Share

Misi Pertama

Anak? Hamil? Hemm...

~~~

Tiit tiit …

Aku meraba nakas tempat tidur disampingku untuk mematikan alarm di ponselku. Setelah mematikannya, aku bangun dari tidurku sambil merentangkan tangan yang terasa pegal.

Aku menguap beberapa kali dan menengok sisi lain dari tempat tidur di kamarku dan Cassian yang kosong. Itu artinya, Cassian tidak tidur lagi di kamar ini. Aku terdiam menatap sisi Kasur yang tampak rapi itu.

Karena menyadari waktu yang semakin berjalan, aku bergegas menuju kamar mandi yang berada di kamar ini untuk membersihkan diri dan menyiapkan air hangat. Aku juga menyiapkan pakaian kerja untuk suamiku yang kuletakkan di atas tempat tidur.

Setelahnya, aku mengetuk pintu kamar di sebelah kanan kamar kami. Dimana Cassian sering tidur. Sambil mengetuk, aku juga memanggilnya dengan suara yang agak keras.

Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka menampilkan Cassian dengan penampilan baru tidurnya yang sexy membuatku sekali lagi tertegun. Rambut hitamnya yang acak-acakan, mata hitamnya yang kini sayu, dan piyamanya yang dua kancing atasnya terbuka. Selalu seperti itu saat aku membangunkan Cassian dan pada akhirnya aku yang jatuh terus-menerus pada pesonanya.

Cassian tidak memperdulikanku yang terpaku di depan pintu. Dia melengos begitu saja menuju kamar kami. Aku yang tersadar dari keterpakuanku, bersemu merah dan segera berlanjut ke dapur untuk membuat sarapan.

Sarapan yang kubuat sangat simple, hanya roti bakar selai coklat, kopi untuk Cassian, dan jus buah untukku, mengingat aku dan Cassian tidak terlalu suka sarapan dengan makanan berat seperti nasi.

Aku mengaduk kopi untuk Cassian dengan pelan sambil berdoa dalam hati, kalau yang aku lakukan ini akan mengikat suamiku untuk kembali ke rumah. Tidak hanya saat mengaduk kopi. Namun, aku melakukan semua itu pada hal-hal yang kulakukan untuk Cassian. Aku diajari oleh ibu mertuaku sendiri.

Aku meletakkan kopi di hadapan kursi kosong yang akan ditempati Cassian. Setelahnya, aku duduk di depan kursi itu. Memoriku memutar bayangan kehidupan pernikahanku dengan Cassian yang sudah berjalan delapan bulan. Dan selama itu, aku tidak melihat tanda-tanda akan perasaan cinta Cassian untukku. Padahal, aku sudah melakukan semua yang diajarkan oleh Ibu mertuaku untuk menyenangkan suami. Kecuali hal ‘itu’.

Aku menghela napas. Waktu kontrak pernikahan sudah semakin dekat dan aku sudah kehabisan cara bagaimana membuat Cassian melihatku. Aku khawatir kalau aku yang semakin tidak bisa lepas darinya.

“Kenapa gak makan?” Ujar Cassian yang duduk dihadapanku, membuyarkan lamunanku.

“Sejak kapan Kak Ian disini?” Tanyaku horror karena tidak menyadari dirinya datang.

Cassian mengedikkan bahu, “Gak lama pas kamu nghela napas panjang,” Ujarnya dengan cuek sambil menyeruput kopinya sedikit demi sedikit.

Piring Cassian sudah kosong. Itu tandanya Cassian daritadi memperhatikanku yang sedang melamun. Memikirkan itu membuatku malu.

“Aku mau berangkat,” Ujar Cassian sambil mengambil jas dan tasnya yang sedaritadi dia sampirkan ke kursi disebelahnya.

Aku buru-buru berdiri dan mengikuti langkahnya. Mulai mengulangi kebiasaanku saat menyerocos apapun untuk mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengannya.

“Kak, mau dianterin makan siang, gak?” Tanyaku yang dibalas gelengan.

“Kalau makan siang bareng, mau gak?” Tanyaku yang lagi-lagi dibalas gelengan yang membuatku cemberut.

Aku menyalami tangannya saat kami sampai di depan pintu. ‘Ya tuhan.. lindungi suamiku dari hal-hal buruk, mudahkan pekerjaannya, dan pulangkan dia kembali padaku,’ Doaku saat punggung tangannya menyentuh dahiku.

“Ngapain?” tanya Cassian dengan ekspresi heran saat merasa aku menyalaminya terlalu lama.

Aku mengangkat kepala dan tersenyum manis sambil menatap matanya. “Lagi doain kamu,” Ujarku dengan masih memegang erat tangan Cassian yang terasa hangat dan nyaman.

Cassian mengerutkan keningnya. "Tenang aja. Doanya baik, kok," ujarku kembali dengan senyum.

“Oh,” Ujarnya singkat.

Aku hanya tersenyum karena sudah biasa dengan responnya. Aku masih memainkan tangannya. “Aku izin, yah. Aku mau ke acara ulang tahun sepupuku. Jadi kemungkinan juga akan pulang telat.”

Dia mengangguk, “Mau sampai kapan megang tanganku?”

Aku refleks melepaskan tangannya. Aku malu karena merasa agresif.

“Aku pergi,” Ujarnya lalu berlalu.

Aku melambaikan tangan saat dia mulai menjalankan mobilnya, “See you.. hati-hati,” Ujarku. “Suamiku,” Ujarku dengan suara kecil dan terkekeh kecil menyadari kekonyolanku dihadapan Cassian.

Setelah mobil Cassian hilang dari pandanganku, aku bergegas masuk ke dalam rumah dan menyelesaikan sarapanku. Karena acara ulang tahun sepupuku, Stella Olivia Setiawan, yang ketujuh belas tahun.

“Bi, aku pergi ke acara sepupu aku, yah,” pamitku pada Bi Mina.

“Iya, bu. Hati-hati, yah.” Ujarnya.

Aku hanya mengangguk sebagai balasan dan mulai menjalankan mobilku menuju rumah kakak dari Mama Natalia.

Sesampainya di lokasi pesta, tepatnya di halaman belakang rumah Tante Nirmala, aku melihat sudah banyak tamu yang hadir. Termasuk Papa Vincent dan Mama Natalia. Sedangkan Aurora? Dia kuliah di luar Negeri, sehingga tidak bisa bebas untuk pulang pergi ke tanah air.

Aku segera menghampiri yang empunya acara. “Stella sayang, Happy Birthday…” Ujarku sambil memeluk Stella.

“Kak Ave,” Seru Stella balas memelukku dengan senyum yang cerah.

Dari balik pelukanku, aku mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah muda. Aku memberikan kotak itu pada Stella dengan senyum lebar. “Nih, spesial buat princess hari ini.”

Stella memandang kotak itu dengan wajah berbinar. Dia membukanya dengan hati-hati dan wajahnya langsung bersinar saat melihat isinya. Di dalam kotak itu terdapat kalung perak dengan liontin berbentuk bintang yang cantik.

“Makasih, Kak Ave. Ini cantik banget,” ucap Stella dengan suara girang sambil memelukku lagi. Dia langsung mengenakan kalung itu di lehernya dan senyumnya yang semakin lebar.

Aku tersenyum melihat reakksi Stella yang sangat senang dengan hadiah yang kuberikan. Begitupun dengan orang-orang yang melihat itu.

“Cassian gak ikut, Ave?” Tanya Tante Nirmala.

Aku menggeleng, “Dia kan kerja, Tan.”

“Gak bisa luangin waktu kesini, yah?” Ujar Tante Nirmala.

“Dia sibuk banget, Tan. Tante juga kan buat pesta di hari kerja begini.” Ujarku sekenanya. Padahal aku tau kalau Cassian menghindari untuk dekat dengan keluargaku. Miris sekali.

Tante Nirmala terdiam, entah apa yang ada dipikirannya.

“Yah padahal aku juga mau kado dari kak Cassian.” Ujar Stella cemberut.

Aku tersenyum, “Anggap aja kalung itu dari kakak sama kak Cassian.”

Stella menggeleng dengan bibir yang mengerucut, “No, hadiah kak Ave dan kak Cassian harus beda.”

Aku menghela napas, “Yaudah, nanti kakak bilangin kalau kamu mau hadiah,”

“Yey,” Sorak Stella.

Aku menggeleng maklum. Dasar anak remaja.

“Ave,” Panggil Tante Nirmala yang membuatku mengalihkan fokusku padanya. “Kamu lagi gak bermasalah sama suami kamu, kan?”

Aku terkejut dengan pertanyaan Tante Nirmala. “Enggak kok, Tan. Kenapa Tante nanya gitu?” Tanyaku dengan hati-hati sambil melirik Papa Vincent dan Mama Natalia yang sedari tadi hanya terdiam melihat interaksi kami.

Tante Nirmala mengedikkan bahunya, “Yah, Tante hanya menduga aja. Cassian kan jarang banget ikut ngumpul kalau ada acara keluarga. Ditambah lagi dengan kamu yang belum isi sampai sekarang. Atau lagi nunda?” Tanyanya yang membuatku terkesiap.

“Kak Cassian emang lagi sibuk, Tan. Tuh Papa yang nyerahin semua urusan perusahaan sama kak Cassian. Jadinya, dia fokus sam perusahaan.” Ujarku dengan cepat melemparkan semuanya pada Papa Vincent.

Semua pandangan bertanya mengarah ke Papa Vincent. Papa Vincent hanya mengangguk menyetujui perkataanku.

“Tapi kamu gak nunda anak, kan?” Tanya Tante Isla, adik Mama Natalia.

Aku menggeleng. Terpaksa berbohong untuk agar aib rumah tanggaku tidak diketahui orang lain.

“Loh kenapa? Anak itu akan buat hubungan kalian makin erat, loh. Lagian kalau kamu hamil pasti bakal makin disayang sama suami kamu.” Ujar Tante Nirmala yang membuatku bertatapan dengan Papa Vincent.

Anak? Hamil?

Mungkin aku akan memikirkannya sebagai Misi pertamaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status