Louis menggigiti kupingku dan menjilat leherku…sementara ia terus melangkah ke arah kasur, beberapa kali bibirnya menghisap dan menjilat leherku. Tangannya bergerilya menyentuh dan merasakan tubuh basahku.
Aku hanya diam, aku sadar betul apa yang akan terjadi. Apakah seperti ini akhir dari masa lajangnya. Akankah pria ini akan langsung menidurinya.. begitu saja? Aku menutup matanya saat Louis meletakkanku di atas ranjang. Aku terbaring polos di atas kasur.
Apakah aku siap untuk ini?
Apakah ia membawa pengaman?
Apakah ia benar-benar mencintaiku?
Apakah aku mencintainya?
Apakah ia akan marah, kalau aku memintanya untuk berhenti?
Tapi aku menginginkannya! I want him…seutuhnya! Body and soul! I want to be his!
Louis berhenti sesaat untuk menikmati pemandangan di depannya. Ia menyentuh setiap senti tubuh telanjangku dan mencium beberapa bagian anatomi terintim milikku. Aku menutup mata, beberapa kali aku harus menutup
Ia sepertinya tak peduli dengan komentarku barusan. Ia hanya menaikkan bahunya dan berjalan ke ara pintu, guna mengambil sarapan kami yang sangat aneh. Aku tak mendengar apapun dari pintu, untuk waktu yang cukup lama, karena aku curiga, akhirnya aku mengambil kaus milik Louis, dan celana bahannya. Untung saja celana ini memiliki bahan yang bisa membuatnya membesar. Karena ukuran Louis sedikit lebih kecil untukku. Aku memakainya dan berjalan keluar. Apa yang kulihat di luar kamar, membuatku menyesal..telah ingin tahu dan menghampiri Louis. Di ruang tamu unit ini… ada Lindsay….Richard dan Dave duduk di sofa empuk dengan Louis yang bersandar di pintu dengan wajah sangat kesal. “Apa ada acara berganti pakaian..antara kalian berdua?” Goda Lindsay..ia menyeringai dan menaik-turunkan alisnya. “Huh… kalian mau apa?!” Tanyaku kesal. Aku duduk di kursi kecil di depan mereka. Aku bisa melihat Richard dan Lindsay sama bad moodnya denganku. Pasti ini berhu
Louis berjalan maju, dan aku berjalan mundur. Persis seperti sebuah adegan film.Kenapa ia sangat menggoda, aku kembali teringat kejadian tadi malam, dan wajahku memerah.“Aku tahu kau sedang membayangkan sesuatu.”Hmm…“I wanna make you scream loud…”“Louis…” ucapanku sudah seperti sebuah desahan tertahan.“Rose…”Agh… kenapa ini sangat menegangkan. Aku ingjn berteriak kepadanya….lakukan apapun maumu…do anything…pleasure me! Tapi otak sehatku masih menahanku mengatakannya…aku masih terlalu malu melakukan itu semua.Saat kakiku menabrak kasur, aku terduduk dengan mata membelalak. Apakah ini benar-benar akan terjadi? Sepagi ini? Kejadian tadi malam?Ia menyeringai.“Bagaimana kalau yang lain menanyakan kita? Sebentar lagi… mmh….”Ucapanku tak sempat kuselesaikan, karena Lou
Aku berpikir. Apakah Dave akan memaksaku ikut dengannya? Ya sepertinya seperti itu. Saat aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan ikut dengan Rose dan Ricahard, ia hanya diam. Aku khawatir… ya cemas. Bukan karena aku tak mau ke Vegas. Yang aku takutkan adalah Lucas. Aku tahu ia berbahaya, ia seorang agent…seorang bodyguard…fo God sake! Ia bisa saja menyekapku di kamar dan tak terdeteksi. Ya…pria sepertinya pasti sanggup melakukan hal semacam itu, dan aku takut. Itulah kenapa aku bilang kepada Rose..bahwa aku ingin ikut dengan mereka.Aku berdiri, berencana memasukkan beberapa pakaianku ke dalam koper. Memasukkan baju kotor ke dalam kantong kecil yang berbeda. Aku harus mencari laundry di Italia nanti.Aku memasukkan beberapa toiletries dari kamar mandi, sbeuah toiletries gratis yang diberikan dari resort ini. Lalu ada bel berbunyi. Aku meletakkan semuanya di dekat kasur. Lalu berjalan membuka pintu. Sebuah keputusan yang akan kusesali selaman
Lucas bergerak dengan liar, tubuhnya bergerak dan herannya. Aku mengikuti gerakan itu. Aku menikmatinya.. seperti ini adalah hal yang wajar, alami.Ia semakin cepat menumbuk, napasnya memburu dengan wajah menghadapku penuh napsu. Mata hijau tuanya seperti bersinar...dan peluh membasahi dahinya. Beberapa kali aku mendengar suara desahan seorang perempuan...seorang perempuan yang mirip seperti jalang yang sedang bercinta dengan kekasihnya. Setelah aku membuka telingaku lebar-lebar. Aku sadar..suara itu berasal dari mulutku.Aku medesah...dengan beberapa kali memanggil namanya.Lucas...Lucas...mmh...Lucas...deeper...Lucas..jangan berhenti.Aku seperti tak mengenali diriku sendiri. Aku secara tak sadar menikmati gerakan Lucas yang semakin lama semakin membuatku mabuk.Saat ia mencapai puncak, ia melakukannya di dalam. Ia mengeluarkannya di dalam. Apa dia gila? Aku bisa hamil?!Napasku masih tersengal, dari aktivitas
Ternyata yang memencet bel sejak tadi adalah Rosalind…perempuan yang selama ini sering mengobrol dengan Lucas, perempuan yang sama yang memperpanjang masa bulan madunya di hotel ini, plus…perempuan yang sama yang memandag Lucas seperti sebuah Turkish delight…ia seperti ingin melahap Lucas hidup-hidup. Aku mengerenyit, kenapa jadi menyeramkan?!“Hei!” Sapa Rosalind dengan ceria, suaranya keras dan cempreng. Apakah ia sengaja agar Lucas mendengarnya?Hmm.. apakah akan berkesan tak sopan, kalau aku tak membiarkannya masuk, karena…mmh…aku malas mengobrol dengannya.“Hai, Rosalind. Ada apa?” Tanyaku straight to the business. Semoga saja Lucas tak muncul…karena kalau sampai perempuan ini melihat Lucas, ia sudah pasti akan menerobos masuk, karena selama ini ia selalu menggunakan kata, ‘best friend,’ sebagai senjata mengobrol dan bertamu di kamar kami.“Aku hanya bosan di kamar&he
Dua minggu berlalu, aku dan Lucas mengalami banyak kemajuan, walau kehadiran perempuan yang naksir Lucas selalu mengganggu. Aku dengan terang-terangan tidak menyukainya. Kenapa ia masih ada di sini, padahal ia sudah harus check out tiga minggu yang lalu! Alasan konyol apa yang ia gunakan untuk memperpanjang honey-moonnya di sini? Apa karena suaminya terkena bulu babi? Konyol sekali! Sejak saat itu aku selalu melihat Rosalind berpergian sendirian..aku sama sekali tak pernah melihat suaminya. Ia beralasan kalau suaminya tak mau kelaur dari kamar… setiap kali aku menyindirnya.Lucas, dengan desakan dariku…plus beberapa ancaman dan trauma di masa lalu, akhirnya berusaha menjauhi Rosalind. Setiap kali aku kesal dengan perempuan itu…Lucas yang akan menjadi korban. No sex for him all day. Dan ia mengamuk karena itu, sejak kejadian itu ia seperti seorang tikus yang langsung kabur saat melihat kucing.“Kau mau berjalan di pantai? Udaranya belum
Aku berjalan medekatinya. Jalanku tertatih… namun aku berhasil duduk di depannya. Ia langsung membersihkan luka di tanganku yang sudah kering. Aku tahu itu luka yang cukup dalam…beruntung darahnya tak terus menerus mengalir sejak tadi. Aku baru sadar bahwa tangan kiriku memang sakit. Sejak tadi, mungkin karena adrenalineku terpompa tinggi..aku tak menyadarinya.Saat kapas berisi alkholol menyentuh lukaku, aku mendesis. Sangat sakit.“Ya memang sakit. Kau jangan sampai mengulanginya. I don’t like it!”Aku ingin menjawabnya dengan sebuah jawaban yang sarkas..atau menyakitkan. As if.. aku peduli. Awas saja kalau ia memang membohongiku. Aku takkan pernah memandangnya sebagai lelaki lagi.“Kalau kau memang tak suka denganku.. atau tak menyukai apa yang kuperbut..kau cukup katakan… atau kalau aku masih keras kepala…kau boleh melukaiku. Lebih baik aku yang terluka.. aku tak sanggup kalau melihat dirimu ya
"Kau Rose, apa yang terjadi.. ceritakan!" Rengek Lindsay.Aku mengembuskan napas panjang. Kami... Aku, Louis dan Richard menunggu selama satu jam.. dan kau tak kunjung datang. Richard menyusul dan ia kembali dengan kabar kau tak ada di kamar. Kami melakukan pencarian. Sampai di bawah.. aku bertemu dengan Dave. Aku memberitahunya...." aku masih ingat wajah Dave saat itu. Memang aku sengaja melihat wajahnya. Apakah ada tanda kecemasan atau tidak. Ekspresinya hanya kaget."Lalu aku memberitahunya.. saat itu ia terlihat sedikit kaget..sedikit! Karena at the end aku tahu ia juga ikut andil dalam hal ini. Kami mencarimu.. bahkan sampai ke kantor polisi. Satu kali dua puluh empat jam.. semua mencarimu. Nothing.""Lalu....""Dave saat itu ikut mencari.. lalu ia bilang ia dapat petunjuk.. dan kau berada di sebuah tempat. Ia mau mengajakku.. tapi tidak dengan Louis dan Richard. Ia mengijinkan ku ikut dengannya. Ah... Aku tak tahu itu akal-akalannya. Akh