Aku segera mengambil karbol, membuka tutupnya lalu mengucurkan sedikit demi sedikit ke atas lantai maupun ke dalam kloset. Menunggu beberapa menit kemudian mulai menyikati kloset maupun kamar mandinya. Kuulangi beberapa kali sampai bau pesingnya benar-benar hilang. Setelah itu segera kukucurkan air dan bilas sampai bersih. Kegiatan selanjutnya adalah membuka plastik kapur barus lalu menaruhnya di berbagai sudut toilet.Aku menghirup aroma karbol bercampur kapur barus. "Sip. Bau pesingnya udah gak ada."Aku menaruh sikat panjang di pojokan belakang pintu. Baru saja berniat membuka pintu namun urung. Bahkan aku sampai 'jimprak' (kaget) gara-gara mendengar suara pintu terbuka dengan keras. Hampir saja pintu kamar mandi mengenaiku, beruntung aku menahannya dengan tangan.Dan belum sempat aku lepas dari kekagetanku, aku kaget lagi gara-gara pintu kamar mandi ditutup keras dan terdengar bunyi klik."Dasar mantan kurang ajar, sialan! Dia pikir bisa jebak aku apa? Ini Andro ya? Rasakan balas
Ini adalah hari kedua aku menginap di tempat Mbak Ara yang sekaligus rumahnya Pak Andro. Semenjak kejadian super absurd di hari sabtu. Praktis itu si Papan datar menghindariku. Mungkin dia takut beneran terpesona sama keabsursanku. Eh siapa tahu ya, Pak Andro itu udah bosan sama tipe wanita cantik, anggun dan elegan. Soalnya tipe-tipe wanita kayak mereka kan kurang menantang. Berbeda dengan wanita unik nan slengekan, kayak aku. Tipe kayak aku itu pasti bagi lelaki macam Pak Andro itu sangat menantang. Menantang untuk dinormalkan dari keabsurdan maksudnya. Hahaha.Udah ah, ngapain mbahas Pak Andro mulu mending kita ke dapur. Siapa tahu ada makanan yang bisa kusikat. Hohoho."Pagi Mbak Kania," sapa Mbok Siti ketika aku sampai di pintu dapur. Beliau adalah pembantu keluarga Pak Andro yang berasal dari Cilacap."Pagi Mbok.""Deneng tangi gasik, Mbak? Apa sewengi ora ngrumpi karo Mbak Ara?"(Kok bangun pagi, Mbak? Apa semalam gak ngerumpi sama Mbak Ara?)"Ya jelas ngrumpilah Mbok. Cuma Kan
Hari ini, hampir seluruh warga PT. Mentari Jaya Sentosa akan melaksanakan darma wisata alias plesiran ke Kepulauan Seribu. Daerah wisata yang akan kami kunjungi adalah Pulau Bidadari. Ya ampun, ada bidadari mau liburan ke Pulau Bidadari pasti di sono banyak hal-hal surgawi. Hohoi.Letak Pulau Bidadari tidak terlalu jauh dari Pantai Marina Ancol. Hanya sekitar satu jam dari Marina Ancol. Pulau Bidadari disebut juga dengan nama Pulau Eco Resort. Alasannya karena keadaan alamnya yang tetap terjaga sehingga sangat pas sebagai tempat wisata bagi orang-orang yang menyukai wisata alam.Kami berangkat dari perusahaan pukul enam tepat menuju ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan ini dipilih karena dari sini kami bisa naik kapal besar. Sementara jika dari Pantai Marina Ancol jelas tak bisa. Di sana tidak ada kapal adanya speed boat saja. Jelas mahal lah.Aku menikmati semilir angin dari atas kapal. Bahkan aku sengaja merentangkan kedua tanganku. "Wah, seger ya Nia. Nanti kamu harus coba wahana
Aku masih menggigit kesal kaos renang Milik Pak Andro. Aksiku terhenti karena suara tawa seseorang."Hahaha. Ngamuk kamu?""Sumpah, temen Bapak nyebelin banget.""Bikin kamu pengen gigit ya?""Ho'oh.""Udah daripada kamu marah-marah jadi gak lihat perut sobek punyaku?""Boleh-boleh. Lihatin dong, Pak?""Siap. Aku tunjukin ya? Satu dua ti—!"Plak!"Aduh!" Pak Egar mengaduh karena kepalanya dikeplak sama seseorang. Dan tanpa aba-aba, mukaku diraup lagi secara kasar sama Pak Andro."Bismillahirahmanirrahim. Allohu laa ilaaha illaa Huwal Hayyul Qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa nauum, la Huu maa fis samawaati wa maa fil ardh, mann dzalladzii yasyfa’u ‘inda Huu, illa bi idznih, ya’lamu maa bayna aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiituuna bisyayim min ‘ilmi Hii illaa bi maa syaa’, wa si’a kursiyyuus samaawaati walardh, wa laa yauudlu Huu hifdzuhumaa, wa Huwal ‘aliyyul ‘adziiim"Pak Andro membacakan ayat kursi dan terakhir dia meniup ubun-ubunku sebanyak tiga kali."Astaghfirullah, P
Brak!Aku kaget mendengar suara yang dihasilkan oleh Sandra saat membuka pintu pantry lantai enam secara kasar. Di belakangnya ada Deswita yang mengikuti langkah Sandra. Terlihat perutnya sudah sangat membuncit karena usia kehamilan Deswita kalau tidak salah sudah delapan bulan padahal nikah baru lima bulan. Aku menatap keduanya sambil bersedekap. Ini bukan sekali dua kali kedua musuh bebuyutanku ini berbuat ulah. Namun, aku sama sekali tak takut dengan mereka berdua."Mau apa lagi?" tanyaku santai."Jauhi, Mas Andi!" ancam Sandra"Oh. Itu aja?""Jauhi Aryo juga!" Kini Deswita yang mengancam.Aku melirik ke arah Deswita lalu tertawa."Kamu pikir selama ini aku gak jauhin dia terus? Lagian ngapain aku ngarepin mantan. Kayak gak ada cowok single aja.""Jangan bohong kamu! Pasti kamu selingkuh sama Aryo di belakang aku!" tuduh Deswita."Helow, emang ada bukti aku sama Aryo main belakang? Idih! Ngapain main-main di belakang. Ngumpet namanya. Apa enaknya ngumpet? Kalau aku mau main, itu t
Aku sedang duduk di pantry utama bersama para sahabat kentel. Ada Heri, Ido, Shelomita, Anastasya dan Gita. Kelimanya menatapku dengan tatapan tak percaya saat aku menceritakan kronologis bagaimana aku bisa diskorsing. Kupikir setelah menceritakan apa yang terjadi antara aku, Sandra dan Deswita. Kelima sahabatku akan memarahiku tetapi yang terjadi di luar dugaan."Bwahahaha.""Hahaha.""Wkwkwk.""Jiahahaha.""Hihihi."Kelima sahabatku tertawa ngakak membuat ruang pantry seketika bergemuruh."Ya ampun, hahaha. Duh! Sayang aku gak ada di sana, kalau aku di sana aku bakalan bantuin kamu, hahaha.""Telat Gita.""Iya, padahal pengen banget aku jambakin rambutnya Sandra.""Kalau aku pengen jambak rambutnya si Deswita," imbuh Shelomita.Kelima sahabatku masih tertawa. Aku sendiri memilih mengambil salah satu dus nasi kotak dan membukanya. "Tadi ada Pak CEO katanya?""Iya. Tahu gak guys. Aku perkirakan usia beliau enam puluh tahunan tapi masih ganteng." Gita menjawab antusias lalu ikut-ikuta
"Bapake, Ibune, Sania. Assalamu'alaikum." Aku berteriak lantang di depan rumah.Ketiga orang terkasihku langsung keluar. Kami berpelukan sambil jingkrak-jingkrak. Aru yang sudah mematikan dan memarkir motornya pun mendekati kami berempat serta ikut dalam acara pelukan massal."Sida mbalik?" (Jadi pulang?)"Jadi Pak. Eman-eman, seminggu loh."Kami masih berpelukan massal hingga sebuah mobil terlihat masuk ke gerbang rumah paling besar di kawasan RT 5 RW 3 dan rumah besar itu terletak di depan rumahku terhalang satu rumah ke barat. Jadi rumah Dokter Abizar dan rumahku berseberangan tetapi tidak persis berhadapan.Aku menghentikan aksi pelukan massal dan menuju ke gerbang rumahku yang dipagari tanaman tetean (tanaman pagar kalau bahasa Indonesianya).Senyum manis kuulas pada sosok yang baru keluar dari mobil. Aku bahkan sengaja melambaikan tangan yang dibalas oleh Pak Andro dengan tatapan tajam."Siapa?" Bapak menghampiriku dan menatap ke halaman rumah Dokter Abi."Bosku, Pak. Ternyata
Sesuai janji kami, akhirnya aku dan BIP menghabiskan waktu bersama di rumah dinas yang ditempati BIP. Sebenarnya, BIP berniat tidur di rumahku tapi BIP kan bidan desa jadi sebentar-sebentar ada ibu-ibu hamil yang bertandang untuk periksa atau ibu-ibu mau suntik KB. Jadilah, aku yang mengungsikan diri ke rumah dinasnya."Wah, jadi kamu capek ya BIP." Akhirnya kami bisa besantai setelah pukul sepuluh malam."Ho'oh tapi kan aku senang dengan pekerjaanku jadi ya begitu deh."Kami terus bercerita sambil menonton TV dan memakan camilan."Kerjaanmu gimana?""Alhamdulillah, aku lagi diskorsing gara-gara tindakan anarkis sama OG lain.""Hahaha. Coba dulu kamu gituin juga si Mona, seneng aku.""Males. Kasihan tanganku harus terkotori sama uler keket licik macem dia.""Iya, sih. Bapak bilang dia udah hamil tapi bukan anak si Ari. Ari kan habis nikahi Mona langsung kabur ke Sumatera."Aku hanya tersenyum sinis. Ck, dasar cowok plin plan. Dulunya mudah terbawa emosi gara-gara gosip murahan. Merasa