"Maaf, aku tidak sengaja ...." Ipeh langsung menunduk.Alex menatap tunangan palsunya sejenak, kemudian berbicara dengan Dokter Erna."Kalau begitu kami permisi dulu, Tante," pamit Alex, mengarahkan kursi roda Ipeh ke arah pintu."Iya, hati-hati di jalan, Devi, Alex," sahut Dokter Erna sambil tersenyum."Terima kasih, permisi, Tante." Alex, mengangkat sedikit ujung bibirnya."Terima kasih, Dok," ucap Ipeh, membalas senyuman Dokter Erna.Alex mendorong kursi roda Ipeh keluar dari ruang pemeriksaan."Biar saya yang mendorongnya, Tuan Muda," ucap Marco yang sudah berdiri tegap di depan ruang pemeriksaan."Ok!" Alex berjalan mendahului mereka menuju tempat parkir, tanpa sedikit pun menoleh pada gadis yang kembali menunduk itu.Di sisi lain, Ipeh pun hanya terdiam, tidak berani membuka mulutnya lagi. Dia masih merutuki dirinya sendiri karena sudah salah memegang tangan Alex tadi."Nona Devi, apa Anda sudah merasa lebih baik?" tanya Marco, membuka percakapan."Ah, i-iya, terima kasih." Ipeh
"NEVER!" seru Alex."Eh, ngeyel juga, ini bocah! Ayo, minta maaf!" Ipeh semakin tidak sabar."NEVER!" teriak Alex. Gengsi dan harga dirinya sebagai seorang pria terhormat melarangnya mengaku kalah walaupun posisinya kini sudah terjepit. Dia terus memutar otaknya agar bisa lepas dari cengkraman Ipeh.'Bagaimanapun caranya aku harus lepas dari Ular Betina, ini!' seru Alex di dalam hatinya.Ipeh semakin menekan pergelangan tangan Alex yang membuat laki-laki itu spontan menggigit paha Ipeh."Aw ... sakiiit!" Ipeh spontan mendorong Alex menjauhinya lalu menepuk-nepuk pahanya."Serve you right!" Alex tersenyum puas melihat wajah pucat pasi Ipeh yang sedang menahan sakit. Dia mengelap darah yang ada di mulutnya dengan punggung tangan kanannya."Hmph! Vampir busuk!" Ipeh mendelik pada Alex, tetapi gadis cantik itu langsung terdiam selama tiga detik saat melihat wajah tampan Alex yang kini dihiasi seulas senyuman dan darah. Gadis itu buru-buru menunduk.'Ah, ini tidak adil! Kenapa orang jahat
Ipeh menoleh pada para perempuan malam yang berpakaian super minim dan berjajar di sepanjang jalan. Mereka menatap remeh padanya.'Eh, si alan, Dokter Gendeng itu menurunkan aku di tempat kayak begini lagi, auto runyam urusannya! Dasar Fir'aun!' Ipeh kembali mengutuk Alex."Hey, pere ... cepat pergi dari sini! Ini daerah kami, jangan mengambil lahan orang lain dengan wajah sok polosmu!" seru Salah seorang perempuan di sana, disambut anggukan dan tatapan dingin perempuan lainnya.'Jiah, aku disangka teman sejawatnya, kali, ya, najis!' Ipeh kembali mendelik pada para perempuan malam itu tetapi melihat jumlah mereka, gadis itu merinding seketika.'Bisa bonyok kalau cari gara-gara dengan mereka. Cari aman ajalah,' gumamnya."Iya, Kak ... maaf mengganggu, permisi ...." Ipeh sedikit menunduk lalu mulai berbalik dan menjauhi para perempuan malam itu.Akan tetapi karena terlalu fokus melihat ke belakang, tiba-tiba kursi rodanya membentur sesuatu."Hei, pelan-pelan! Mau ke mana buru-buru sepert
Mereka menyusuri lorong yang sepi menuju sebuah lift barang.Gadis itu merinding karena udara dingin di sekitar lorong itu, hatinya pun merasa takut dengan apa yang akan dia hadapi selanjutnya. "Lepaskan, aku! Kalian bajingan!" teriak Ipeh yang berusaha memberontak, tetapi sayangnya dengan kondisi kakinya yang masih terluka, pergerakannya terbatas "Apa kamu tidak bisa diam, hah!" seru Doni, dia sampai mencubit lengan atas Ipeh saking kesalnya."Aduh, aw aw sakit! Tolooong ... siapapun tolong aku!" Ipeh terus berteriak, berharap ada yang mendengarnya dan berbalik hati menolongnya. Namun tentu saja semuanya sia-sia, tidak ada yang bisa masuk ke area itu selain karyawan klub malam itu.Jim geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan tingkah Ipeh yang menurutnya hanya buang-buang tenaga saja. Suara mencicit Ipeh mana bisa terdengar di klub Malam yang begitu bising dengan suara dentuman musik di lantai dansa. "Ck! Bungkam dia, Jim! Kepalaku pusing mendengar teriakannya!" seru Doni pad
"Dengarkan baik-baik. Aku melakukan hal menjijikkan itu karenamu. Kuharap suatu hari nanti kamu akan berterima kasih dan membalas budi padaku." Noni menyisir rambut panjang Ipeh dengan perlahan.'Untukku!' seru Ipeh di dalam hatinya, gadis itu cukup terkejut."Aku akan menyelipkan tiga jarum pentul ke pakaian dalammu, gunakan itu untuk mempertahankan diri saat kamu terdesak. Kalau bukan Susan yang memohon padaku. Aku tidak akan mau bersusah payah menggoda dan melayani Jim dengan gratis." Noni berdecak kesal, lalu menyelipkan tiga jarum pentul kecil pada branya Ipeh.Ipeh menunduk, meneteskan air mata.'Ternyata dia perempuan yang baik.' Gadis itu menyesali sikapnya yang telah memaki orang yang membantunya, walaupun itu di dalam hati."Aku akan melepas lilitan di matamu dan lakban di mulutmu tetapi kamu tidak boleh berteriak-teriak atau berontak. Bos Indra akan sangat marah dan kamu bisa digauli beramai-ramai oleh anak buahnya, mengerti!" seru Noni, menjelaskan konsekuensi terburuk yang
Klub Malam Diamond adalah sebuah klub malam ekslusif yang hanya menerima tamu kalangan atas dari dalam dan luar negeri dengan seleksi khusus. Untuk bisa ikut pelelangan di klub itu seorang peserta harus memberikan uang pendaftaran sebesar minimal USD 35.000 atau sekitar Rp. 528.610.250 -kurs Rp. 15.000/dolar- untuk sekali pelelangan dan berbagai aturan yang sangat ketat. Jadi tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana.Barang yang dilelang adalah barang kualitas nomor satu, baik yang memiliki lisensi atau pun barang khusus dari pasar gelap. Variasinya dari mulai lukisan para maestro, barang antik, perhiasan langka sampai perdagangan narkoba dan manusia.****"Ladies and gentleman may I present to you our best flower for tonight, Miss ... Shasa," teriak Pembawa Acara.Suasana di ruangan itu langsung riuh ramai saat tirai sangkar burung itu mulai terangkat. Tiga lampu sorot yang besar pun dinyalakan, hingga sosok seorang gadis cantik yang terduduk menyamping sambil memegang teralis sangk
Ipeh tertegun sejenak lalu mengangguk perlahan, senatural mungkin sambil melihat ke arah lain agar tidak menimbulkan kecurigaan karena semua gerak-geriknya terekam di layar besar di ruangan itu.'Walaupun laki-laki bermata abu-abu itu terlihat baik, tapi aku tidak mengenalnya. Aku tidak ingin menebak-nebak apa tujuannya tiba-tiba mengatakan akan menyelamatkanku, dengan membayar harga yang tinggi. Dokter Alex memang brengsek tapi setidaknya setelah meninggalkanku di jalanan, dia mencariku sampai ke sini, mungkin dia menyesal sudah bersikap kasar padaku,' gumam Ipeh di dalam hati. Ada rasa lega di hati gadis cantik tersebut.Sementara itu, laki-laki bermata abu-abu tadi menghela napas, kemudian menurunkan papan pelelangannya."No ... ok, than we'll sell the Beautiful girl in the cage USD 100.000 to another handsome gentleman. It's a deal!"Tok! Tok! Tok!Prok! Prok! Prok!Suara tepuk tangan bergemuruh di ruangan itu. Tirai di sekitar sangkar burung yang besar itu mulai tertutup dan Ipeh
Ck! Merepotkan!" serunya.Dokter tampan itu mendekati Ipeh yang menelungkupkan kepalanya di atas meja makan, lalu perhatiannya teralihkan pada secangkir minuman dengan aroma khas yang diletakkan di dalam pemanas makanan. Alex membukanya dan aroma khas minuman itu semakin kuat. "Aromanya ...." Dokter tampan itu tertegun sejenak sebelum mengambil minuman di hadapannya untuk menghirup aromanya lebih dekat dan menyicipinya sedikit."Benar ini ... bagaimana bisa?" Dokter Tampan itu membelalakkan matanya."Bibi Kesatu dan Marco, tidak tahu soal ini. Apa gadis itu ...?" Alex menoleh pada Ipeh yang tertidur pulas.Dokter berusia dua puluh enam tahun itu terdiam menatap gadis dengan cedera kaki itu."Mmm ... mmm ...." Ipeh mulai mengigau dan kepalanya hampir terjatuh ke samping karena posisinya yang berada di ujung meja."Huff! Hampir saja! Gadis Setan ini benar-benar ceroboh!" Alex memperbaiki posisi kepala Ipeh, lalu perhatiannya tertuju pada bercak merah yang menembus celana piyama gadis i