Setelah berdiskusi dengan Maha Master, Ria dan Nina keluar dari Ruangannya. Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.
“Akhirnya kita sudah mendapat Izin Maha Master.” Ucap Nina yang sedang berjalan menelusuri tangga.
“Iya... Syukurlah, Maha Master sangat pengertian. Tapi Nina Chan, tolong rahasiakan misi kami ya. Jangan beritahu siapa pun.”
“Tenang saja, Aku akan menjaganya.”
“Oh iya, jangan lupa ya besok jam 7 kita akan berangkat ke Asgardian. Pastikan sebelum jam 7 Kalian sudah tiba di bandara.”
“Ok! Kalau begitu aku duluan dulu ya.. Aku mau ke kamar Aldo kemudian pergi belanja untuk membeli semua kebutuhan alat yang aku perlu.” Ucap Nina.
“Pastikan Darlingmu jangan sampai telat makan ya.” Ujar Ria yang mengedipkan matanya.
“Iya.” Jawab Nina yang tersenyum berkeringat. Dia kemudian meninggalkannya seorang diri dan segera menuju ke kamar Aldo.
Di sisi lain, di dalam sebuah kamar Istana lain, terlihat Morine sedang
Keesokan paginya sekitar jam 5 subuh, Nina dan Nijiro pergi mandi bersama. Nina sudah biasa melihat masa depannya yang begitu kokoh dan malahan menjadi Fetish Chinchin. Sedangkan Nijiro menjadi Fetish Payudara. xD “Nijiro Kun.” Panggil Nina dengan wajah yang memerah sambil menggosok punggungnya. Nijiro kemudian Menghadap ke arahnya dan memeluknya dengan hangat di dalam bak mandi. “Nina Chan...” Ujar Nijiro yang penuh dengan cinta. “(Tubuhnya sangat atletis, badan sangat kekar. Ini sangat hangat. Aku merasa diriku tak berdaya, aku merasa sangat nyaman),” Nina bergumam dalam hati sambil meraba tubuhnya dengan lembut.. Setelah 20 menit kemudian, Nijiro, Nina, dan Para Homies mulai menuju ke bandara. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan Aldo. “Selamat Pagi Nina Chan..” Aldo menyapanya dengan senyum coolnya. “Ah... Aldo San.” Nina menghampirinya. Nijiro memberi tatapan ingin membunuh kepada Aldo seolah-olah memberi isyarat
Kembali ke ruang kendali kapal Angkasa, Saito terlihat menikmati makanannya sambil mengambil kemudi. Terlihat di Layar Hologram menunjukkan proses penyiapan energi untuk memasuki wormhole menuju ke planet Asgardian yang berjarak sekitar 8.014 tahun cahaya dari Planet Herby. Di dalam ruang Santai Kapal Angkasa, Nina dan lainnya sedang duduk santai membahas tentang Planet Asgardian. “Aku dulu pernah berkunjung ke Planet itu saat aku berusia 14 tahun. Planet disana mirip seperti Isekai. Peradaban disana masih kuno dan masih belum menggunakan teknologi.” Ujar Aldo menceritakan pengalamannya. “Benarkah? tampaknya kita perlu beradaptasi pada kehidupan seperti itu. Kehidupan tanpa adanya Internet, Robot, Mobil canggih, Kapal Angkasa.” Ujar Ria. “Namun meskipun demikian, itulah keunikan alam Semesta, karena luasnya tidak terbatas. Mungkin saja masih banyak misteri yang tak bisa kita duga. Mungkin saja disana ada Godmote.” Ujar Nina. “Tapi hing
Di dalam Hutan Magazone pada sebuah ladang, Ratu Kome menciptakan sebuah Rumah kayu sederhana. Terlihat Akar pepohonan muncul dari tanah merambat dan mulai menciptakan sebuah bangunan Kayu yang sederhana. Semua orang yang melihat pemandangan itu terpesona. “WoW... Ini sungguh sangat Indah.” Asami mengagumi Rumah Kayu yang dibuat oleh Ratu Kome. “Sihir yang memiliki tingkat akurasi desain yang sangat tinggi. Ini sangat mengagumkan.” Nijiro berkomentar. “Teknik yang luar biasa.” Aldo berkomentar. Kemudian Ratu Kome berkata, “Silakan masuk.” Kemudian Nina dan lainnya memasuki ruangan. Di dalam interior seperti Rumah papan kayu sederhana lengkap dengan semua perabotan serba kayu. “Aku akan membuat alat-alat elektronik yang diperlukan dulu. Machine Maker : Electronic for Home.” Dengan sihir manipulasi mesinnya, Dia berhasil menciptakan perlengkapan Listrik, Lampu, Panel surya, AC, dan peralatan elektronik lainnya. “Baguslah... Sekar
Di sekitar lahan pertanian Desa Elfano, Nijiro, Nina dan Para Homies disergap oleh prajurit disana yang sedang berjaga. “Kowu ranoko?” >Siapa Kalian?< Tanya Prajurit itu dengan Menyodong senjata Tajam ke arah Nina dan lainnya. “Oh tidak kita disergap, apa yang harus kita lakukan, kita tidak mengerti bahasa Mereka.” Kata Nina yang terlihat panik. “Apakah Kita perlu hajar mereka?” Tanya Nijiro yang terlihat bersiap-siap menyerang. “Jangan!” Nina menonjok kepalanya hingga benjol. “Aduh Nina Chan, jangan tonjok kepalaku dong. Sakit tahu.” Nijiro protes. “Maafkan saya, saya keceplosan.” Jawab Nina menanggapinya dengan wajah menikmati. “Lowu ka bokensho.” >Kami seorang petualang< Jawab Verto yang entah dari mana bisa berbahasa asing. “Kamu mengerti Bahasa mereka?” Nina bertanya. “Iya. Sejujurnya dulu saya pernah tinggal didesa ini sewaktu kecil. Saya dulunya penduduk asli dari desa ini.” Jawab Verto yang t
Di Depan Gubuk Kades Elfano, Mereka terserang oleh sihir Heaven Kimochi. “Master, ada musuh dari arah jam 9.” Ujar Shuu yang melancarkan serangan elemental. Kemudian sesosok yang bersembunyi itu segera keluar dan berpapasan dengan mereka. Seorang Pria Elf dengan perawakan yang tampan dengan rambut berwarna Ungu yang berkilau tegak, bertelinga runcing Panjang, dan memakai baju kimono ungu, sedang berjalan menghampiri mereka. Dia kemudian berkata, “Wow.. Ada yang masih kebal terhadap sihirku.” “Siapa kamu? Kenapa kamu menyerang kami?” Tanya Nina. “Hm... bagaimana ya.. Aku hanya ingin bermain dengan kalian. Bagaimana dengan ini! White Magic : Sleeping Dream.” Pria Elf itu kemudian kembali menyerang mereka. Sejenak Nijiro, Verto dan Homienya Nina mulai mengantuk dan Matanya mulai meler. “Tidak akan kubiarkan mereka tertidur. Soul Manipulation : Area Soul Purifier.” Nina turun dari punggung Clori, merapalkan sebuah Mantra yang berefek ke se
Setelah berjalan-jalan di sekitar Desa yang penuh dengan tanaman hijau yang indah, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah kayu. Saat hendak kembali, para penduduk terlihat menatap mereka dengan sikap yang berbeda. Salah satu dari melemparkan Telur busuk ke arah Lerry. Pria Elf itu hanya terdiam saja saat terkena menerima lemparan telur busuk. “Pergilah dari sini, Jangan kembali lagi!” Ujar Para Penduduk yang terlihat marah kepadanya. “Mari kita pergi.” Kata Nina sembari menarik tangannya. Lerry hanya mengikutinya. Setelah sudah cukup jauh dari desa, dia terlihat sedih. “Aku diusir lagi. -__-” Lerry. “Aku yakin kamu diusir karena suka buat onar. xD” Nina. “...” Lerry hanya terdiam. “Ayo kita Kembali ke Rumah Kayu.” Ajak Nijiro “Iya.” Jawab Verto. Mereka pulang ke Rumah Kayu. Saat tiba di rumah Kayu, mereka bertemu dengan Morine yang sedang duduk di kursi santai. “Morine Chan..” Sapa Nina memanggil Gadis berambut
Setelah Morine menunjukkan tumpukan daging hasil buruan yang sudah dia kembalikan ke ukuran normal di depan Gerbang Desa Elfano, Penjaga Desa disana yang melihat menjadi tercengang. >“Apa-apaan ini? Kenapa bisa ada banyak hasil buruan kalian?”< Tanya Penjaga disana. >“Mereka ingin membagikan daging-daging ini ke penduduk desa. Kita akan mengadakan pesta.”< Jawab Lerry dengan wajah tersenyum lebar. Penjaga Desa disana seketika terdiam, kemudian mereka membunyikan sebuah lonceng melalui alat seadanya. Mendengar suara lonceng tersebut semua orang berbondong-bondong menuju ke Perbatasan Desa. Elf A bertanya, >“Ada yang terjadi?”< Salah satu penjaga desa menjawab, >“Mereka membawa daging kesini untuk dibagikan ke kita, bisakah kalian mengeceknya. Kami takutnya daging yang diberikan itu beracun.”< Pria Elf yang bertanya itu melihat tumpukan daging itu hasil buruan dari Asami, Lei, Natasha tersebut. Saa
Keesokan Paginya sekitar pukul 4 pagi waktu setempat, Nina terbangun. Tampak di sampingnya, Nijiro dan Verto masih tertidur lelap. Melihat hal tersebut, dia mengambil selimut. Setelah itu dia bergegas ke atap rumah kayu untuk melakukan ritual doa. Saat Nina berdoa dan membaca buku Mantra, Seketika sihir cahaya putih keemasan muncul dari tangan nya dan membentuk beberapa kalung Pelindung Sihir. Di dekat Atap, terlihat ada seseorang yang sedang memata-matainya. Gadis itu berpikir, “(Apa yang sedang Master lakukan pada jam segini?)” Kemudian mata-mata itu mencoba mendekatinya dalam kondisi Menghilang. Saat mendekatinya, Nina tiba-tiba berhenti berdoa. “Siapa disana? Saya sudah tahu, jangan sembunyikan diri.” Ujar Nina yang mampu merasakan kehadiran seseorang. Lalu mata-mata itu menghampirinya. “Maafkan saya Master, sepertinya saya telah mengganggu ritual doa anda.” “Tidak apa-apa. Oh iya, ini tolong pakai kalung ini.” Ucap Nina, Lalu dia memberik