Mereka tertawa bahagia, ya Allah ... aku juga ikut tertawa melihat adegan itu, Mas Bayu benar-benar bisa mencairkan suasana. Sudah itu Pakcik Solihin, Mamang Umar, Mamang Syafi'i dan Om Burhan memperkenalkan diri. Kini giliran para Bibik yang disapanya, tak disangka para Bibik itu berebut duluan menyalami, ya Ampun, itu Makwo Ijah yang biasanya kalem juga ikutan? Masyaallah ....Tiba di tempat Nenek, lelaki itu mencium tangan Nenek dengan takzim. "Subhanallah ... ternyata orangnya seperti ini yang selalu ditunggu cucuku, pantas cucuku tidak bisa pindah ke lain hati," kata Nenek sambil mengusap punggung lelaki itu. Deg! Aku terkejut mendengarkan perkataan Nenek, spontan kutatap Mamak dengan mata membulat sempurna, ternyata Bapak juga melakukan hal yang sama denganku. Ini dia pasti biang gosipnya. "Iya, Mamak yang bilang," kata Mamak salah tingkah dipelototi kami berdua. "Kapan kau bilangnya?" tanya Bapak "Ya, waktu dulu ... waktu Lidia cerita punya gebetan sampai minta di-rukiya
POV Bayu AryaAh, harus dari mana kuceritakan hidupku yang tiada artinya ini. Selama bertahun-tahun ragaku hidup tetapi rasanya tidak bernyawa. Aku tidak tahu tujuan hidupku untuk apa. Aku hanya sendiri, tidak memiliki teman, tidak bisa berbagi apapun dengan siapapun. Apa yang harus kukatakan padamu, Lidia ....Matamu yang dihiasi bulu mata lentik itu menatapku penuh ketulusan, berbinar seperti bintang fajar menyambut awal hari penuh harapan. Aku tidak bisa menyembunyikan apapun lagi padamu, kau sudah tahu segalanya, hatiku serasa melebur, luruh, tenggelam pada tatapan bola matamu.Aku hanya pria biasa yang memiliki perasaan, luka lama yang terus menghantui, kenapa aku tidak bisa hidup normal seperti orang lain?Waktu usiaku lima belas tahun, begitu terkejutnya diri ini saat Ayah bercerita, bahwa aku akan mendapat anugerah kekuatan saat usiaku tujuh belas tahun. Aku menantikan hari-hari itu dengan antusias, Ayah mengajarkan banyak kehidupan di tengah hutan, dia banyak mengenalkan aku
POV Bayu AryaBibi Rudiyah sudah memasak nasi tumpeng dengan ayam bakar dan lauk pauknya yang ditaruh di sebuah tampah kecil. Hari ini Ayah akan merayakan ulang tahunku tepat jam 12 malam, katanya jam segitulah aku lahir ke dunia 17 tahun yang lalu.Malam itu terasa dingin karena sedang musim penghujan, di luar hujan deras disertai petir. Ayah membaca sesuatu di depan nasi tumpengku, ruangan yang diterangi lampu pertromax menampakkan jelas wajahnya, tengah bersimpuh sambil komat-kamit membaca sesuatu.Lalu kulihat dengan jelas, warna mata Ayah berubah menjadi kuning. Dia menatapku tajam, dari mulutnya mengeluarkan bunyi desisan yang menakutkan. Aku terpaku menatapnya, bagai dihipnotis aku tidak bisa bergerak sama sekali. Ayah meraih kedua tanganku, tatapan matanya mengarah langsung ke pupil mataku."Bagindo Bayu Arya Aslan, tepat diusiamu yang ketujuh belas tahun ini, aku ... Bagindo Aslan Silen akan mewariskan kekuatan padamu, kekuatan yang sudah turun temurun leluhur kita miliki sej
POV Bayu Arya Gadis itu sekali pandang sudah membuatku jatuh hati, lentik bulu matanya, hidungnya yang bangir, senyumnya yang ... aduh, tidak bisa kujelaskan karena aku benar-benar mabuk dibuatnya. Aku tahu, Aslan yang memilih gadis itu untuk meneruskan keturunan keluarga Aslan. Namun, aku juga mencintainya sedalam-dalamnya.Sudah tiga puluh tahun usiaku, namun baru kali ini aku merasakan jatuh cinta pada wanita, ternyata jatuh cinta itu sangat membuatku bahagia dan bersemangat. Tidak butuh waktu yang lama untuk menyuntingnya jadi pendamping hidupku. Aku tidak lagi hidup sendiri, karena ada belahan jiwa yang bisa kusalurkan rasa kasih sayang dalam jiwaku.Tidak ada yang mengenal namaku Bayu Arya selain paman Ja'far dan Bibi Rudiyah. Mereka semua mengenalku Bagindo Aslan, maka ketika ijab qobul aku memakai nama Bagindo Aslan. Namun, satu yang tidak kusadari, Paman Ja'far menulis nama lengkapku ketika menjadi saksi pernikahan Sumarlin, bocah yang kuselamatkan nyawanya memakai racikan a
Pov. Bayu Arya"Apakah kau sudah mendapat apa yang kau cari dengan keliling dunia, Mas?" tanya gadis itu. Dia menatap air sungai yang tenang, setenang wajahnya yang kini dibalut jilbab, sehingga seluruh tubuhnya tertutup. Aku menyukai cara berpakaian dia sekarang, dia lebih terlihat anggun dan mempesona. "Aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya aku cari, aku melakukan semua itu sebenarnya hanya pelarian, mencoba melupakan istriku, namun semakin aku melupakannya, justru luka itu semakin dalam." "Kau sudah menuntut ilmu sampai ke Universitas nomor satu di dunia, bahkan dua Universitas paling top di dunia dengan biaya yang sangat mahal. Namun, pernahkah kau berpikir untuk mencari ilmu agama, bekal untuk menuju kehidupan yang akan kekal abadi di akherat?" Kata-kata gadis itu menohok ke relung hati yang paling dalam. Aku tidak bisa berkata apapun, aku hanya terdiam seribu bahasa."Mas Bayu ... mungkin kegersangan hatimu karena kau belum menemukan petunjuk dan hidayah dari Allah. Car
Pov LidiaKami akhirnya benar-benar pergi siang ini ke Merangin. Bapak sebenarnya keberatan, karena aku baru sembuh dari sakit, namun lelaki itu meyakinkannya bahwa dia akan menjagaku. Andika kuminta menemaniku, tapi dia menolak beralasan kalau dia sudah banyak tertinggal mata kuliah sewaktu menungguku di rumah sakit.Kami berangkat selepas salat zuhur, sesudah makan siang. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, aku duduk di sebelahnya memandang lurus ke depan."Tidurlah, biar badanmu lebih sehat. Atur kursinya, agar bisa berbaring nyaman," katanya Kutarik besi pengatur kursi, namun posisinya tidak juga berubah."Gimana sih ngaturnya ini?" gerutuku, karena sudah berusaha tetapi belum juga kursi itu rebah.Lelaki itu menepikan mobilnya ke badan jalan, ditariknya besi pengatur itu sehingga kursi itu rebah, jaraknya yang tertalu dekat denganku membuat dada ini mendesir, tercium aroma tubuhnya seperti dulu, aroma yang pernah kucium ketika berboncengan motor dengannya. Ku
Pagi ini aku bangun tidur lebih cepat, kulihat di handphone menunjukkan pukul 4 pagi. Aku segera melaksanakan salat Tahajud, kuminta Allah agar segera membebaskan lelakiku itu dari pasungan jin yang menguasainya selama ini.Aku masih terbayang bagaimana Kiyai Amran sangat kesulitan menaklukkannya, hingga Kiyai Amran kuwalahan menangkis serangan dari Mas Bayu. Ah, pria itu benar-benar sakti, dikeroyok beberapa orang saja menang. Semua orang sampai takut-takut menyerangnya. Sehingga dia dilumpuhkan pakai senapan obat bius. Ah, sudah seperti memburu harimau sungguhan.Selepas mengaji aku bergegas ke musola ingin ikut salat subuh berjamaah. Ternyata masih lima belas menit lagi Azan Subuh. Aku segera memasuki masjid yang masih lenggang belum ada jamaah putri yang datang. Aku duduk mengambil tempat paling depan. Rencana mau kusambung tilawahku sambil menanti Azan Subuh. Tiba-tiba beberapa jamaah pria datang, suara sandal dan obrolan jelas terdengar, karena tempat wanita dan pria dibatasi se
Walau aku sudah mendengar tadi subuh obrolan mereka, namun mendengar langsung dari mulutnya membuatku sedikit berdebar. "Maukah kau menikah denganku?" tanyanya Aku hanya tersenyum simpul, jadi dia sedang melamar nih ceritanya? "Kau melamarku di mobil yang tengah melaju?" "Kenapa? Kurang romantis, ya?" "Lamarlah pada Bapakku, minta baik-baik sama dia." "Oo, itu pasti, sampai rumahmu langsung kuminta anak gadisnya," katanya tersenyum lebar. "Kalau gitu aku sekalian ngundang Pakdo Marlin sama Nyai Rudiyah," kataku "Kenapa? Mereka bisa tahu dong kalau aku masih hidup," katanya. "Sebaiknya mereka tahu, kau tidak perlu memusnahkan rumahmu, biar mereka yang melakukan. Sekalian Mas minta maaf pada nyai Rudiyah, walau bukan diri Mas yang menghabisi anak-anaknya, namun peliharaan Mas yang melakukannya, itu sama saja jadinya. Kalau Pakdo Marlin, diakan sudah tahu juga aku pernah bertemu denganmu," kataku "Ya, baiklah jika menurutmu begitu." ****Kami memasuki lorong kediaman Pakdo M