Share

Bab 2 : Awal Cerita

“Sungguh kejam sekali dikau wahai cowok keparat! Teganya kau mengkhianati aku yang begitu cantik nan kaya ini, hahahaha!” Terdengar ocehan yang tidak jelas keluar dari mulut Qiara yang sudah mabuk. 

Qiara gadis cantik yang membawa dirinya masuk ke dalam sebuah klub malam hanya untuk melepaskan rasa sakit yang sedang dirasakan olehnya saat ini. Lelaki yang ia kira akan menjadi pasangan hidupnya hingga ke hujung nyawa ternyata tega mengkhianati cintanya. 

“Teman, apa benar ada yang namanya sahabat sejati di dunia ini. Hey, aku sarankan kamu hati-hati deh sama yang namanya teman. Entar pacar kamu ditikung loh sama temanmu sendiri.”

Bartender yang berada di hadapan Qiara hanya menghelakan nafasnya mendengar apa yang Qiara katakan. Bukan hanya sekali, tapi berulang kali Qiara telah mengatakan hal yang sama sedari tadi.

“Kenapa kamu hanya diam! Kamu tau nggak aku ini siapa? Eh, tapi kata asisten yang sudah aku anggap seperti kakak sendiri jangan bocorkan ke orang-orang aku ini siapa. Rumit amat ya kehidupan di dunia ini.” 

Lagi-lagi Qiara berbicara sendirian. Orang-orang sekitar yang melihat ulah Qiara hanya membiarkan saja gadis itu meluahkan semua isi hatinya. Malah ada yang terhibur melihat reaksi Qiara yang terkadang tertawa, menangis dan marah-marah setelahnya.

Bersebelahan tempat Qiara, ada seorang pria berperawakan tinggi dan tegap yang mampu mencuri perhatian gadis yang sedang mabuk itu. Qiara mencoba membawa pria yang berwajah dingin itu berbicara.

“Hey, kok kamu tampan-tampan ada di tempat seperti ini? Haa, aku tau! Kamu lagi nungguin selingkuhan kamu ya di sini. Aku kasi kamu saran ya, cobalah jadi laki-laki itu yang setia dong sama orang yang kamu sayangi! Diselingkuhin itu sakitnya luar biasa banget rasanya,” 

“Nggak usah sok tau jadi perempuan! Urusi saja urusanmu sendiri!” 

“Wah, ada yang ngajak berantem nih! Tampan-tampan kok pedes ya mulutnya!” 

Tanpa membalas ucapan Qiara, lelaki itu berlalu pergi dari klub malam tersebut. Qiara juga diam-diam membuntuti pria itu. Qiara merasa dirinya memang sudah tak waras lagi hingga-hingga dirinya berani mengekori pria yang tidak dikenali. 

Di pertengahan jalan, Qiara dihadang oleh preman tua bersama beberapa anak-anak buahnya. Lelaki yang dibuntuti Qiara hanya melihat sebentar ke belakang dan dengan wajah yang tiada berperasaan dia melangkahkan kakinya meninggalkan Qiara.

“Eh, main pergi aja! Bantuin dulu kek, apa kek. Hufft, please deh kakek preman. Ngapain main hadang-hadang segala. Gak modal banget! Udah dulu ya kakek, aku buru-buru soalnya mau buntutin dia” Tunjuk Qiara ke lelaki yang semakin jauh dari pandangan matanya. 

“Siapa yang kamu panggil kakek! Ayo lah, ikut kita-kita pergi ke sebuah tempat yang bisa memberimu kenikmatan dunia. Hanya sebentar kok,” 

“Gak mau ah, kakek gak tampan. Apa lagi anak-anak buah kakek! Bosan aku ngeliatnya. Gangguin aja deh,” 

Para preman yang sudah tersulut emosi mendengarkan ucapan Qiara yang tampak begitu tenang berhadapan dengan mereka saat ini dengan pantas membuka langkah ingin menghajar Qiara. Tak disangka dalam hitungan detik, malah para preman itu yang tersungkur babak belur dibantai Qiara. 

“Siapa kamu?” Tanya preman tua dengan kaget. 

“Kan sudah aku bilang dari awal, jangan ganggu aku yang lagi buru-buru! Ayo, bangun lagi. Masa segitu doang udah tumbang sih. Tapi makasih loh kakek dan paman-paman preman. Aku bisa mengeluarkan semua rasa sakit hati ku dengan menghajar kalian!” 

Mereka yang mendengar ucapan Qiara bergidik ngeri. Di saat mereka ingin pasrah dan melarikan diri dari Qiara, Qiara yang tadinya tampak kuat kini menjadi seolah-olah wanita lemah yang tak berdaya. Preman tua yang hendak membantu mengangkat Qiara kembali berdiri kaget melihat gadis itu mengedipkan matanya sambil tersenyum sebelum tak lama kemudian ia merasakan sesuatu benda keras menghantam di belakang kepalanya. 

***

“Arghh! Sungguh perasaan seperti ini begitu membebankan. Ngapain coba wanita gila itu bisa meracuni pikiranku?” 

Lelaki yang bernama Vince itu menutup kembali pintu mobil nya dengan keras. Dia sebenarnya mengetahui akan gadis yang sering berbicara sendiri di klub malam itu membuntuti dirinya sedari awal. Hanya saja dia malas untuk meladeni wanita yang ia anggap sedang tidak waras.

“Aku berharap gadis gila itu masih selamat dari para preman bejat tadi,” 

Bergegas ia berlari secepat yang mungkin dan berharap masih bisa menyelamatkan Qiara. Tidak lupa juga Vince membawa batang kayu baseball yang memang sudah tersedia di dalam mobilnya. 

Tanpa sengaja Qiara yang melihat sosok lelaki berwajah dingin sedang berlari menuju ke arah tempat dirinya berada, dengan sengaja menjatuhkan dirinya di antara para preman. Dan tidak lupa juga ia mengoyakkan sedikit dress nya di bahagian paha. 

“Kamu belum diperkosa kan sama mereka?”

“Kenapa kamu kembali kesini semula? Bukannya tadi kamu nggak mau peduli sama wanita yang hendak dilecehkan ini. Kamu juga nggak kenal sama aku kan. Ya sudahlah, pergi saja sana! Aku juga akan merelakan saja diri aku diperkosa sama mereka, iya kan paman preman?” 

“Dasar wanita gila, mana ada manusia yang rela dirinya diperkosa! Ayo ikut aku sekarang. Kalian para preman segera pergi dari sini di saat aku lagi berbaik hati mengizinkan kalian untuk pergi secara baik-baik!” 

“Lagian, kok bisa wajah kalian pula yang babak belur?” Sambung Vince yang kehairanan melihat mereka. 

Para preman bergegas pergi meninggalkan mereka berdua tanpa mahu menjawab pertanyaan dari Vince. Tak lupa jua mereka membawa preman tua yang pingsan setelah dipukul oleh Vince karena ketika itu ia berpikir preman tua itu hendak melecehkan Qiara. 

“Hey, terima kasih karena sudi kembali untuk menyelamatkan aku dari mereka,” 

“Hmm” 

“Lelaki tampan, bisa gak kamu bawa aku pergi ke rumah kamu. Please, hanya untuk malam ini.” 

Tanpa banyak bicara, Vince membantu mengangkat Qiara berdiri dan menggenggam tangan gadis itu. Entah kenapa hatinya seolah menginginkan dirinya untuk membantu wanita yang mendadak bisa membuat dirinya menjadi malaikat penolong. 

Qiara tidak bisa menahankan dirinya untuk tidak tersenyum dengan perlakuan yang diberikan oleh Vince kepada dirinya. Akan tetapi setelah ia kembali mengingat rasa sakit dan luka yang telah diberikan oleh kekasihnya membuatkan ia melepaskan genggaman tangan itu secara tiba-tiba. 

“Maaf, aku merasa kotor untuk memegang tangan kamu. Walaupun kita baru kenal, aku bisa merasakan kamu pria yang baik.” Terdengar bunyi isak tangis dari Qiara. 

“Kamu sekarang masih di dalam pengaruh alkohol, aku bisa mengerti. Malam ini aku mengizinkan kamu untuk menginap di apartemen milikku! Baiklah, kita sudah sampai di mobilku, Kamu bisa kan buka pintu mobilnya sendiri. Walaupun mabuk, jangan manja!” 

Qiara hanya mendengus mendengarkan kata-kata dari Vince. ‘Dasar laki-laki bermulut pedes’ gumam Qiara secara perlahan. 

Sepanjang perjalanan, keduanya hanya mendiamkan diri masing-masing. Sesampainya di apartemen milik Vince, Qiara yang tadinya hanya diam, kini menjadi sebaliknya. Mulutnya tidak berhenti mengoceh melihat kekemasan susunan perabot milik Vince. 

“Hey lelaki tampan, ini--,”

“Jangan asal menyentuh barangku!” Rahang Vince bergerak dengan cepat diikuti tangannya reflek membanting benda yang kini ada di tangan Qiara. 

"Kamu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status