"Kau bisa merasakannya?"Pertanyaan Alexa membuat Zara berprasangka buruk. Artinya mereka memiliki firasat yang sama."Aku harus mengejar Tuan. Di jalan mana dia sekarang? Alexa, aku pinjam motormu!" Zara buru-buru keluar dan dikejar Alexa. Zack masih berdiri di tempat dengan sebelah tangan masuk ke saku celana. Dia bungkam. "Tunggu, Zara! Kami juga mengkhawatirkannya, tapi bukan berarti terjadi sesuatu pada Tuan. Itu karena salah satu dari kami tidak bersamanya. Menyimpulkan sesuatu berdasarkan firasat masih belum cukup. Jika pun Tuan mendapat kendala, dia bisa mengatasinya. Kenapa kau sepanik ini?" Alexa berhasil mencekal tangan Zara di koridor. Beberapa karyawan malam yang masih sibuk bekerja menjadi terinterupsi. "Aku tau itu, tapi ...," Zara tidak bisa melanjutkan. Dia bingung. Kemudian, lemas menepuk kening sehingga Alexa melepaskannya. "Kenapa aku begitu mengkhawatirkan Tuan?" Sorot mata yang berubah sayu, meredupkan cahaya di netra Alexa. Zara menggeleng pelan. "Dari
Keesokan harinya, Reon tidak pulang. Seluruh penghuni rumah panik, bahkan kantor menjadi tak terkendali. Dahsyatnya pengaruh Reon mengobrak-abrik perusahaan. Di tengah huru-hara lobi, para karyawan berseliweran. "Mustahil! Di mana Pak Reon?" "Katanya kontak kendaraan yang dipakai tidak bisa dilacak! Bagaimana ini?" "Aku sulit bekerja jika tidak ada Pak Reon di sini." Zara membatu di tengah-tengah mereka. 'Reon,' dalam hati memanggil. Tatapan kosong bagai raga tanpa roh, sedangkan para dewan tertinggi di perusahaan berusaha menghubungi pihak terkait untuk mencari CEO mereka. Zack dan Alexa tenggelam dalam kemelut masing-masing meskipun terlihat tenang. Zack sedang mengontrol pekerjaan dan para karyawan. Dia sangat tegas dan bijaksana sekaligus menakutkan. Alexa pergi mencari tahu apa yang terjadi."Zara, ikut aku!" Tiba-tiba Alexa menariknya membuat Zara mengikuti begitu saja. Dia bagai manusia tanpa darah.Wajahnya pucat pasi bahkan nadi tak terasa.Namun, Alexa tidak memper
Jejak Reon telah ditemukan. Mobil hitam itu jatuh ke dasar jurang. Lantas tebing pepohonan yang mengitarinya lecet menahan terjangan. Beruntung tidak terbakar. Namun, Reon tidak berada di tempat. Zara sempat bergetar di tempat, mengira Reon kecelakaan dahsyat secara misterius karena bekas roda Reon hanya sampai di titik itu, tetapi Alexa menolak deduksinya. "Aku mencium aroma lain selain Tuan. Artinya beliau tidak sendirian." Gadis itu menatap sekeliling dengan lirikan. Kedua tangannya mengejang seakan ingin meninju pepohonan. Zara yang termangu memegang tablet pun membatah. "Kau bukan anjing sungguhan yang mengenali harum darah seseorang, Alexa. Jika hanya parfum Tuan, itu bukan masalah, tapi orang lain? Jangan menghiburku di tempat suram seperti ini." menggeleng kalut. Dia hampir memeluk tablet Alexa. "Bodoh!" Zara tersentak Alexa membentaknya."Azuma, kerahkan pasukan untuk mengeksekusi mobil Tuan. Aku akan kirim lokasinya." Kuku Zara kembali menusuk pinggiran tablet. Ali
"Ini Jepang. Para jurnalis berhasil merekam foto Forin yang hendak melakukan penerbangan ke Jepang. Apa ini bisa membantu karena kalian mencari Forin?" Bastian menunjukkan foto-foto paparazi dari teman-temannya. Di ruangan Zack mereka beradu kemelut yang sama. "Forin!" Zara ingin meremas foto itu. Zack mengelus dagu. "Begitu rupanya. Benar, 'kan? Mereka bekerja sama." senyum miring pun muncul. Alexa berdecih tajam saat Zara kebingungan. "Mereka? Siapa orang yang satunya?"Pertanyaan yang sama terlontar dari ekspresi Bastian. "Yah, kerja bagus, Bastian! Kau benar-benar Burung Merpati yang baik. Lalu, kehadiran Pak Reon di negeri Sakura pasti menarik perhatian. Kemungkinan besar dia disembunyikan layaknya sandera. Pertanyaannya, apa maksud Forin dan si tampan peniru ini menyandera CEO kita?" Zack beralih menyangga kepala. Senyumnya semakin mengerikan membuat Zara berdecak. Karena geram akhirnya memukul meja mengejutkan semua orang. "Siapa di tampan peniru yang kau maksud?! Jang
"Luar negeri, ya? Ck! Sepertinya aku mengerti permainan ini." Zara melipat tangan di dada, tersenyum penuh landasan ide sempurna. Semua orang tertuju padanya. Mendadak Power Zara seratus persen bagai secercah cahaya yang menyinari kegelapan. "Dengar, semuanya! Aku akan terbang ke Jepang menyelamatkan Tuan! Tolong jangan ikut denganku, karena rencana ini akan gagal. Jadi, mohon kerja samanya!"Berseru lantang menyentak seluruh orang-orang Reon. Cahayanya menyebar ke seluruh sudut ruangan itu. 'Aku yakin dengan ini! Aku akan menyusulnya sekarang. Penerbangan dihentikan? Ck, jangan bercanda! Itu pasti hanya berlaku untuk perusahaan ini, yang artinya informasi tersebut telah dimanipulasi. Desainer bernama Mario itu sudah bekerja sama dengan pihak bandara selain menyadap data-data perusahaan. Reon, tunggu aku di sana. Akan kubuat bunga Sakura bermekaran indah dan menghapus kenangan burukmu tentang Sakura!' batin Zara bertekad kuat.Zack dan Alexa terdiam beberapa saat sebelum mereka be
"Sayonara!" Alexa pergi setelah pesawat yang ditumpangi Zara lepas landas. "Heh?" Bastian menatap punggung Alexa bingung. "Sekarang aku harus bagaimana?" desahnya. Dia pun ikut pergi. "Ah, Zara akan menghubungiku setelah tiba di Jepang," gumamnya seiring berjalan. Paling kasihan adalah Zack yang menjadi pondasi utama di perusahaan sekarang. Dia sekretaris yang memiliki wewenang di bawah CEO langsung. "Astaga, kacau sekali! Kenapa robot jelek itu belum kembali juga?!" Sedari tadi kualahan. Dari lantai bawah hingga teratas tanpa satu pun yang diam. Semua berantakan tak terkendali. Ingin sekali Zack mengutuk Mario sampai hancur lebur. Lalu, di negeri penuh bunga Sakura, hari menjelang petang. Di bawah kendali sihir hutan berkabut yang membuatnya pingsan, Reon mulai tersadar. Mata tajam dengan bulu mata tebal itu mengerjap menyesuaikan cahaya. Netra hitamnya menangkap sesuatu sebelum terbuka sepenuhnya. 'Aroma Tokyo?' alam sadar mulai terbuka. Seakan mengingat segalanya tenta
Berjalan di jalan besar layaknya penghuni Jepang lainnya yang disibukkan dengan aktivitas malam. Mayoritas dari mereka sedang menunggu bus dan hendak menaiki kereta. Namun, Zara berbeda. Raganya yang berjalan, tetapi hati dan pikirannya melayang. Terlihat bagai artis yang tak ingin dikenali dengan jaket hitamnya, Zara selalu menatap jalan dan membiarkan tangan menghangat dalam saku. 'Bahkan Bastian ikut membantu. Apa separah itu kondisi kantor? Mario! Orang macam apa dia? Semenakutkan itu kah otaknya terhadap dendam? Aku penasaran ingin segera bertemu dengannya. Aku juga penasaran apa yang dia lakukan pada Reon? Argh, tidak bisa tenang!' Sedari tadi hanya membatin, bergelut dengan nalar sendiri. Hingga pada akhirnya dia tiba di sebuah studio rekaman kecil. Langkahnya pun terhenti. "Hmm?"Meneleng seakan mengingat dan kehilangan sesuatu yang berhubungan dengan studio itu. Mengerjap dua kali dan sadar akan sesuatu."Astaga! Aku harus latihan bernyanyi! Kenapa malah jalan-jalan di
"Iya, aku sudah tiba di depan kantor cabang perusahaan Tuan Reon." ujar Zara menyeringai dengan seseorang di saluran telepon. Rambut yang berkilauan tertepa angin menarik perhatian beberapa orang. Dia penuh percaya diri. 'Sungguh hebat! Bahkan cabangnya saja sebesar ini. Apa Reon disembunyikan di dalam?' Bicara pada Alexa, meminta untuk menuntunnya ke kantor cabang Reon. "Bagus! Masuklah! Cari Tuan!" ujar Alexa di sebrang sana. Senyum Zara semakin miring. "Kalau itu jangan beritahu aku."Zara memutuskan panggilannya. 'Intinya ... aku tau Mario ada di sana,' batin menyambung.Resepsionis tidak menahan keberadaannya karena Zara datang atas undangan dari Alexa yang ditujukan kepada dewan personalia di sana. Zara memanipulasi surat itu sebelumnya. Lalu, dia benar-benar berada di ruangan panas itu. Namun, orang yang dihadapi bukanlah orang yang semestinya, melainkan sasaran yang di cari yaitu Mario Alfarel.'Wa-wajah itu!' bahkan naluri pun tergoncang. Gigi yang sedikit terlihat