Hari ini hari jum’at, seperti biasanya setiap hari jum’at sepulang sekolah Shagun menuju JM Smart untuk les privat. Seperti hari selasa lalu, kali ini ia juga membawa makan siang untuk dirinya sendiri dan untuk Jasmine.
“Hai, Shagun.” Sapa Mira saat Shagun melewati ruangannya.
“Hai juga, Bu Mira.” Sahut Shagun seraya tetap melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan Jasmine.
‘Tok tok tok.’
Shagun mengetuk pintu ruang kerja Jasmine sebelum ia masuk. “Hai, Kak Jasmine.” Sapa Shagun seraya mendorong pintu agar ia bisa masuk ke ruangan Jasmine.
“Shagun?!” Jasmine berdiri dari kursi kerjanya. Ia menyentuh keningnya karena ia lupa bahwa hari ini adalah jadwal ia memberi les privat ke
Sepulang dari restoran sampai menuju tempat bimbingan belajar miliknya, Jasmine terus saja teringat dengan Jagat yang tak memperdulikannya saat tadi di restoran. Apalagi ia juga melihat bahwa Jagat tak sedang makan sendiri. Pria itu pergi dengan seorang perempuan yang tak kalah cantik dari dirinya. Mendadak seperti ada sebuah benda yang menghujam dadanya hingga ia merasa sangat sesak dan sulit untuk bernafas. Rasanya ia juga ingin menangis melihat kenyataan bahwa ternyata Jagat tak benar-benar mencintainya, padahal saat itu berkali-kali Jagat sudah menyatakan cinta kepadanya.“Jadi ternyata ungkapan cinta Pak Jagat yang beberapa kali sudah dia katakan padaku itu adalah cinta palsu. Apa maksudnya? Jika dia benar-benar cinta sama aku harusnya nggak segampang itu dia melupakan cintanya sama aku kan. Hanya selang dua bulan masa iya dia udah gandeng perempuan lain. Segampang itukah dia move on? Astaga, dasar duda menyebalkan!” gerutu Jasmine.“Sudah. Lupak
“Ada apa, Joana? Kita tidak perlu bersikap seperti ini karena ini bisa merusak citra saya. Untung saja klien kita belum datang, jadi mereka tidak bisa melihat kekonyolan kita ini.” Ucap Jagat setelah ia dan Joana masuk ke sebuah ruangan privat di resto.“Bapak lupa kalau demi agar Bapak dekat sama perempuan yang Pak Jagat sukai, saya sampai rela bohongin pria tadi?! Saya kan dulu itu pura-pura hamil, Pak. Masa iya sekarang saya malah jalan sama Pak Jagat, nanti dikiranya saya ini istrinya Pak Jagat atau perempuan yang punya hubungan sama Bapak.”“Memangnya kenapa? Pria itu kan tidak kenal sama kita, Joana! Lagipula apa hubungannya kamu bohong tentang kehamilan kamu waktu itu sama pertemuan kita sama mereka?” Wajah Jagat masih tegang karena belum menyadari apa yang sudah terjadi.“Ada hubungannyalah, Pak.” Joana menatap Jagat dengan pandangan frustasinya.“Masalahnya tadi siang saya perhatikan perempuan
“Hai, aku Joana. Kamu temannya Jagat?” Joana mulai membuka suaranya. Ia begitu ramah menyapa Jasmine.“Bukan, dia bukan temanku. Dia adalah guru les privatnya Shagun.” Jagat menjawab pertanyaan yang Joana tunjukan untuk Jasmine sebelum Jasmine sempat menjawabnya.Mendengar kalimat Jagat tentu saja membuat Jasmine semakin kesal. Meskipun yang Jagat katakan itu benar namun tak seharusnya pria itu langsung menjawab demikian. Itu sangat melukai hatinya.Sebisa mungkin Jasmine mengendalikan emosinya agar tak terpancing oleh ucapan Jagat. Ia mengatupkan bibirnya dan menggenggam tali tasnya begitu kuat sebagai pelampiasan amarahnya untuk Jagat.“Cantik ya, masih muda lagi. Aku harap kamu nggak tergoda sama ....”“Jasmine. Namanya Bu Jasmine, aku biasa memanggilnya seperti itu,” sela Jagat.“Bu Jasmine, nama yang cantik, secantik orangnya. Dan aku harap kamu nggak tergoda sama Bu Jasmine kalau Bu
Akhir pekan pun tiba, hari ini terakhir Jasmine mengajar di sekolah dan di tempat bimbelnya. Hari ini juga jadwalnya ia memberikan bimbingan belajar Shagun.Untuk kesekian kalinya Shagun datang ke JM Smart untuk les privat dengan Jasmine karena Jasmine masih tak ingin datang ke rumah Shagun.Sedari tadi Jasmine ingin bertanya pada Shagun tentang Jagat dan perempuan yang akan menjadi ibu sambung Shagun bernama Joana itu, namun setelah beberapa kali menimbang-nimbang ia pun akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Shagun.“Ada apa, Kak?” tanya Shagun. Ia merasa jika guru les privatnya itu bertingkah aneh karena sedari tadi terus saja memandang ke arahnya.“Nggak kok, kamu teruskan saja belajarnya,” ucap Jasmine.“Kak Jasmine ada masalah atau mau ada yang Kak Jasmine tanyakan sama aku?” tanya Shagun.“Enggak kok. Ya udah, kamu lanjutkan belajarnya ya.” Jasmine mengulas senyumannya untuk S
Jasmine menormalkan detak jantungnya dulu sebelum ia keluar dari taksi yang ia tumpangi. Selama lima menit ia tetap bertahan duduk di dalam taksi hingga ada seorang pelayan yang menghampiri dengan mengetuk jendela di sisinya.Dengan terpaksa Jasmine keluar dari taksi setelah membayar ongkos taksinya.“Tuan dan Ibu Joana sudah menunggu Anda di dalam, Bu Jasmine.”“Iya,” sahut Jasmine.Perasaan Jasmine mulai tak nyaman ketika ada beberapa pelayan yang menyambutnya dan menggiringnya memasuki rumah mewah itu.“Hai, Bu Jasmine.” Sapa Joana dengan senyumannya, ia lalu berjalan mendekat untuk memeluk tubuh Jasmine.“Akhirnya kamu datang juga. Saya kira kamu nggak akan datang,” sambung Joana.“Saya sudah diundang, mana mungkin saya tidak datang,” ucap Jasmine.“Selamat datang Bu Jasmine,” sapa Jagat yang berdiri
“Saya memang mencintai kamu, Jasmine. Selama ini hanya kamu yang bisa membuat jantung saya berdebar setelah saya kehilangan Aakriti. Perasaan saya sama kamu itu serius.”“Lalu bagaimana bisa kamu berhubungan dengan Joana?! Kalian bahkan sudah saling mengenal dari dulu, kalian satu kantor dan Joana juga sudah sangat dekat dengan Shagun dan orangtua Anda.”“Saya nggak punya hubungan apapun sama Joana selain hubungan antara atasan dan karyawan,” ucap Jagat.“Apa?” gumam Jasmine. Ia menjauhkan tubuhnya dari dekapan Jagat. Ia menatap Jagat dengan kening yang mengkerut. Ada segudang pertanyaan di dalam benaknya.“Mana mungkin? Kalian sudah begitu mesra dan mengenal baik—““Aku akan menjelaskan semuanya sama kamu.” Jagat memotong kalimat Jasmine dan menarik tangan Jasmine kembali menuju ke ruang tengah.“Duduk dulu.” Jagat mendudukan Jasmine di sebelanny
Jasmine masuk ke rumah dengan perasaan dongkolnya. Ia masih tak menyangka jika ia berpacaran dengan Jagat. Meskipun ia tak berkata ‘iya’ untuk menyetujui Jagat, namun tetap saja Jagat sudah menganggap kalau mereka saat ini sedang berpacaran.“Jasmine, kamu udah pulang?” tanya Mardina saat Jasmine sampai di ruang tengah.Keluarga Jasmine memang senang berkumpul di ruang tengah. Sejak dulu ruang tengah selalu menjadi tempat favorit untuk keluarganya. Setelah sibuk dengan rutinitas di laur rumah anggota keluarga biasanya akan berkumpul untuk mengobrol satu sama lain agar kedekatan dan keharmonisan keluarga tetap terjaga.“Iya, Ma.” Jasmine menghempaskan tubuhnya di atas sofa.“Gimana acaranya tadi?” tanya Benjamin.“Ya cuma gitu-gitu aja kok, nggak ada yang istimewa,” sahut Jasmine.“Tapi kok muka kamu kelihatan bete gitu?” tanya Benjamin.“Ya kan dari aw
Sepertinya keputusan Jasmine untuk menerima Jagat adalah keputusan yang buruk. Ia pikir setelah membiarkan Jagat menjadi kekasihnya, semua teror dalam hidupnya berakhir tapi nyatanya semua itu akan lebih parah.Dulu Jasmine merasa bahwa ucapan cinta dan pendekatan ekstrim yang dilakukan Jagat padanya sudah bagaikan teror yang mengancam ketenangan hidupnya. Belum lagi gejolak dalam diri Jasmine sendiri telah berhasil meneror Jasmine hingga hidupnya merasa tak tenang. Semakin ia menyangkal perasaannya pada Jagat, ia malah semakin terteror dengan perasaannya sendiri.Kini setelah Jasmine menerima Jagat sebagai kekasihnya meskipun belum sepenuhnya iklas, ia pikir Jagat akan berhenti menerornya. Tapi tidak, kini Jagat malah semakin meneror dirinya. Bagaimana tak merasa terteror jika saat ini mobil Jagat sudah terparkir di depan gedung bimbelnya. Jagat sama sekali tak mengindahkan ucapannya tadi pagi yang melarangnya untuk tak menjemputnya lagi.Meskipun Jasmine