“Sungguh kejam sekali dikau wahai cowok keparat! Teganya kau mengkhianati aku yang begitu cantik nan kaya ini, hahahaha!” Terdengar ocehan yang tidak jelas keluar dari mulut Qiara yang sudah mabuk.
Qiara gadis cantik yang membawa dirinya masuk ke dalam sebuah klub malam hanya untuk melepaskan rasa sakit yang sedang dirasakan olehnya saat ini. Lelaki yang ia kira akan menjadi pasangan hidupnya hingga ke hujung nyawa ternyata tega mengkhianati cintanya. “Teman, apa benar ada yang namanya sahabat sejati di dunia ini. Hey, aku sarankan kamu hati-hati deh sama yang namanya teman. Entar pacar kamu ditikung loh sama temanmu sendiri.” Bartender yang berada di hadapan Qiara hanya menghelakan nafasnya mendengar apa yang Qiara katakan. Bukan hanya sekali, tapi berulang kali Qiara telah mengatakan hal yang sama sedari tadi.“Kenapa kamu hanya diam! Kamu tau nggak aku ini siapa? Eh, tapi kata asisten yang sudah aku anggap seperti kakak sendiri jangan bocorkan ke orang-orang aku ini siapa. Rumit amat ya kehidupan di dunia ini.” Lagi-lagi Qiara berbicara sendirian. Orang-orang sekitar yang melihat ulah Qiara hanya membiarkan saja gadis itu meluahkan semua isi hatinya. Malah ada yang terhibur melihat reaksi Qiara yang terkadang tertawa, menangis dan marah-marah setelahnya.Bersebelahan tempat Qiara, ada seorang pria berperawakan tinggi dan tegap yang mampu mencuri perhatian gadis yang sedang mabuk itu. Qiara mencoba membawa pria yang berwajah dingin itu berbicara.“Hey, kok kamu tampan-tampan ada di tempat seperti ini? Haa, aku tau! Kamu lagi nungguin selingkuhan kamu ya di sini. Aku kasi kamu saran ya, cobalah jadi laki-laki itu yang setia dong sama orang yang kamu sayangi! Diselingkuhin itu sakitnya luar biasa banget rasanya,” “Nggak usah sok tau jadi perempuan! Urusi saja urusanmu sendiri!” “Wah, ada yang ngajak berantem nih! Tampan-tampan kok pedes ya mulutnya!” Tanpa membalas ucapan Qiara, lelaki itu berlalu pergi dari klub malam tersebut. Qiara juga diam-diam membuntuti pria itu. Qiara merasa dirinya memang sudah tak waras lagi hingga-hingga dirinya berani mengekori pria yang tidak dikenali. Di pertengahan jalan, Qiara dihadang oleh preman tua bersama beberapa anak-anak buahnya. Lelaki yang dibuntuti Qiara hanya melihat sebentar ke belakang dan dengan wajah yang tiada berperasaan dia melangkahkan kakinya meninggalkan Qiara.“Eh, main pergi aja! Bantuin dulu kek, apa kek. Hufft, please deh kakek preman. Ngapain main hadang-hadang segala. Gak modal banget! Udah dulu ya kakek, aku buru-buru soalnya mau buntutin dia” Tunjuk Qiara ke lelaki yang semakin jauh dari pandangan matanya. “Siapa yang kamu panggil kakek! Ayo lah, ikut kita-kita pergi ke sebuah tempat yang bisa memberimu kenikmatan dunia. Hanya sebentar kok,” “Gak mau ah, kakek gak tampan. Apa lagi anak-anak buah kakek! Bosan aku ngeliatnya. Gangguin aja deh,” Para preman yang sudah tersulut emosi mendengarkan ucapan Qiara yang tampak begitu tenang berhadapan dengan mereka saat ini dengan pantas membuka langkah ingin menghajar Qiara. Tak disangka dalam hitungan detik, malah para preman itu yang tersungkur babak belur dibantai Qiara. “Siapa kamu?” Tanya preman tua dengan kaget. “Kan sudah aku bilang dari awal, jangan ganggu aku yang lagi buru-buru! Ayo, bangun lagi. Masa segitu doang udah tumbang sih. Tapi makasih loh kakek dan paman-paman preman. Aku bisa mengeluarkan semua rasa sakit hati ku dengan menghajar kalian!” Mereka yang mendengar ucapan Qiara bergidik ngeri. Di saat mereka ingin pasrah dan melarikan diri dari Qiara, Qiara yang tadinya tampak kuat kini menjadi seolah-olah wanita lemah yang tak berdaya. Preman tua yang hendak membantu mengangkat Qiara kembali berdiri kaget melihat gadis itu mengedipkan matanya sambil tersenyum sebelum tak lama kemudian ia merasakan sesuatu benda keras menghantam di belakang kepalanya. ***“Arghh! Sungguh perasaan seperti ini begitu membebankan. Ngapain coba wanita gila itu bisa meracuni pikiranku?” Lelaki yang bernama Vince itu menutup kembali pintu mobil nya dengan keras. Dia sebenarnya mengetahui akan gadis yang sering berbicara sendiri di klub malam itu membuntuti dirinya sedari awal. Hanya saja dia malas untuk meladeni wanita yang ia anggap sedang tidak waras.“Aku berharap gadis gila itu masih selamat dari para preman bejat tadi,” Bergegas ia berlari secepat yang mungkin dan berharap masih bisa menyelamatkan Qiara. Tidak lupa juga Vince membawa batang kayu baseball yang memang sudah tersedia di dalam mobilnya. Tanpa sengaja Qiara yang melihat sosok lelaki berwajah dingin sedang berlari menuju ke arah tempat dirinya berada, dengan sengaja menjatuhkan dirinya di antara para preman. Dan tidak lupa juga ia mengoyakkan sedikit dress nya di bahagian paha. “Kamu belum diperkosa kan sama mereka?”“Kenapa kamu kembali kesini semula? Bukannya tadi kamu nggak mau peduli sama wanita yang hendak dilecehkan ini. Kamu juga nggak kenal sama aku kan. Ya sudahlah, pergi saja sana! Aku juga akan merelakan saja diri aku diperkosa sama mereka, iya kan paman preman?” “Dasar wanita gila, mana ada manusia yang rela dirinya diperkosa! Ayo ikut aku sekarang. Kalian para preman segera pergi dari sini di saat aku lagi berbaik hati mengizinkan kalian untuk pergi secara baik-baik!” “Lagian, kok bisa wajah kalian pula yang babak belur?” Sambung Vince yang kehairanan melihat mereka. Para preman bergegas pergi meninggalkan mereka berdua tanpa mahu menjawab pertanyaan dari Vince. Tak lupa jua mereka membawa preman tua yang pingsan setelah dipukul oleh Vince karena ketika itu ia berpikir preman tua itu hendak melecehkan Qiara. “Hey, terima kasih karena sudi kembali untuk menyelamatkan aku dari mereka,” “Hmm” “Lelaki tampan, bisa gak kamu bawa aku pergi ke rumah kamu. Please, hanya untuk malam ini.” Tanpa banyak bicara, Vince membantu mengangkat Qiara berdiri dan menggenggam tangan gadis itu. Entah kenapa hatinya seolah menginginkan dirinya untuk membantu wanita yang mendadak bisa membuat dirinya menjadi malaikat penolong. Qiara tidak bisa menahankan dirinya untuk tidak tersenyum dengan perlakuan yang diberikan oleh Vince kepada dirinya. Akan tetapi setelah ia kembali mengingat rasa sakit dan luka yang telah diberikan oleh kekasihnya membuatkan ia melepaskan genggaman tangan itu secara tiba-tiba. “Maaf, aku merasa kotor untuk memegang tangan kamu. Walaupun kita baru kenal, aku bisa merasakan kamu pria yang baik.” Terdengar bunyi isak tangis dari Qiara. “Kamu sekarang masih di dalam pengaruh alkohol, aku bisa mengerti. Malam ini aku mengizinkan kamu untuk menginap di apartemen milikku! Baiklah, kita sudah sampai di mobilku, Kamu bisa kan buka pintu mobilnya sendiri. Walaupun mabuk, jangan manja!” Qiara hanya mendengus mendengarkan kata-kata dari Vince. ‘Dasar laki-laki bermulut pedes’ gumam Qiara secara perlahan. Sepanjang perjalanan, keduanya hanya mendiamkan diri masing-masing. Sesampainya di apartemen milik Vince, Qiara yang tadinya hanya diam, kini menjadi sebaliknya. Mulutnya tidak berhenti mengoceh melihat kekemasan susunan perabot milik Vince. “Hey lelaki tampan, ini--,”“Jangan asal menyentuh barangku!” Rahang Vince bergerak dengan cepat diikuti tangannya reflek membanting benda yang kini ada di tangan Qiara. "Kamu!"“Dasar lelaki aneh!” Bukannya kaget setelah melihat Vince marah, malah Qiara justru pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya. “Temperamen amat deh jadi manusia! Kan bisa diambil secara baik-baik bingkai fotonya tanpa ngebanting kayak orang ga jelas gitu, berserakan toh jadinya iya kan!” Vince memutarkan bola matanya mendengar Qiara yang tiada hentinya mengoceh setelah masuk ke dalam apartemennya. Matanya kembali memandang sebuah foto di antara kaca-kaca yang berserakan di jubin seramik. Dengan tatapan matanya yang dingin, Vince mengambil dan merobek foto itu sehingga hancur tak tersisa lagi.Seketika Vince terduduk. “Sakit! Sakit sekali! Hatiku saat ini rasanya seolah sedang ditusuk seribu mata pisau yang menancap,” Sambil memukul-mukul dadanya. Qiara memutar kembali arahnya setelah melihat Vince seperti itu. Hatinya merasa terusik kala melihat reaksi kecewa yang terpampang dengan jelas dari raut wajah Vince.“Sakit ya? Sakit lah ya pasti, iya kan? Berarti kita sama dong, sama-sam
“Tetaplah disini! Kalau ada yang pergi, seharusnya orang itu ialah Aku,” Qiara menghapus perlahan air matanya dan tersenyum memandang Vince. “No, Qiara! Ok, aku gak akan pergi. Kita sama-sama di sini ya. Bahaya jika kamu pergi saat kamu masih mabuk seperti ini!” “Ihh, kamu baik banget, aku jadi grogi!”Bisa-bisanya Qiara merubah reaksi nya secepat itu. Mukanya yang putih sampai kemerahan karena lagi blushing. Keadaan yang tadi nya penuh haru kini bertukar dengan adegan Vince menjitak dahi Qiara. Qiara mendengus kesal sambil mengusap dahinya. Setelah itu dia tersenyum dengan penuh jahil memandang vince yang kembali memasang wajah dinginnya. Cup!Qiara mengecup bibir Vince. Walaupun kaget Vince tak kunjung melepaskan malah ia turut membalas ciuman dari gadis yang baru saja ia kenali itu. Entah mengapa ia merasa nyaman bersama Qiara. Tak lama kemudian Vince yang sudah tak bisa membendung nafsunya yang sedang membuak-buak, mengangkat Qiara ala bridal style menuju ke kamarnya. “Idih, k
Usai menghantar Qiara, Vince pamit pergi untuk menemui keluarganya. Kini Qiara sudah berada di Mansion milik keluarganya. Setelah Vince mengutarakan alasan kenapa lelaki itu tetap bersikeras ingin mereka menikah, Qiara langsung mengiyakan tanpa berpikir akan konsekuensi yang akan didapatkan di kemudian hari. Dengan sepenuh tenaga dan jantung yang berdegup dengan sangat kencang ketika ini, Qiara mencoba mencari keberanian untuk menyampaikan hajatnya kepada kedua orang tuanya yang sedang berada di ruang keluarga. Jika itu bukan mama dan papanya, Qiara tidak akan setegang ini. Rasa Hormat dan sayang kepada orang tuanya membuat Qiara tampak seperti gadis yang manja. Sifat Qiara bakal terbalik jika tak sedang berada bersama ahli keluarganya. “Ma, Pa, Qiara mau ngomong sesuatu!”“Ayo sini, duduk sama mama dan papa. Dari reaksi kamu Papa yakin kamu mau bicara hal yang serius kan,” dengan tenang papa Qiara memanggil anaknya. “Kamu kemana aja sih Sayang? Mama khawatir sekali tau gak kamu ga
“Vince, ayo kita taruhan!” Secara berbisik disertai dengan senyuman yang sukar diartikan Qiara menyenggol lengan Vince yang masih terpaku melihat pemandangan yang sedang berlangsung di depan matanya ketika ini. “Ok, 5 Juta! Deal?” “Deal!” “Go Mama, go Papa!” Dengan antusias Qiara menyemangati kedua orang tuanya. Bukannya meleraikan aksi saling jambak yang sedang terjadi, bisa-bisanya Qiara dan Vince memasang taruhan. Sungguh pasangan yang begitu serasi. Tersadar akan tujuan mereka yang sebenarnya, akhirnya aksi saling beradu tenaga di antara kedua pasutri tersebut berhenti secara mendadak. Dengan nafas yang terengah-engah, disertai rambut yang telah berantakan tau-taunya mereka malah saling berpelukan setelahnya. “Lah, kok sudah ending gitu aja sih tanpa ada pemenangnya? Eh,” Qiara langsung menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya. Thea, mamanya Qiara beserta Nelly mama kepada Vince tertawa dengan keras melihat ulah Qiara. “Perlakuan kamu sama persis kayak mama kamu ke
“Mama, kok mama tampar aku sih? Kan aku juga mau tau calon ipar ku itu siapa! Hai adikku yang tercinta. Kok mau nikah gak bilang-bilang sih sama kakak dan kakak Quantrell,”Ternyata tetamu yang tidak diundang tersebut adalah kakaknya kedua Qiara yang bernama Qiang. Karena sang mama lagi kesal akan satu hal dia meminta semua pembantu menyebut Qiang dari ‘Tuan Muda Kedua’ menjadi ‘Dia’. “Kakak kemana aja sih selama ini? Puas kami mencari kakak ke mana-mana gak ketemu. Mama sampai sakit loh waktu itu mendengar berita soal kakak yang konon katanya-”“Qiara! Nanti kita bahas soal itu. Sekarang kita lagi ada tetamu yang bertamu. Gak enak dilihat sama mereka! Kamu juga Qiang, jangan cari gara-gara di sini! Mereka datang secara baik-baik untuk melamar Qiara. Sudah, sekarang kamu duduk sama papa di sini!” “Aduh, aku jadi gak enak. Maaf ya Nelly, Verill!” Vince tercengang setelah mengetahui fakta bahwa lelaki itu kakak keduanya Qiara. Awalnya dia mati-matian berpikir itu adalah mantan kekasi
Vince terlihat berpuas hati melihat Qiara akhirnya menandatangani kontrak pernikahan mereka yang bakal berlangsung tidak lama lagi. Setelah Qiara, kini dirinya yang menandatangani surat perjanjian tersebut. Selama mereka masih terikat dengan kontrak pernikahan, keduanya gak bisa berhubungan seks, gak bisa tidur sekamar kecuali ada orang tua yang menginap di tempat tinggal mereka. Harus tinggal di apartemen milik Vince. Gak bisa mengotori apartemennya. Yang paling penting selama masih di dalam kontrak gak bisa saling jatuh cinta. Ya pokoknya banyak lagi senarai gak bisa ini gak bisa itu. “Heh si cowok yang suka mengambil kesempatan! Aku kasih peringatan! Jangan pernah kau sakiti fisik dan perasaan adikku. Kalau gak kau akan tau sendiri apa akibatnya nanti. Mungkin aku bisa bertoleransi kali ini. Tapi tidak untuk lain kali! Camkan itu!” “Ck! Dasar belagu. Baiklah Pangeran Qiang yang songong, akan hamba turuti semua keinginan Pangeran!” “Dan ingat sesuai perjanjian kalian, jangan per
“Iya!” Thea mengatakannya dengan wajah yang datar. Nelly terdiam seketika usai mendengar jawaban yang cukup singkat tapi mengandungi arti yang begitu dalam. Qiara merasa canggung dengan diamnya sang mama dan calon mertuanya. “Masih ada waktu buat kamu untuk membatalkan pernikahan mereka, Nelly! Sekarang apa kamu masih mau menerima anak aku setelah tahu dia seperti apa?”“Ya jelas mau lah! Kalau aku menolak berarti aku bodoh sekali. Qiara sayang, jangan khawatir ya. Seperti apapun diri kamu Mama Nelly akan tetap menerima dan akan menganggap kamu seperti anak sendiri!” Nelly tersenyum ke arah Qiara. “Cuman sekarang aku udah minta dia untuk berhenti semenjak kejadian nyawanya hampir saja diujung tanduk. Untung kedua kakaknya tiba dengan tepat waktu-”“Ehem,”Qiara berdehem agar kedua wanita yang berusia separuh abad itu menghentikan percakapan mereka. Karena sedari tadi pelayan dari butik pengantin itu turut mendengar perbualan mereka. Begitulah seorang perempuan, tanpa mengenal usia
“RYAN, Kamu!” “Qiara, maafkan aku!” Ryan yang saat ini berada di pangkuan Qiara secara perlahan mulai menutup matanya. Ryan telah menyelamatkan Qiara dari ditusuk oleh Darwina yang seperti orang kerasukan ketika ini. Qiara menatap Darwina dengan penuh amarah. “Kamu wanita pendosa tidak layak untuk hidup bahagia!! Kamu akan menyesal suatu hari karena telah menikahi perempuan pembunuh ini!”Plak!! Vince menampar wajah Darwina sehingga membuat wanita itu semakin murka.“Kamu gak pantas menghina wanita yang telah menjadi istri Saya!”Vince merangkul bahu Qiara dengan lembut. Manakala Ryan telah dibawa ke rumah sakit dengan segera. Qiara memberi kode kepada sang kakak untuk membawa Darwina dari sana. Dia akan berurusan dengan wanita itu nanti.Qiang yang mengerti keinginan sang adik membawa Rebecca untuk mengheret Darwina keluar dari acara pernikahan Qiara yang telah dihancurkan oleh sahabat baiknya selama ini. Thea, Nelly, Alexander dan juga Verill bergegas mendekati Qiara dengan waja