Seorang wanita berjalan mendekati Mike dan Duncan di sebuah kafe. Tanpa basa-basi, wanita itu langsung duduk di antara Duncan dan Mike. Kedua pemuda itu tersentak kaget.
"G-Grace!" Serentak mereka berdua menyebut nama wanita itu. Bahkan Mike sempat menyemburkan air yang telah di minumnya.
"Hai ... lama kita tidak berjumpa. Apa kabar kalian?" tanyanya tersenyum sumringah.
"Ki-kita baik kok, iyakan?" Kaki Mike menyenggol kaki Duncan.
"Ah, iya kita dalam keadaan baik," balas Duncan melirik Mike sambil memberi kode.
"Oh, di mana Benjamin? Dia pasti datang ke sini kan?" tanyanya antusias.
"Ah ... itu, kita hanya berdua kok," sahut Mike menyedot minumannya.
"Benarkah? Lalu di mana Benjamin sekarang?" tanyanya lagi.
"Kami berdua sudah lama tidak bertemu dengan Benjamin!" timpal Duncan.
"Kenapa?" Grace terlihat penasaran.
Halo readers, di tempatku sedang hujan loh. Gimana di tempat kalian? MAC hari ini up bab 69 ya. Insha Allah bab 70 menyusul. Jika kalian suka dengan bab ini, yuk vote dan ramaikan
Bab sebelumnya. Amber segera keluar dari mobilnya, begitu pula dengan wanita yang mengendarai mobil sedan itu. Saat kedua mata itu saling bertemu. "Amber Brouwer!" "Grace Van Dirk!" ____________ Kedua wanita itu saling menatap. Tatapan mata Grace terlihat sinis, berbeda dengan Amber yang terlihat sangat kalem dan tenang. "Kau!" seru Grace. "Sedang apa kau di sini? Apa kau baru saja bertemu dengan Benjamin?" terka Grace. "Benjamin?" Amber mengulangi satu kata itu. "Iya, Benjamin. Aku seperti berpapasan dengan mobilnya dan kau juga berada di sini. Kalian berdua pasti masih punya hubungan kan?" "Aku memang bertemu dengan Benjamintadi. Kenapa memangnya? Kau cemburu?" Amber justru memanas-manasi Grace. "Kau——" Grace tersulu
Bab sebelumnya. Amber membalikkan badannya dan menatap Grace. "Aku tidak tahu!" jawabnya singkat dan meninggalkan Grace begitu saja. Wanita seksi itu terlihat sangat geram, dia mengepalkan kedua tangannya. Di antara keduanya memang pernah ada dendam dan keduanya pun pernah berseteru. __________ Seorang wanita sedang aktif memantau suasana di sekelilingnya. Entah apa yang sedang dic
Bab sebelumnya. "Dia pun belum tahu kalau aku sudah menikah, jika dia tahu aku sudah menikah dengan Irish. Maka Irish lah yang akan menjadi sasarannya!" "Maksudnya?" Alex menatap tajam Benjamin. "Wanita itu sangat terobsesi denganku, jadi aku khawatir akan keselamatan Irish." Alexander dan Marky saling pandang lalu beralih menatap Benjamin. __________ Sebuah mobil hitam menepi di pinggir jalan yang tidak begitu jauh dari mobil metalic silver milik Benjamin. Tampak seorang perempuan keluar dari mobil tersebut dan dia ikut bergabung dengan Benjamin dan juga lainnya. Marky yang masih serius memperhatikan ke seberang jalan sana, akhirnya memberi saran pada Benjamin dan juga Alex. "Aku rasa lebih baik Tuan Muda Ben dan Nona Irish bertukar mobil dengan Tuan Muda Alex
Bab sebelumnya. "Ah benar, Grace kan orangnya nekad. Ben, lalu apa yang akan kau lakukan?" Mike menatap Benjamin. Benjamin hanya menggeleng. "Aku masih memikirkannya," jawabnya. "Akan tetapi aku pun bingung, keadaan sudah berubah. Aku juga tidak ingin membahayakan Irish," lanjut Benjamin. "Kami berdua akan mencoba membantumu, Ben," timpal Duncan. "Benar Ben, kami akan mencoba mencari cara," sambung Mike. Ketika mereka bertiga sedang asik bercanda sambil menikmati hidangan yang mereka pesan. Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan seorang wanita yang langsung duduk dan bergabung bersama dengan mereka bertiga. ____________ Ketiga laki-laki itu spontan l
Adegan Ayana menelanjangi dada suaminya membuat pria itu berpikir jika istrinya ingin melakukan hubungan suami istri sore itu. Ternyata Alexander salah menafsirkan keagresifan istrinya. Ayana hanya ingin memakai baju yang sedang dikenakan oleh sang suami. Sore itu terjadilah adegan saling memaksa. Ayana menarik paksa baju Alexander, sedangkan Alexander berusaha mencegahnya. Permainan dimenangkan oleh Ayana yang berhasil meloloskan baju itu dari tubuh Alexander dan memperlihatkan bentuk tubuh Alex yang bagus dengan otot perut yang aduhai. "Kenapa aku jadi berpikir aneh. Dia kan sedang hamil, tapi jika memang dia ingin melakukannya denganku. Aku akan melayaninya dengan senang hati." Pria berlesung pipi itu menyusul istrinya keluar dari kamar. Dia sendiri masih telanjang dada karena baju yang dipakainya berhasil diloloskan oleh sang istri dari tubuhnya. "Sayang ...," teriaknya menghampiri sang istri yang
Irish menemukan sehelai rambut panjang pada syal miliknya yang dipakai oleh suaminya. Irish mulai berpikir negatif tentang suaminya. Syal, parfum, dan rambut? Apakah Benjamin ada main di belakangku dengan mantan pacarnya? Apakah dia benar-benar sudah berubah? Begitulah kalimat yang terbesit di kepala Irish pada saat itu. Namun, Irish berusaha menepisnya. Dia tidak ingin menuduh tanpa ada bukti yang jelas, tapi bau parfum dan rambut itu sudah cukup jelas. Irish menarik napas panjang dan mengembuskan dengan kasar. Menatap sang suami yang terlentang di kasur. Tatapan Irish kembali pada sehelai rambut yang ada di tangannya. Aku harus tetap berpikir positif. Aku tidak ingin terjadi hal buruk pada janin yang ada dalam kandunganku jika aku stres memikirkan tentang ini,' batinnya dalam hati. Irish melangkah mendekati ranjang, berdiri di samping sang suami yang terti
Dinginnya angin malam yang masuk lewat cela-cela lubang ventilator udara membuat Irish tidak bisa menolak rengkuhan tangan Benjamin yang membuat Irish terasa hangat. "Masih marah?" tanya Ben. Irish sama sekali tidak merespon suaminya. "Kapan check-up lagi?" tanya Ben untuk kedua kalinya dengan tangan masih memegang, meraba, dan mengelus perut Irish. "Besok pagi jadwal pergi ke dokter kandungan," balas Irish. "Aku antar!" sahut Benjamin singkat. Irish kembali terdiam, dia belum merespon suaminya lagi. "Apa kau benar-benar marah padaku?" ujar Benjamin dengan pertanyaan yang sama. Irish bergerak dan membalikkan badannya menghadap sang suami. "Udara dingin seperti ini. Kenapa kau tidak memakai baju?" tanya Irish lalu menapakkan tangan kirinya di dada Benjamin. "Ada selimut," canda B
"Diam di sini dan jangan berisik!" Amber Brouwer dengan tiba-tiba menarik tangan Benjamin dan buru-buru mendorong pria itu masuk ke dalam sebuah ruangan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Kenapa kau mendorong suamiku masuk ke dalam ruangan itu?" Irish terlihat kaget dan heran melihat Amber menutup kembali pintu ruangan tersebut dan membiarkan Benjamin berada di dalam sana. "Sssttt!" Amber dengan sigap memberi kode pada Irish. "Apa? Ada apa?" Irish makin tidak paham. "Amber Brouwer!" Sebuah suara yang sangat keras terdengar. "Kenapa jalanmu begitu sangat cepat?" tanyanya muncul dari balik tembok. Amber dan Irish langsung menoleh ke arah datangnya suara itu. "Siapa dia?" tanya Grace sambil menunjuk Irish. "Pasien suamiku!" jawab Amber singkat. Grace menatap Irish dari ujung rambut sampai ujung kaki kemudian