Setelah pertemuan Randi dan Sugeng, mereka pun mulai membuat rencana untuk menjalani misi mereka, Randi menjelaskan pada Sugeng, apa saja yang harus di lakukannya dan bagaimana dia nanti akan beraksi.
Sugeng mematuhi semua arahan Randi kepadanya. Sementara, Marwan tidak ikut dengan rencana mereka saat itu dikarenakan dia harus pergi ke kampungnya, kutoarjo, menjenguk bapaknya yang sedang sakit tua.Alasan Randi merekrut Sugeng, karena Marwan tak bisa membantunya untuk menjalani semua rencana yang sudah disusunnya, untuk itu, Randi yang teringat akan Sugeng mendatangi dan mengajaknya agar bergabung dengannya. Sugeng yang memang menaruh dendam pada mantan istrinya karena merasa di khianati tanpa berfikir panjang menyetujui semua ide Randi.
Aksi pertama yang dilakukan Sugeng bersama Randi adalah membunuh mantan istri dan suami dari mantan istri Sugeng. Mayat Melati, mantan istri Sugeng beserta suaminya mati terbunuh dengan kondisi yang
Sugeng yang terpojok saat itu tidak punya pilihan lain selain harus bertarung dengan Badrun beserta teman temannya, Badrun menatap wajah Sugeng yang tampak bersiap siap untuk menyerang."Ternyata kamu yang selama ini ngikuti kami." Ujar Badrun pada Sugeng yang kaget mendengar itu, dia tak menyangka jika Badrun mengetahui kalau dirinya sudah memata matai mereka selama ini."Lebih baik kamu nyerah, gak ada gunanya melawan kami berlima ini." Ujar Badrun, Sugeng mengamati satu persatu teman teman Badrun yang berdiri di samping Badrun, tanpa fikir panjang, Sugeng pun menyerang Badrun, dengan gerak refleksnya Badrun menghindar serangan Sugeng.Perkelahian yang tak seimbang pun terjadi, Sugeng yang seorang diri di keroyok Badrun dan teman temannya, beberapa kali Sugeng terjajar karena terkena pukulan dari Badrun dan teman temannya, perlawanan Sugeng dengan menggunakan pisau sia sia, Samuel berhasil melepas pisau dari tangan Sugeng, memberinya pukulan keras ke
Badrun sedang menelpon Samuel, tapi ponsel Samuel tidak aktif, Badrun mencoba menghubungi ponsel Gilbert, ponsel tetap tidak bisa terhubung, Badrun lalu menelpon ke ponsel Bakri, tapi tetap saja ponselnya tidak dapat di hubungi, Badrun heran karena ketiga temannya yang membawa Sugeng ke kantor polisi tidak bisa di hubungi, wajahnya kesal."Kemana sih mereka, di hubungi semua gak aktif hapenya." Ujar Badrun kesal."Mungkin mereka sedang di kantor polisi mas, jadi hape sengaja dimatikan." Ujar Yana pada Badrun."Iya juga kali ya." Ujar Badrun lalu mengantongi ponsel ke dalam saku celananya.Badrun lalu menghempaskan pantatnya pada sebuah sofa yang ada di ruang tamu rumah Yana."Aku istirahat dulu mas, kepalaku pusing." Ujar Yana pada Badrun yang mengangguk.Yana lalu melangkah pergi masuk ke kamar meninggalkan Badrun sendirian.Tak lama kemudian ponsel Badrun berbunyi, dia lalu mengambil ponsel dari saku celananya. Dia melihat ke n
Via membuka pesan yang terkirim di ponselnya, dia membaca isi pesan yang diterimanya , pesan itu di kirim papahnya."Ini alamat tempat tinggal papah selama di jogja ya nak." Bunyi isi pesan wa dari Randi , di pesan itu juga Randi melampirkan peta lokasi rumah. Via mengetik dan membalas pesan papahnya."Oke pah, makasih ya." Jawab Via membalas pesan Randi, lalu dia memasukkan ponsel kembali ke dalam kantong celana jeansnya. Sementara itu, Randi yang masih bersembunyi di tempat persembunyiannya menelpon seseorang."Jalani misi berikutnya sesuai yang saya katakan." Ujar Randi bicara di ponselnya, lalu kemudian dia menutup teleponnya, meletakkan ponsel di atas meja, Randi mengambil sebatang rokok dan membakarnya, dia menikmati rokoknya.Malam itu, hujan turun dengan derasnya, suasana sekitar perumahan tempat tinggal Yana terlihat sepi, tidak ada warga yang keluar rumah dikarenakan saat itu hujan dan dingin, suara petir menggel
Yana selesai berbelanja kebutuhan sehari harinya di pusat perbelanjaan, dia melangkah keluar mall mendorong troli yang penuh dengan belanjaannya, Yana keluar dari dalam mall menuju halaman parkir pusat perbelanjaan, berjalan ke arah tempat parkiran mobilnya.Saat Yana tiba di dekat mobilnya, dia tak melihat Badrun di situ, Yana menoleh ke kanan dan ke kiri mencari cari, tapi tidak dilihatnya Badrun, Yana meninggalkan troli belanja di belakang mobil, dekat bagasi, dia melihat pintu depan mobil sedikit terbuka, dan satu kaki Badrun menjulur keluar, Yana tersenyum melihat itu."Kasihan mas Badrun, lama nungguin aku belanja sampe ketiduran gitu." Gumamnya.Yana lalu melangkah ke depan mobil mendekati Badrun, Yana membuka pintu depan mobil dan menegur Badrun."Bangun mas..." Ujar Yana sambil membuka pintu depan mobilnya, tiba tiba tubuh Badrun terkulai dan jatuh keluar dari dalam mobil dengan keadaan kepalanya yang patah. Yana melihat itu kage
Wajah Via menunjukkan kekecewaan yang sangat mendalam karena tidak bisa bertemu dengan papahnya atau pun bunda Yana, mantan istri papahnya. di dalam taksi, dia termenung duduk di jok belakang taksi, mobil melaju dijalanan, supir taksi melirik Via dari kaca spion depan mobilnya."Maaf mbak, sekarang mau saya antar kemana ?" Tanya supir taksi pada Via yang lantas menghela nafasnya."Antar saya ke Hotel Arjuna yang di jalan raya Solo-Jogja pak." Ujar Via datar sambil pandangan matanya nanar menatap keluar mobil."Baik mbak." Jawab supir taksi lalu menambah kecepatan mobilnya melaju dijalan raya.Via melihat ke arah jalanan dari balik jendela kaca mobil, tatapan matanya kosong menyimpan kesedihan. Pagi itu, Jumirah sedang berbicara di telepon dengan Sita, mamanya Via."Kok Via gak kasih kabar kalo udah sampe ketempatmu ?" Tanya Jumirah pada Sita."Memang Via udah berangkat ma? Kapan ?" Tanya balik Sita dari ponseln
Pria yang mengawasi Yana di cafe itu berdiri diam menunggu, dia melihat ke arah Yana yang duduk, seorang pelayan cafe mendekati Yana dengan membawa makanan yang dipesan Yana, pelayan cafe itu meletakkan makanan di meja."Silahkan di nikmati bu." Ujar pelayan cafe."Terima kasih mas." Jawab Yana tersenyum menerima makanan yang diberikan pelayan padanya. Pelayan lantas pergi meninggalkan Yana yang mengambil makanan ringan dimeja lalu memakannya, Pria yang mengawasi Yana ditempatnya, mengamati situasi, setelah di lihatnya aman, tidak ada lagi orang yang mendekati Yana, dia lalu dengan cepat melangkah mendekati Yana."Hell...lo Yanaa..." Ujar orang yang mengikuti Yana, dia berdiri di depan Yana yang kaget melihatnya. Orang itu menyeringai menatap tajam Yana."Aku Randi..." Ujar Randi membuka topi dan masker penutup wajahnya. Melihat Randi yang berdiri di hadapannya, tubuh Yana bergetar hebat, seketika jantungnya berdegup keras, dia tercenun
Saat itu, Via sedang makan bersama paman Mulyono di sebuah cafe, paman Mulyono sengaja mengajak Via makan bersamanya, agar dia semakin akrab dengan Via dan mengetahui apa tujuan Via datang ke Klaten. Paman Mulyono memperhatikan Via yang terlihat menikmati makanannya.Via selesai menyantap makanannya, dia lalu minum, paman Mulyono tersenyum menatapnya."Kok udah makannya ? gak nambah?" Tanya paman Mulyono ramah."Udah kek, Via biasa makan dikit." Ujarnya tersenyum."Bagaimana keadaan bunda Yana kek ?" Tanya Via."Udah mulai baikkan, kemungkinan besok atau lusa udah boleh pulang." Ujar paman Mulyono."Syukurlah." Jawab Via lega ."Kakek boleh tau tujuan kamu datang ke Klaten dan nemui bunda Yana ?" Tanya paman Mulyono pada Via yang lantas menghela nafasnya."Via datang ke kota ini, tujuannya untuk mencegah papah berbuat buruk pada bunda Yana." Ujarnya."Via tau apa yang udah dilakukan papah selama ini." Ujarnya lagi.
Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi Yana, pada hari ini dia akan meresmikan butik yang selama ini di impikannya, wajah Yana terlihat sumringah, bersiap siap hendak berangkat menuju lokasi tempat acara peresmian pembukaan butiknya di langsungkan, paman Mulyono dan Via mengantarkan kepergian Yana yang ditemani Gunawan beserta Santoso dan beberapa personil dari kepolisian yang ditugasi mengawal dan menjaganya, sesuai permintaan paman Mulyono sebagai lurah untuk keselamatan Yana, keponakannya dari incaran pembunuh berantai.Yana tersenyum menatap wajah paman Mulyono, lalu dia menatap wajah Via yang berdiri dihadapannya dengan senyum manisnya."Beneran kamu gak ikut bunda ?" Tanya Yana pada Via."Nggak bun, biar Via istirahat aja di sini, toh bunda kan udah banyak yang jaga." Ujar Via tersenyum."Ya udah kalo gitu, bunda berangkat dulu ya." Ujar Yana lalu cium pipi kiri kanan Via."Aku pergi dulu paman." Ujar Yana pamit pada pamannya.