Balas dendam atau mengejar cintanya?. Dua hal itu membuat valdo bimbang. Disatu sisi ia ingin sekali membalaskan dendam atas kematian kedua orangtuanya sampai tuntas. Tapi disisi lain, ia tak tahan jika terus melihat gadis yang disukainya terus didekati pria lain.
Akhirnya kedua mata tajam itu memejam, pergi ke peraduannya. Meninggalkan lelah yang teramat sangat. Semoga esok hari akan ada secercah cahaya dalam kehidupannya yang kelam.
"Valdo..." Panggilan suara wanita yang selama ini ia rindukan. Bertempat di hamparan rumput yang luas sepanjang mata memandang. Dihiasi oleh sunset dan angin sepoi sepoi membuat tempat itu terasa nyaman. Dengan memakai kemeja dan celana putih, valdo terus mencari sumber suara yang memanggilnya.
Valdo melihat sosok wanita yang sangat ia rindukan. Dengan raut wajah teduh khas ibunya yang selalu membuat perasaan nyaman saat memandangnya.
"Jangan bersedih nak, jalani hidupmu dengan bahagia. Lepaskan semua dendammu". Lanjut wanit
"hahahaha... Oh jadi mereka tuh lagi debatin lo silv". Martin tak bisa menahan tawanya, baru tahu penyebab kenapa silvie tiba tiba ingin pindah duduk di samping dirinya."Gue ngenes banget sama lo berdua, selama ini nggak pernah ngeh sama cewek. Sekalinya suka malah rebutan". Martin menunjuk ke arah valdo dan ruben.Perkataan martin barusan membuat kedua mata silvie membulat.'saya kesini buat nyari tersangka. Bukannya buat direbutin sama dua berondong gini'. Batin amara sambil memijat pelipisnya.Triing...Sebuah pesan masuk di ponsel amara.Valdo[Pulang sekolah mau kemana?][Pulangnya bareng gue, ada yang mau gue omongin sama lo]Amara hanya membaca pesan tanpa membalasnya. Masih kesal dengan kelakukan kekanak kanakan valdo barusan.Triing...Pesan kembali masuk ke ponsel amara. Amara bisa menebak jika yang mengirim pesan itu adalah valdo. Amara melihat ponselnya, tapi ternyata sekarang bukan valdo yang meng
"Jadi panggilannya 'rubah'? Menarik". Smirk yang ditunjukan oleh killian setelah menelepon anak buahnya. Mengetahui informasi yang dibocorkan oleh pihak kepolisian sendiri. "Cara apa yang bagus biar lo bisa masuk kedalam jebakan wahai 'rubah', berani beraninya lo bersembunyi di tempat gue". Ditempat lain, amara tidak mengetahui jika mulai saat ini dirinya sedang dalam bahaya. *** Saat ini amara sedang berada di ruang administrasi SMA Cahaya Hati. Waktu menunjukan pukul 01.00 dini hari. Dengan memakai setelan serba hitam, ia menyelinap diam diam masuk ke dalam sekolah di saat security sekolah sedang lengah. Melompati pagar sekolah yang terbilang tinggi. Tujuan amara adalah mencuri seluruh data base yang ada di sekolah tersebut. Harapannya agar gadis itu menemukan sesuatu sebagai petunjuk. Menyalakan salah satu komputer yang ada disana, meretas datanya lalu menyimpan di flashdisk. Sambil menunggu proses penyimpanan, amara berinisiatif melihat li
Sekali lagi, semua mata yang ada di SMA Cahaya Hati di buat melotot. Mulai dari security, petugas kebersihan, guru, siswa, sampai tikus penghuni gorong gorong sekolah pun ikut terkesima melihat pemandangan yang terpampang nyata di depan mereka.Bagaimana tidak, saat ini mereka melihat valdo sedang menggandeng tangan amara saat memasuki lingkungan sekolah. Itu bisa dibilang kejadian yang teramat sangat langka.Ibarat kata seperti mengharap song jong ki numpang ngopi ke rumah kita. Ah, pokoknya nggak bisa dibayangkan, tapi ternyata hal itu benar benar terjadi.Sebelah tangan security sampai terjepit gerbang saat ia hendak membuka gerbang lebih besar. Guru guru hanya bisa bengong melihat hal itu. Sedangkan para siswa yang melihat langsung memfokuskan pandangan mereka kepada dua orang yang sedang berjalan masuk. Seperti gerombolan hyena yang menunggu mangsanya lengah.Tapi tidak untuk seseorang yang tengah berada di parkiran motor sekolah, seorang siswa lelak
"SIIIIILV... SILVIIEEE..." Teriakan maya terdengar menggelegar memecah suasana pagi yang damai. Jika di panggil dengan heboh begitu, jangankan amara, seluruh siswa yang ada di situ pasti ikut ikutan heboh."SIIILV... Lo dimana sih?". Maya masih berteriak sambil berlari menghampiri kelas amara. Setelah menemukan orang yang dicari, maya segera mendekat.Masih dalam kondisi terengah engah, maya memberitahukan berita penting yang terjadi pagi ini."Ada apa sih may? Kok kamu sampai lari larian gitu". Tanya amara kepada maya."Gawat silv... gawat"."Gawat kenapa? Ya udh minum dulu nih. Kumpulin nafas dulu". Amara menyodorkan sebotol air mineral dari tasnya.Dengan cepat maya menggelengkan kepalanya. "Nggak... Nggak usah. Lo harus ke lapangan sekarang. Ayok ikut gue".Maya menarik lengan amara agar gadis itu mengikutinya. Namun, amara menahan tarikan maya sehingga posisi amara saat ini masih duduk di kursinya."Ada apa sih may? Kamu cer
'aduuh keceplosan'. Amara mengumpat di dalam hatinya atas kecerobohan yang barusan ia katakan.Amara kembali melihat ke arah belakang dimana valdo dan ruben berada. "Saya... Saya remaja stabil, nggak labil kayak kalian. Hehehe". Kembali melihat ke depan. Amara menyembunyikan raut wajah yang merutuki kebodohan dirinya.Amara, valdo dan ruben sudah sampai di kelas. Baru juga sampai di pintu masuk, mereka bertiga langsung jadi pusat perhatian. Seluruh siswa bahkan guru yang sudah ada di kelas langsung melayangkan pandangan mereka."Selamat pagi bu, maaf kami terlambat". Ucap amara menyapa bu siska sebelum masuk ke dalam kelas."Ia tidak apa apa. Silahkan masuk". Bu siska tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Ia sudah tahu kelakuan apa yang telah diperbuat valdo dan ruben tadi.Walau peristiwa itu baru saja terjadi, namun hal itu langsung menjadi trending topik di seluruh antero sekolah. Bagaimana tidak, dua siswa populer yang tidak pernah terdenga
Amara menundukkan kepalanya agar wajahnya tak terlihat oleh andri, kakaknya maya. Seketika ia merasa panik, benarkah lelaki yang ada dihadapannya benar benar orang yang ia kenal atau hanya mirip saja. Tapi mana mungkin kan sampai nama lengkapnya juga sama.Fix, ini memang andri yang itu. Amara tidak menyangka akan bertemu dengan teman seangkatannya sewaktu SMA dulu. Masih dengan posisi menundukkan kepalanya, berharap lelaki itu tidak mengenalinya.Dunia memang hanya selebar daun kelor, bisa bisanya mereka berdua bertemu disaat amara sedang dalam mode penyamaran."Silv, lo kenapa? Kayak ketakutan gitu sama kakak gue". Maya melihat gelagat aneh setelah amara melihat kakaknya."Nggak... Nggak kenapa kenapa. May, mendadak perut saya sakit. Saya mau ke toilet sebentar ya"."Ya udah, pake toilet yang ada di ruangan ini aja"."Nggak usah. Nggak enak sama kakak kamu. Saya pakai yang di luar aja".Tanpa menunggu persetujuan maya, amara bergegas keluar dari
"aduduh... Sakit, pelan pelan tante"."Lagian siapa suruh pake acara berantem segala"."Maaf tan.. abis aku kebawa emosi tadi". Ruben mengelus bekas luka dan memar akibat perkelahiannya dengan valdo.Setelah sampai di rumah sepulang sekolah, alangkah terkejutnya tante mayang melihat keponakannya dengan kondisi sudut bibir yang sudah memar. Semenjak di bangku SMP, ruben memang di asuh oleh paman dan bibinya.Tante mayang adalah adik dari ibunya ruben. Kebetulan mayang dan suaminya tidak memiliki anak, sehingga semenjak ibunya ruben tidak bisa merawatnya di karenakan kondisi yang tidak memungkinkan. Mereka berdua berinisiatif untuk mengasuh ruben seperti anak mereka sendiri.Walau berstatus keponakan, tapi tante mayang dan suaminya sangat menyayangi ruben seperti anak kandung sendiri. Selama ini ruben selalu menunjukkan sikap ramah dan penurut. Oleh karena itu alangkah terkejutnya mayang melihat kondisi ruben yang babak belur seperti habis berkelahi. Padahal t
Pagi ini seorang gadis masih terbaring di tempat tidurnya yang nyaman. Dengan memakai selimut menutupi tubuh hingga hanya menyisakan bagian kepala. Begitu lelapnya seakan tidak ada beban di dalam hidupnya. Semakin lama alarm berdering, makin membuat anak manusia itu menarik selimut menutupi telinga semata mata untuk memperpanjang masa tidurnya yang telah terganggu.Tok... Tok... Tok..."May... Maya... Bangun. Udah jam berapa ni. Nanti kamu telat ke sekolah". Rutinitas ibunya maya membangunkan anak gadisnya setiap hari. Walau alarm tetap di pasang setiap hari namun hal itu percuma. Tidak akan berpengaruh kepada gendang telinga maya yang sudah kebal akan teriakan alarm itu.Berbeda jika yang membangunkan adalah ibunya. Maya pasti akan langsung menyegarkan matanya walau dengan terpaksa. Pernah suatu ketika maya malas untuk bangun, tapi apa yang di dapat adalah segarnya guyuran air. Tentu maya tidak ingin kejadian itu terulang kembali kan."Iya ma... Aku bangun". May