Cheryl menyambar handuk lalu berjalan ke kamar mandi. Dilihatnya air hangat yang telah disiapkan di dalam bathtub. Setelah beberapa detik menatap air, Cheryl mulai melepaskan pakaiannya."Argh ... rasanya membosankan," keluh Cheryl.Wanita itu mulai merendam dirinya di dalam bathtub. Cheryl merasa bosan dengan keadaannya yang sekarang."Eve bisa-bisanya dia lolos, Dave memang tidak bisa diandalkan. Ini tidak bisa dibiarkan, namaku tercemar gara-gara manusia tidak tahu diri itu."Wajah Cheryl kini merah padam, mengingat Eve bisa lolos dari rencana busuknya. Cheryl menyalahkan Dave, karena pria itu tidak bisa diandalkan. Cheryl kesal karena namanya sekarang tercemar gara-gara Eve."Dave tidak bisa bekerja dengan becus. Bukannya melakukan pekerjaan dengan baik, malah berujung di jeruji besi," gerutu Cheryl.Cheryl memejamkan matanya, merasakan hangatnya air yang merendam dirinya. Ingin rasanya bayang-bayang kegagalan itu menjauh dari pikirannya.Setelah merasa cukup berendam, Cheryl mula
Cheryl, wanita itu kini telah sampai di bandara New York. Dia berjalan dengan angkuh menuju parkiran. Sopir pribadinya telah menunggu di sana dan menyambut Cheryl dengan ramah.Akan tetapi, Cheryl sama sekali tak menggubrisnya. Saat pintu mobil dibuka, Cheryl segera masuk ke dalam. Cheryl melepas kaca mata hitamnya, lalu ditaruh di atas kepala."Ayo jalan, tunggu apa lagi?" tanya Cheryl."Eh baik, Nona."Mobil melaju dengan cepat membelah jalanan, Cheryl tersenyum tipis. Wanita itu sudah tak sabar ingin bertemu dengan Eve. Wajahnya mengerut tatkala tersadar bahwa ini bukan jalan menuju Vinestera."Kenapa jalannya berbeda?" tanya Cheryl."Ini jalan menuju rumah, memangnya mau ke mana dulu, Nona?""Astaga. Putar arah, kita ke Vinestera sekarang!" perintah Cheryl."T-tapi …."Cheryl melotot tajam, sopir pribadinya pun tidak berani melanjutkan bantahannya. Sopir akhirnya mengangguk, dia menuruti perintah majikannya.Di dalam hatinya, sopir itu khawatir jika Cheryl pergi ke Vinestera. Dia
Eve dan Cheryl masih beradu mulut. Keduanya tak ada yang mau mengalah sama sekali. Cheryl masih tetap menghina Eve sebagai perebut calon suami orang. Wanita itu kekeh menyuruh Eve untuk menjauh dari kehidupan Gery. "Maaf, tapi aku tidak bisa menuruti permintaanmu," tolak Eve. Cheryl semakin geram, tujuannya datang ke New York ternyata tidak berjalan semulus yang ada dalam bayangannya. Padahal, Cheryl telah mengorbankan pekerjaannya untuk pulang ke New York, supaya masalah ini dapat segera selesai. "Sudah merebut calon suami orang, tidak tahu diri lagi," ejek Cheryl. "Astaga, Cheryl. Model ternama sepertimu, ternyata cukup tidak tahu malu, ya," balas Eve. "Kurang ajar kamu! Seharusnya kamu yang tahu malu. Aku ini model ternama, dan kamu masih jauh berada di bawahku. Gery sama sekali tidak pantas bersanding dengan orang rendahan seperti kamu, Eve!" tegas Cheryl. Cheryl membawa status sosial dalam perdebatan mereka. Wanita itu memang merasa levelnya jauh dibanding Eve yang hanya se
“Bertunangan? Apa dia mengatakan itu hanya supaya Cheryl menjauhiku dan juga Gery?” batin Eve, bertanya-tanya. Gery memang sudah mengatakan, kalau Nyonya Daphne menginginkan mereka menikah, tapi kan, belum ada persetujuan darinya? Ah sudahlah, Eve tidak ingin memikirkan itu.“Mau tidak mau, Nona Cheryl harus menerima kenyataan ini, kalau sebentar lagi, Tuan Gery akan menjadi milik Nona Eve. Jadi, sekali lagi saya sarankan, agar Nona, berhenti mengganggu Nona Eve, maupun Tuan Gery!” Sofia kembali memperingatkan.“Siapa kamu, berani memerintahku! Kamu hanya pelayan, kamu tidak berhak memerintahku. Aku tidak perduli, sekalipun kabar itu benar. Aku tidak akan membiarkan Gery jatuh ke tangan orang lain, apalagi ke tangan wanita murahan ini. Tidak akan aku biarkan!” Cheryl menatap Eve dengan tatapan benci. Kemudian ia menatap Sofia, dan melanjutkan ucapannya, “Dan kamu, Sofia. Kamu itu sudah tua, sudah waktunya kamu pensiun dari pekerjaanmu, atau sekalian, kamu pensiun dari dunia ini. Ya, s
Sofia cukup teecengang melihat apa yang baru saja terjadi di depan matanya. Bahkan dia bisa melihat bagaimana wajah memerah penuh emosi milik Gery. Namun, wanita cantik dengan balutan kemeja kerjanya itu hanya bisa diam membisu sambil memperhatikan keduanya.Sofia menghela napas lega setelah melihat kepergian Gery. Tak hanya Sofia, Eve pun melakukan hal yang sama. Eve sendiri cukup terkejut melihat bagaimana sikap Gery tadi pada Cheryl. Sebenarnya, Eve merasa iba pada Cheryl hanya saja dirinya juga tidak bisa melakukan apa-apa karena semua itu akibat dari ulah Cheryl sendiri."Awas saja kamu, Gery. Tega sekali kamu melakukan itu padaku hanya karena wanita tak tahu diri ini? Tidak ingatkah kamu dengan apa yang sudah kita lewati kemarin?" gumam Cheryl yang masih bisa didengar oleh Eve dan Sofia karena jarak keduanya memang begitu dekat.Eve dan Sofia saling memandang, tetapi keduanya tetap terdiam. Sama sekali tidak berniat menimpali ucapan Cheryl sebab takut jika nanti akan memuncul
Usai mendapatkan persetujuan dari Gery, Ny. Daphne segera mengirimkan pesan pada Sofia. Pesan yang berisi perintah untuk menyiapkan beberapa hal serta barang penting yang nantinya akan mereka bawa ketika datang ke rumah Eve saat acara lamaran nanti.Sofia yang berada di ruangannya dan sedang duduk di kursinya seketika bangkit dan bersorak gembira. Kabar yang begitu ditunggunya akhirnya keluar juga."Huh, tidak sia-sia aku memberikan saran itu pada Nyonya Daphne tadi. Jika begini aku ikut bahagia mendengarnya. Tidak sabar sekali rasanya!" Lagi, Sofia berseru dengan wajah yang sarat akan rasa bahagia.Saat sudah sedikit berhasil menguasai diri dari keterjutan juga rasa gembiranya, Sofia pun bergegas keluar dan melakukan perintah Oma Gery itu. Dengan begitu antusias dan senyuman lebar, Sofia menyiapkan segalanya. Bahkan berulang kali pula Sofia memeriksa kembali beberapa barang yang sudah disiapkannya.Sofia menatap penuh binar ke arah barang yang sudah ada di hadapannya. Semuanya terlih
Langkah kaki jenjang mengenakan sepatu stiletto heels memasuki ruangan. Pemiliknya hari itu berangkat bekerja dengan wajah berseri-seri. Usai memutuskan menerima pertunangan dengan Gery, senyuman tak pernah lolos dari bibir Eve.Kali ini Eve merasa sudah mengambil keputusan tepat. Meskipun sempat dikalungi kebimbangan, karena tidak yakin Gery menyukainya, bahkan bersikap sangat menyebalkan, tak ia pungkiri, Gery pria menyenangkan dan layak dicintai.Tak ada satu kabar pun yang lolos dari dinding Vinestra. Sejak pertama kali Eve menampakkan wajah cerahnya, semua mata mengarah kepadanya.Eve sedikit heran, kenapa semua orang mengarahkan pandangan aneh padanya. Tanda tanya besar mulai terbit di hatinya saat Dixne, salah satu rekannya, tiba-tiba tertawa lebar sambil memeluknya erat.“Luar biasa, kamu jadi pemenangnya! Congrats, Dear,” ucap Dixne sambil tertawa lebar. Tak lama kemudian rekan-rekannya sudah berdiri mengelilinginya.“Hei, ada apa ini? Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya
Menantang BahayaDunia seolah berakhir bagi Cheryl, setelah menyadari nomornya diblokir oleh Gery. Gadis itu tidak fokus pada pekerjaannya. Ia membanting ponselnya.“Sial! Gerry nggak bisa ngelakuin ini! Dia tidak menganggap aku! Nggak bisa, ini nggak bisa dibiarkan.”Cheryl ingin datang ke kantor Gery, tapi ia ingat hari ini ada pameran busana di hotel mewah pusat kota. Dengan wajah cemberut Cheryl segera mengemudikan mobilnya menuju ke hotel itu.Hari itu Cheryl tidak fokus tampil dalam peragaan busana. Beberapa kali langkahnya nyaris tersandung karpet lantai. Salah satu rekannya menegur.“Jaga langkahmu Cheryl! Jangan semaunya, kamu merusak formasi,” tegur gadis berambut pirang.“Tutup mulutmu! Jangan mengatur aku! Aku tahu apa yang aku lakukan.” Sheryl membalasnya dengan tatapan tajam.Setelah tiga jam, acara peragaan busana pun usai. Cheryl bernapas lega dan segera mengganti bajunya. Gadis itu mengenakan celana jeans dan kemeja tanpa lengan, dilengkapi dengan sepatu boot menuju