Sekembalinya Eve dan Gery dari New York, Oma berinisiatif untuk menemui keluarga Eve sambil makan malam di salah satu restoran ternama di kota New York. Keputusan itu dia ambil agar permasalahan kemarin tidak terjadi lagi di masa depan atau menjadi salah paham.Pukul tujuh malam, rombongan keluarga Eve mendatangi tempat yang telah dijanjikan. Sebuah restoran berlantai dua dengan hiasan pohon-pohon kecil ditaruh di pot. Lampu-lampu gantung bersinar menyemarakkan malam seperti kunang-kunang. Saat turun dari mobil taksi, semua mata tertuju pada Eve. Bibir berhias lipstik nude itu menampakkan kealamian. Tak lupa hiasan manik-manik di gaun yang dia kenakan sangat serasi.Semua mata tertuju pada Eve. Tentu saja orang yang memilih gaun itu adalah Gery. Saat menatapnya untuk pertama kali di butik kepercayaan keluarganya, dia langsung membayangkan betapa cantik dan indah jika pakaian itu dikenakan oleh Eve.Semula Eve menggeleng saat melihat motif yang Gery inginkan. Namun, karena Gery mengata
Cukup satu telepon dari Clark mampu menumbangkan seluruh rencana yang telah Cheryl susun dalam kepalanya. Wanita itu memasuki kamar dengan air mata yang menganak sungai di wajahnya. Dia menutup pintu hingga berdebam dan merasakan hatinya tersayat-sayat dan setelah itu ditabur garam. Perih mengusik jiwanya.Gery! Dia menggilai lelaki itu.Semua rencananya telah hancur! Tak ada lagi yang bisa dia lakukan kecuali berteriak-teriak sekencang-kencangnya di kamarnya. Dadanya naik-turun. Tangisnya masih menggantung di sudut mata dan tak peduli seserak apa pun suaranya, dia terus mencoba mengeluarkan segala perih yang dia rasakan.“Kenapa, Gery?! Kenapa?! Kenapa kamu lebih memilih wanita itu daripada aku? Lihatlah aku, Gery! Aku adalah wanita yang kamu puja. Dia hanyalah orang baru di asmara kita!” Dia membuang semua riasan wajah di depan cermin ke lantai hingga berhamburan.Dadanya sesak seolah-olah seluruh oksigen di dunia ini habis. Tanpa disadari dia mulai membenci cermin. Bukan tanpa alas
Akan tetapi, kehidupan berlangsung sangat ajaib. Kadang kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Ada pula yang katanya sehat dan kuat ternyata di sore hari dia mendatangi Tuhan. Lalu, ada pula yang seberuntung Cheryl. Penanganan yang tepat dan cepat mampu membuatnya selamat dari maut.Salah satu dari pengendara mobil yang berhenti di tempat kejadian ternyata adalah Lucas. Dia menangani salah satu agency di mana Cheryl menjadi model. Sebagai salah satu anak kesayangan dan paling dia anak emaskan, tentu saja Cheryl seperti berlian di tengah lautan baginya.Saat turun dari mobil, dia langsung mendatangi ambulans yang akan mengangkut Cheryl ke rumah sakit. Dia mendekati supir ambulans.“Beri dia penanganan terbaik. Aku akan mengikuti kalian.”Setelah itu, dia benar-benar mengikuti ke mana mobil ambulans itu berjalan. Dengan rasa khawatir karena ladang emasnya kini sedang sekarat, Lucas sepertinya perlu memberitahu ini pada kedua orang tua Cheryl. Dia baru saja menyelesaikan s
Nyonya Andrews masih menangis di pundak sang suami. Dalam hati dia menyesali perbuatannya karena telah meninggalkan anak satu-satunya di kota New York sendiri. Walaupun, dengan fasilitas lengkap dan pembantu yang mengurusi segala kebutuhannya, tetapi rasa bersalah itu cepat sekali menggerogoti hatinya.“Cheryl pasti akan baik-baik saja, Sayang.” Tuan Andrews mencoba mengelus pundak sang istri. Dalam hal ini hatinya juga sama-sama runtuh. Langit seolah-olah ambruk mengenai kepalanya, tetapi dia berusaha tegar agar istrinya selalu kuat.“Seharusnya kita tidak membiarkan Cheryl di sini, Baby! Seharusnya dia terus bersama kita.” Nyonya Andrews mengusap air matanya dengan tisu yang tadi dia simpan di dalam tas.Lucas dan bodyguard mereka masih berdiri, tak tahu harus melakukan apa. Lucas masih bingung bagaimana agar ladang uangnya kembali subur, sementara lelaki berbadan kekar dengan setelan baju safari di sampingnya hanya menatap bingung. Mungkin baru kali ini dia melihat sang majikan men
Orang tua Cheryl kebingungan, karena dia tak bisa membujuk Gery untuk menjenguk putrinya. Kondisi Cheryl yang masih belum juga sadar tentu membuatnya khawatir.Ny. Andrews mondar-mandir seraya menggigit jarinya. Dia memikirkan bagaimana caranya supaya Gery bisa memenuhi permintaannya. Seketika pikirannya tertuju pada satu nama yang diyakini bisa membantunya.“Eve,” ucapnya seraya tersenyum tipis.Tidak ada cara lain, Ny. Andrews harus menghubungi Eve. Wanita paruh baya itu menyuruh asistennya untuk mencari tahu nomor telepon Eve.“Cari tahu nomor telepon Eve, sekarang!” perintahnya.“Baik, Nyonya,” jawab asistennya.Asisten Ny. Andrews langsung bekerja menuruti perintahnya. Dia mulai mencari tahu nomor telepon Eve. Tak perlu waktu lama untuk mengetahuinya, nomor telepon Eve pun berhasil ditemukan.“Sudah ada, Nyonya,” ujarnya melapor.“Bagus,” puji Ny. Andrews.Ny. Andrews menyalin nomor telepon Eve ke dalam ponselnya. Setelahnya, Ny. Andrews segera menekan icon telepon untuk menghubu
“Eve!” panggil Bu Kate seraya mengetuk pintu kamar putrinya.“Iya, Ibu,” sahut Eve dari dalam.“Ibu boleh masuk?” tanya Bu Kate.“Masuk saja, Ibu,” balas Eve.Eve sedang merias wajahnya dengan sedikit polesan make up. Gadis itu duduk di hadapan cermin, wajahnya tampak sangat cantik. Bu Kate tersenyum ketika melihat putrinya.“Gery sudah menunggu di depan,” ujar Bu Kate.“Benarkah?” tanya Eve.Bu Kate mengangguk, Eve segera merampungkan riasan pada wajahnya. Eve tak mau Gery terlalu lama menunggunya. Eve mengambil tas selempangnya, lalu memakai sepatu.“Kalau begitu, Eve pergi dulu,” pamit Eve.Eve berpamitan pada Bu Kate, dia berjalan menuju depan rumahnya. Ternyata benar saja, Gery sudah duduk ditemani secangkir kopi.“Sudah selesai?” tanya Gery.Eve mengangguk, Gery tersenyum tipis. Gery masuk ke dalam terlebih dahulu untuk berpamitan pada Bu Kate. Setelahnya, Gery dan Eve berjalan menuju mobil yang telah terparkir.Gery membukakan pintu mobil untuk Eve. Setelah itu, dia mengitari m
Sudah tiga hari Gery rutin menjenguk Cheryl. Dia sebenarnya ingin berhenti saja, tetapi Ny. Andrews terus mengiba. Ny. Andrews ingin Cheryl kembali pulih secepatnya.“Saya sudah berusaha, Tante, tapi Cheryl belum juga pulih seperti semula. Memangnya mau sampai kapan saya harus begini?”Gery tentu saja kesal, karena pekerjaannya juga menjadi terganggu. Eve mengelus tangan Gery, berharap dia lebih sabar lagi untuk membantu kesembuhan Cheryl.“Saya minta maaf karena waktumu terganggu. Tapi mohon, bantu saya sedikit lagi. Saya yakin Cheryl akan segera pulih jika kamu terus menjenguknya ke sini,” ujar Ny. Andrews.“Iya, Gery. Sedikit lagi saja, aku juga yakin Cheryl akan segera pulih,” tambah Eve.Mereka kini tengah berada di rumah sakit, tepatnya dalam ruangan di mana Cheryl dirawat. Gery melirik ke arah Cheryl yang masih terbaring lemah, belum sepenuhnya sadar. Dalam hatinya, Gery berharap Cheryl segera pulih supaya dia tidak perlu berurusan lagi dengan Ny. Andrews.“Baiklah,” ucap Gery
“Saya pamit. Semoga Cheryl segera pulih supaya tidak menjadi beban bagi orang lain lagi,” ucap Ny. Daphne seraya menyindir.Ny. Andrews menampilkan senyumannya, dari raut wajahnya tampak dia terpaksa. Ucapan Ny. Daphne memang menohok, cukup membuat Ny. Andrews tak berkutik.“Terima kasih telah berkenan menjenguk Cheryl, Ny. Daphne,” balas Ny. Andrews.“Sama-sama. Sampaikan salam saya ketika dia sadar,” ujar Ny. Daphne.“Baik, Ny. Daphne. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih atas kunjungannya.”Ny. Daphne keluar meninggalkan ruangan bersama Sofia. Ny. Andrews mengantarnya hingga depan pintu ruangan. Ny. Andrews menatap kepergian Ny. Daphne dan Sofia hingga mereka menghilang dari pandangannya.Ny. Andrews kembali masuk ke dalam ruangan putrinya. Dia menatap Cheryl dengan intens. Ny. Andrews menginginkan Cheryl segera pulih, dia ingin putrinya kembali seperti sedia kala.Ny. Andrews duduk di samping ranjang. Melihat putrinya yang tak berdaya serta dipenuhi alat medis di badannya memb