.” Polizo. Seorang prajurit yang berseragam layaknya prajurit roma memandu mereka ke dalam kota menuju istana. Tak lupa juga mereka membawa kereta kuda untuk dinaiki oleh mereka. Tampak Morine dan rombongan menaiki kereta kuda. Saat dalam perjalanan, mereka melihat pemandangan kota yang gersang melalui jendela kereta. “Entah kenapa wilayah sini terasa sangat panas.” Lerry tampak kepanasan. "Itu wajar, karena ini merupakan wilayah tropis.” Jawab Pol
Sementara itu di posisi yang berbeda, Setelah Nina berkomunikasi dengan arwah tersebut secara telepati cukup lama, perlahan demi perlahan jangka waktu sihir Milky Soul telah berakhir. Area di sekitar tampak kembali seperti semula. Nina juga terlihat meneteskan air mata. “Apa yang terjadi Nina Chan? Kenapa bisa kamu menangis?” Nijirou langsung menghampiri, memeluk dan membelainya. Nina mulai bercerita. “Arwah yang tadi itu dulunya penduduk dari peradaban Antladeton. Sebuah peradaban sub-modern yang sudah ada semenjak 400 tahun yang lalu.” Nina. “400 tahun yang lalu?” Nijirou. “Antladeton merupakan peradaban Semi-Modern yang termaju dari Planet Asgardian. Peradaban ini bahkan sudah menggunakan alat-alat elektronik dasar yang sudah ada pada zaman Sub-Modern.” Nina. >> Peradaban Sub-Modern merupakan peradaban yang mana taraf kehidupan manusia-Nya sudah mengenal teknologi dasar seperti Internet, Mesin-mesin, Komputer, bahkan sudah mengenal teknologi AI (Artificial Intelligence/Kecerd
Kembali ke perbatasan Volcano Bush, Sang Ratu menarik seluruh pasukannya. Di sana terlihat hanya ada Morine, Yurine, Lerry, Para Homies, Poidon, Selon, dan Grindrot sedang berpapasan dengan prajurit Kerajaan Geblistan yang terlihat sedang dikendalikan. “Jadi, pertama-tama apa yang harus kita lakukan?” Poidon. “Tugas pertama, kita akan coba menggunakan sihir hasrat milik Lerry. Lerry San, gunakan sihirmu untuk menidurkan mereka!” Morine. “Akan kucoba! White Magic : Sleeping Dream.” Lerry tampak menghentikan mode Awaken (betarung)-Nya dan mencoba menggunakan sihir hasrat. Kali ini efek sihir yang dibuat Lerry memberikan pengaruh yang signifikan. Terlihat para prajurit yang dikendalikan tertidur. “Bagus, sekarang kita perlu mengunci pergerakan mereka.” Morine. Grindrot dan Rocky langsung menggunakan sihir pengikat tanah. “Selanjutnya apa yang perlu kita lakukan lagi?” Yurine. “Sekarang kita hanya bisa menunggu Nina dan Nijirou kembali. Hanya Nina yang bisa menetralkan efek sihir t
Kembali ke gerbang utama pada perbatasan Kerajaan Asnar, ada banyak penduduk dan prajurit yang terluka. Mereka tampak sedang dirawat oleh tim medis. “Bagaimana kondisi mereka?” Tanya Ksatria Polizo kepada bawahannya. “Saat ini, para pengembara sedang menghadapi kerajaan Geblistan.” Ujar salah satu prajurit yang melapor. Di waktu yang bersamaan, Ratu Flamuven telah kembali. “Baginda Ratu, apa yang harus kita lakukan?” “Aku rasa kita harus menggunakan senjata itu.” Ujar sang Ratu. “Aku mengerti. Prajurit, siapkan senjata Jupinium sekarang!” Polizo langsung memberikan perintah ke para prajurt. Para prajurit langsung bergegas mempersiapkan senjata tersebut. Namun, disaat menyiapkan senjata tersebut, tiba-tiba saja datang segerombolan iblis yang menghancurkan senjata tersebut. “Ini gawat baginda, jupinium kita sudah hancur!” Ujar salah satu prajurit dengan panik. Melihat hal tersebut, Ratu Flamuven langsung keluar dari benteng dan langsung menyerang mereka dengan sihirnya. “Sudah