"Gue lagi nungguin lo".
Ucapan valdo barusan membuat amara tersentak. Ada apa dengan orang ini? Apa ada yang salah? Setahu amara seorang rivaldo vinza aditya tidak pernah menunggu seseorang seperti sekarang. Ruben yang tidak lain adalah temannya saja tidak pernah diperhatikan. Sekarang seorang silvie, siswi baru justru telah menarik perhatian lelaki dingin itu.
"Nu... Nungguin saya? Ada apa ya?". Amara penasaran menunggu jawaban valdo.
"Bisa kita bicara berdua sebentar?". Amara berpikir sejenak, lalu menyangggupi permintaan orang itu.
"Bisa saja sih...tapi kalau boleh saya tahu, apa ada hal penting yang mau kamu bicarakan sampai mengajak saya bicara berdua?".
"Gue mau memastikan sesuatu. Ikut gue". Valdo melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sambil amara mengekori.
"Saya pikir kamu bakal ngajak ke taman". Melihat valdo memasuki ruang perpustakaan yang diketahui masih sepi karena jarang para siswa datang kesini sebelum jam masuk sekolah.
Akhirnya amara dapat keluar dari kediaman lelaki itu dengan aman setelah sebelumnya valdo beranjak masuk ke dalam toilet untuk membersihkan dirinya. Berjalan menyusuri jalanan ibu kota di tengah malam sambil memikirkan perkataan yang keluar dari mulut lelaki introvert itu. Siapa lagi kalau bukan rivaldo vinza aditya. Seketika jantung amara terasa begitu menggebu. Amara meletakkan satu tangannya di dada yang berdetak sangat cepat, menghembuskan nafasnya perlahan. 'ini nggak bagus untuk kesehatan jantung saya'. Batin amara karena terus teringat dengan wajah valdo. Apalagi setelah kejadian first kissnya dengan valdo. Tak bisa dipungkiri, sebenarnya amara jadi suka dengan momen tersebut. Eh, suka? *** Pagi ini amara sedang berjalan menuju sekolahnya. Seperti biasa, ia berangkat lebih pagi daripada siswa lain. Berjalan melewati rute berbeda dari biasanya. Hari ini rencananya sepulang sekolah, amara akan mencari rumah yang akan di sewa untuk tempat
Saat ini amara sedang berada di depan sebuah rumah yang tidak bisa dibilang besar tapi sangat asri karena memiliki halaman dengan beberapa pohon. Gadis itu tersenyum karena akhirnya menemukan rumah impiannya. Rumah impian? Ya, seperti inilah rumah yang selalu dibayangkan oleh gadis itu.Rumah satu lantai dengan dekorasi ala pedesaan. Di halaman rumah tumbuh pohon mangga, rambutan dan beringin ukuran sedang. Membuat rumah itu terasa bukan seperti di wilayah ibukota.Setelah sebelumnya amara telah sepakat dengan pemilik rumah untuk disewakan kepada dirinya. Gadis itu kini memasuki rumah itu, membawa beberapa barang barangnya. Mendekorasi sesuai keinginannya. Tak lupa memajang foto foto dengan 'ayah'nya. Amara teringat dengan perbincangan ia dengan atasannya. Meminta izin untuk menjadikannya sebagai ayah palsu demi alibi.Saat ini sekitar jam 07.00 malam akhirnya amara selesai membereskan barang barangnya karena memang tidak terlalu banyak yang ia miliki. Amara mem
Di perumahan kosong yang telah lama ditinggalkan, beberapa anak buah killian sedang menyiksa seorang polisi yang berhasil mereka culik. Seperti diketahui sebelumnya, polisi tersebut tergabung dalam operasi penyergapan beberapa waktu lalu. "Katakan, siapa mata-mata kalian yang ada di SMA Cahaya Hati?". Tanya lelaki bertato berperawakan tinggi besar. Kondisi polisi tersebut bisa di bilang sudah tidak baik. Wajah lebam, ujung bibir dan hidung sudah mengeluarkan darah segar. Ia diam mendengar pertanyaaan lelaki tersebut. "Buug..." Lelaki itu memukul perut polisi sampai kembali mengeluarkan darah segar. "Jawab..!! Gue nggak suka ngulang ngulang pertanyaan". Lelaki itu emosi karena polisi tersebut masih diam tidak menjawab. "Saya... Tidak... Tahu... Apa... Apa". Polisi itu menjawab dengan suara terbata-bata. Lelaki itu menarik kerah polisi tersebut "Bohong...!! Ngomong yang bener". "Benar... Saya... Tidak... Bohong. Saya.. ha
Saat ini seorang remaja lelaki sedang merenungi kalimat yang ia lontarkan tadi di sekolah. Tidur terlentang menatap langit kamarnya yang dominan dengan warna biru.'Kenapa gue bisa ngomong gitu cuma karena tau silvie abis jalan sama ruben'. Valdo memejamkan matanya dalam, Tangan kanan memegang dada yang telah berdetak tak karuan sejak gadis bernama silvie hadir di kehidupannya.Sejenak melupakan tujuannya untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah merenggut nyawa kedua orangtuanya.*Flashback onDi sebuah rumah megah berlantai dua, memiliki tangga melingkar di tengah ruangan menambah kesan mewah bagi siapapun yang melihatnya. Di bagian belakang rumah ada kolam renang pribadi berdampingan dengan taman yang asri.Kehidupan bahagia sepasang suami istri dan putra tunggal mereka. Devi, nyonya rumah itu walau sudah tidak bisa dibilang muda, namun masih memancarkan aura keanggunan. Pagi ini ia berada di dapur untuk memasak dibantu oleh asisten
"Bagaimana kalau mereka kenapa kenapa?". Valdo berbicara dengan nada tinggi tak peduli dengan siapa ia berbicara karena khawatir akan keselamatan kedua orangtuanya."Mohon maaf sebelumnya. Orangtua anda telah meninggal di tempat. Saat ini tim kami telah berkoordinasi dengan rumah sakit terdekat untuk mengevakuasi jenazah keduanya".Sontak kaki valdo tidak bisa menahan bobot tubuhnya saat mendengar penjelasan polisi tentang kondisi orangtuanya.Melihat tidak percaya ke arah jenazah devi dan richard, tak terasa kedua mata valdo telah mengeluarkan bulir air mata. Ia tidak menyangka, baru tadi sore mereka berbincang melalui saluran telepon, tapi saat ini mereka harus berpisah dengan cara yang tidak diinginkan."Aaaaaaaaaaa......." Valdo berteriak mengeluarkan seluruh perasaannya. Sedih, kaget, kehilangan seluruh orang yang sangat dicintainya dalam waktu yang sangat mendadak. Baru tadi pagi ia masih sarapan dan mendebatkan hal hal tidak penting bersama mama da
Balas dendam atau mengejar cintanya?. Dua hal itu membuat valdo bimbang. Disatu sisi ia ingin sekali membalaskan dendam atas kematian kedua orangtuanya sampai tuntas. Tapi disisi lain, ia tak tahan jika terus melihat gadis yang disukainya terus didekati pria lain.Akhirnya kedua mata tajam itu memejam, pergi ke peraduannya. Meninggalkan lelah yang teramat sangat. Semoga esok hari akan ada secercah cahaya dalam kehidupannya yang kelam."Valdo..." Panggilan suara wanita yang selama ini ia rindukan. Bertempat di hamparan rumput yang luas sepanjang mata memandang. Dihiasi oleh sunset dan angin sepoi sepoi membuat tempat itu terasa nyaman. Dengan memakai kemeja dan celana putih, valdo terus mencari sumber suara yang memanggilnya.Valdo melihat sosok wanita yang sangat ia rindukan. Dengan raut wajah teduh khas ibunya yang selalu membuat perasaan nyaman saat memandangnya."Jangan bersedih nak, jalani hidupmu dengan bahagia. Lepaskan semua dendammu". Lanjut wanit
"hahahaha... Oh jadi mereka tuh lagi debatin lo silv". Martin tak bisa menahan tawanya, baru tahu penyebab kenapa silvie tiba tiba ingin pindah duduk di samping dirinya."Gue ngenes banget sama lo berdua, selama ini nggak pernah ngeh sama cewek. Sekalinya suka malah rebutan". Martin menunjuk ke arah valdo dan ruben.Perkataan martin barusan membuat kedua mata silvie membulat.'saya kesini buat nyari tersangka. Bukannya buat direbutin sama dua berondong gini'. Batin amara sambil memijat pelipisnya.Triing...Sebuah pesan masuk di ponsel amara.Valdo[Pulang sekolah mau kemana?][Pulangnya bareng gue, ada yang mau gue omongin sama lo]Amara hanya membaca pesan tanpa membalasnya. Masih kesal dengan kelakukan kekanak kanakan valdo barusan.Triing...Pesan kembali masuk ke ponsel amara. Amara bisa menebak jika yang mengirim pesan itu adalah valdo. Amara melihat ponselnya, tapi ternyata sekarang bukan valdo yang meng
"Jadi panggilannya 'rubah'? Menarik". Smirk yang ditunjukan oleh killian setelah menelepon anak buahnya. Mengetahui informasi yang dibocorkan oleh pihak kepolisian sendiri. "Cara apa yang bagus biar lo bisa masuk kedalam jebakan wahai 'rubah', berani beraninya lo bersembunyi di tempat gue". Ditempat lain, amara tidak mengetahui jika mulai saat ini dirinya sedang dalam bahaya. *** Saat ini amara sedang berada di ruang administrasi SMA Cahaya Hati. Waktu menunjukan pukul 01.00 dini hari. Dengan memakai setelan serba hitam, ia menyelinap diam diam masuk ke dalam sekolah di saat security sekolah sedang lengah. Melompati pagar sekolah yang terbilang tinggi. Tujuan amara adalah mencuri seluruh data base yang ada di sekolah tersebut. Harapannya agar gadis itu menemukan sesuatu sebagai petunjuk. Menyalakan salah satu komputer yang ada disana, meretas datanya lalu menyimpan di flashdisk. Sambil menunggu proses penyimpanan, amara berinisiatif melihat li