Beberapa karyawati sedang berkumpul di pantri, baju mereka terkalung sebuah kartu identitas yang bertuliskan Nadrika Group. Mereka sedang asyik mengobrol tentang sesuatu.
“Hei, kudengar perusahaan kita berhasil mengakuisisi Perfetti Apparel. Aku tidak mengiranya sama – sekali.”
Ia berbicara dengan antusias, rasa bangga tergambar di wajahnya.
Tidak ada yang pernah memperkirakan Nadrika Group berhasil mengakuisisi Perfetti Apparel, karena perusahaan tersebut cukup besar dan mandiri tanpa perlu bergabung dengan perusahaan lain.
Sahamnya juga sangat stabil sejak perusahaan itu didirikan. Bahkan, beberapa selebritas terkenal menjadi brand ambassador tetap.
Reputasinya yang tidak main – main ini membuat heran sebagian orang, mengenai alasan dibalik Perfetti Apparel yang mau bergabung dengan Nadrika Group.
“Memang benar, perusahaan kita sejak dipegang oleh Pak Satya menjadi lebih maju. Kalian anak – anak baru belum merasakan bagaimana perusahaan ini sebelum dipimpin oleh Pak Satya.”
Tiba – tiba seorang perempuan berpakaian berantakan dan berkacamata tebal berbicara. Dia sedang membuat kopi tepat di samping para karyawati itu berdiri. Jika ia tidak berbicara, tidak ada yang menyadari kehadirannya sama – sekali.
“Siapa dia?”
Salah seorang diantara mereka berbisik, yang kemudian dijawab dengan menghendikkan bahu, tanda tidak mengerti.
“Hari ini hari pertama kerja kalian, kan. Perkenalkan saya Andini, kepala manajer bagian keuangan di sini.”
Mereka bertiga serentak meminta maaf kepada Bu Andini, sambil membungkukkan kepala. Bu Andini hanya tersenyum, dia sadar penampilannya tidak mencerminkan seorang kepala manajer.
”Ah, tidak apa – apa. Lagipula, ini hari pertama kalian bekerja.”
“A – anu, memangnya bagaimana keadaan perusahaan sebelum dipegang oleh Pak Satya?”
“Yah, keuangan berantakan, saham kita tidak stabil, serta reputasi perusahaan juga tidak terlalu baik. Sebelumnya, Nadrika Group hanya membawahi perusahaan pakaian yang kecil dan tidak terkenal.”
“Wah, Pak Satya sepertinya orang yang hebat.”
“Dia memang orang yang hebat. Bahkan, dia memiliki wajah yang tampan. Kalian yang melihatnya pasti langsung jatuh cinta,” ucapnya sambil tertawa dan kembali tertawa melihat wajah mereka yang berbinar kagum,” kalian bisa bertemu dengannya nanti. Karena itu cepat kembali ke posisi kalian. Pak Satya menyukai orang yang kompeten.”
“Baik Bu, kami permisi dahulu.”
Mereka bertiga merunduk pamit dan meninggalkan pantri dengan wajah senang.
Bu Andini menyeruput kopi perlahan sambil menatap kepergian para karyawati, dia tersenyum berharap atmosfir baru akan berubah di perusahaan ini.
Tak lama kemudian, ponselnya berdering dengan nama Nata yang terpampang di atas layar. Bu Andini pun segera mengangkatnya.
“Halo, ada apa Pak?”
“Bu, mohon maaf menganggu waktunya. Ada beberapa file yang harus di cek, Pak Satya menginginkan laporannya setiba di kantor nanti.” ucapnya dengan tergesa - gesa.
“Saya mengerti, Pak. Saya akan menyelesaikannya segera.”
“Baik Bu, terimakasih banyak. Saya tutup teleponnya.”
Telepon ditutup dengan sepihak, Bu Andini mengembalikan ponsel ke saku, lalu segera pergi menuju ke ruangannya.
Yah, meskipun sekarang tetap sibuk. Setidaknya kali ini berbeda, gumamnya sambil tersenyum simpul.
Sebelumnya, Bu Andini menjabat sebagai karyawati biasa. Atasannya yang dulu memiliki sifat dan temperamen yang buruk.
Dia suka memberikan perintah dengan nada yang tinggi. Jika semuanya sudah selesai, dia akan mengakui semua adalah hasil kerjanya.
Untunglah segera setelah Pak Satya menjabat, beliau mengganti pegawai yang tidak kompeten dan korup. Salah satunya adalah mantan Kepala Manajer Keuangan, yang kemudian diganti dengan Bu Andini.
Pak Satya menyadari dengan cepat kemampuan Bu Andini dan mempercayakan jabatan kepala manajer keuangan kepadanya.
Suasana kantor sedang di puncak kesibukan, mereka mempersiapkan file laporan untuk diserahkan kepada CEO yang baru.
Karena dari kabar burung yang beredar, CEO yang baru selalu menuntut untuk hasil yang sempurna di setiap tugas yang diberikan.
Ketika semua sibuk dengan pekerjaannya masing – masing, suara atasan mereka memecah keheningan untuk memberitahukan kedatangan Pak CEO, Satya Sura Nadrika.
“Sebentar lagi, Pak CEO akan datang. Dimohon semua pegawai berkumpul di aula rapat.”
Mereka pun segera mengakhiri pekerjaanya dan berjalan bersama menuju tempat yang disebutkan.
Di sana sudah berkumpul karyawan – karyawati dari berbagai divisi, mereka mengobrol dengan antusias mengenai rapat besar kali ini.
Tak lama kemudian, datang seorang lelaki memasuki aula rapat. Badannya yang tegap, wajahnya sangat menawan, serta rambut hitamnya yang tertata apik menambah aura elegannya.
Kedatangannya sendiri membuat suasana ruangan menjadi hening, seakan semua orang tahu dia adalah CEO perusahaan ini meskipun belum pernah melihat wajahnya.
Dia lalu berdiri di hadapan semua orang, diikuti oleh seseorang di belakangnya yang tak kalah tampan. Membuat kaum hawa yang berada di ruangan menjadi lebih fokus ke depan.
“Terimakasih, sudah menyempatkan waktu untuk menghadiri pertemuan kali ini. Perkenalkan saya adalah Satya Sura Nadrika, CEO baru di perusahaan ini. Mungkin hanya sedikit orang yang mengetahui wajah saya. Karena itu, saya meminta maaf baru bisa tampil secara resmi.”
Suaranya yang dalam dan sedikit serak, menambah poin untuk pesonanya.
“Di sini saya hanya memberikan sambutan sedikit saja. Mungkin kalian semua sudah tahu kabar mengenai perusahaan kita yang mengakuisisi Perfetti Apparel, berkat itu nama perusahaan kita semakin baik. Karena itu, saya mohon kerjasamanya untuk masa depan perusahaan kita.”
Ucapan dari Pak CEO mendapat sambutan meriah diruangan, semua orang serentak bertepuk – tangan.
“Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai pengembangan rencana proyek kita yang terbaru, akan dijelaskan oleh sekretaris saya. Saya akan pamit terlebih dahulu, terimakasih banyak.”
Setelah Pak CEO keluar, sekretarisnya maju memperkenalkan diri sebagai Nata. Yang dilanjutkan dengan mempresentasikan proyek yang sedang mereka kerjakan.
Sebagian dari mereka masih memasang wajah penasaran, karena kemunculan Satya yang mendadak. Bahkan, setelah muncul pun hanya memberi sedikit sambutan, lalu segera pergi.
Seseorang yang begitu sempurna. Memiliki wajah tampan, kecerdasan di atas rata - rata serta kekayaan yang cukup untuk hidup mewah selama tujuh turunan adalah tiga fakta mengenai dirinya. Selain itu, tidak ada lagi yang diketahui oleh mereka.
Tidak banyak orang yang tahu, siapa sebenarnya sosok dibalik CEO mereka yang terlampau sempurna itu. Mereka melupakan fakta bahwa manusia adalah sosok yang penuh dengan kekurangan. Sehingga, sosok yang terlampau sempurna bukanlah manusia itu sendiri.
Satya Sura Nadrika adalah makhluk legenda yang sudah hidup selama seribu tahun. Makhluk setengah manusia dan setengah lembu yang terkenal akan kutukannya untuk menghancurkan sebuah tempat. Di dalam legenda ia sudah mati terkubur dalam sumur, namun kenyataanya ia masih hidup hingga saat ini.
Ia hidup menyendiri, hanya sedikit orang yang tahu dan mengenal tentang dirinya. Hingga setelah sepuluh abad berlalu, dia secara mendadak memutuskan untuk muncul di kalangan para manusia.
Dia berganti - ganti profesi untuk menutupi jejaknya, kemudian memutuskan untuk menjadi CEO di Asta Group. Perusahaan tersebut merupakan salah satu dari sekian banyaknya aset yang dimiliki oleh keluarga yang melayani dirinya selama turun - temurun.
Segera setelah dia menjabat, nama perusahaan diganti sesuai dengan nama belakangnya, menjadi Nadrika Group seperti sekarang ini. Pamor perusahaan setelah ia pimpin menjadi meroket, membuat para saingan bisnisnya menjadi kewalahan.
Mereka yang penasaran pun menyelidiki latar belakang hidupnya, karena tidak ada seorang pun yang mengenali sosoknya, bahkan di antara para konglomerat tidak ada yang tahu soal marga Nadrika.
Penyelidikan tersebut hanya memperjelas fakta bahwa Satya adalah orang yang berbakat. Seorang lulusan terbaik dari universitas ternama di dunia, tidak ada catatan kejahatan, tidak ada skandal yang menyangkut tentang dirinya, semuanya sempurna tanpa cacat. Mereka tidak menemukan kekurangan untuk menjatuhkan Satya.
Setelah usaha tersebut tidak berhasil, mereka mencoba untuk membunuh Satya. Akan tetapi, orang yang mereka kirimkan untuk membunuh Satya, tidak ada yang kembali. Semuanya menghilang tanpa jejak. seakan keberadannya dihapus dari muka bumi.
Dua jam lamanya, rapat itu berlangsung. Kebanyakan dari mereka aktif berdiskusi. Setelah dirasa cukup, Nata segera mengakhiri rapatnya dan meminta kepada para karyawan untuk segera mengerjakan bagiannya masing – masing. Nata membereskan berkas yang ia bawa, sambil mencuri dengar apa yang dibicarakan oleh para karyawati. “Kyaa, Pak CEO memang sangat tampan. Apa kalian melihatnya? Wajah dan badan yang beliau miliki begitu sempurna. Aku sampai susah untuk mengalihkan pandangan.” “Ah, benar kata Bu Andini, Pak CEO sangat tampan. Kurasa sekarang aku akan mengidolakannya. Sayang sekali, Pak CEO hanya sebentar saja di sini.” “Tapi, Pak Sekretaris juga tampan. Jika Pak CEO memiliki aura yang berbahaya, maka Pak Sekretaris memiliki aura lembut dan menenangkan. Mereka berdua kombinasi yang cocok.” timpal yang lain. Mendengar kata ‘tampan’ yang ditujukan kepada dirinya membuat Nata senang. Nata berpura – pura batuk untuk memberitahu bahw
Nata sibuk memilah – milah profil lamaran yang lolos seleksi tahap pertama hari ini. Matanya tertuju pada profil yang mendapatkan nilai tertinggi. Disitu tertulis bahwa pengalaman bekerjanya sudah 5 tahun di sebuah PT yang cukup ternama."Perusahaan di sana setahuku punya gaji yang cukup tinggi, mengapa dia memilih untuk pindah bekerja kesini? Hmm.. menarik." gumam Nata.Setelah selesai memilahnya, Nata segera berdiri untuk menuju ruangan bosnya. Ia mengetuk perlahan, kemudian terdengar suara mempersilahkan dari dalam. Nata masuk dan menyerahkan berkas lamaran yang sudah ia pilih.“Oh, kamu sudah menyelesaikannya. Biar aku lihat.” Satya membaca dokumen yang diberikan satu persatu, kemudian dahinya berkerut pertanda ada yang tidak beres.“Kenapa hanya fresh – graduate yang melamar? Apakah tidak ada yang sudah memiliki pengalaman bekerja? Kamu tahu, kita membutuhkan sekretaris yang berpengala
Keesokan harinya, hari dimana seleksi tahap kedua dimulai. Sekitar 20 orang lolos ke tahap wawancara. Satu per satu dari mereka dipanggil untuk memasuki ruangan, kemudian tiba nama seorang perempuan dipanggil.“Ibu Dewi Lasmana, silahkan untuk memasuki ruangan.” ucap perempuan yang bertugas memanggil calon karyawan. Yang dipanggil bangkit dari tempat duduk dan berjalan dengan percaya diri memasuki ruangan.Dewi membungkukkan badan dengan hormat, sebelum duduk di hadapan para penguji. Disana sudah duduk Satya dengan sekretarisnya, Nata.“Selamat pagi, Ibu Dewi. Selamat sudah lolos dari ujian tertulis dengan skor tertinggi.” Nata mengawali pembicaraan, sedangkan Satya hanya terdiam memandangi wajah Dewi.Dia lebih cantik dari yang terlihat di foto, Pandangan Satya terfokus pada bibir tipis milik Dewi yang berwarna merah ranum, mengingatkan Satya pada buah ceri. Dan entah mengapa membuat Satya penasaran, apakah rasanya seenak penampil
Di ruangannya, Satya sedang sibuk membuat rencana agar proyek yang sedang dijalani sekarang berlangsung lancar. Sudah ada beberapa investor yang tertarik dengan proyek terbarunya.Mengingat proyek sebelumnya berjalan dengan lancar dan menghasilkan keuntungan berarti bagi perusahaan. Bahkan, ia berhasil ‘menundukkan’ salah satu perusahaan pakaian yang cukup besar, yaitu Perfetti Apparel.Tidak ada hal khusus yang menyebabkan Perfetti Apparel mau diakuisisikan ke perusahaanya. Toh, mereka sudah memiliki segalanya. Saat Satya bertanya kepada pemimpin Perfetti Apparel, dengan santai beliau menjawab, Perfetti Apparel mengakui kemampuan Satya sebagai CEO karena ide – ide untuk proyeknya sangat out of the box. Dengan kata lain, Perfetti Apparel simpel mengikutinya karena mengakui kemampuan Satya. Dan kepercayaan bahwa, jika ia di bawah kepemimpinan Satya, perusahaannya akan semakin maju dan stabil.Nadrika group sendiri membawahi bebe
Segera setelah sampai di dalam rumah, Dewi langsung melemparkan dirinya ke atas kasur. Dia menghela nafas pasrah mengenai hasil wawancara kerjanya. Mungkin, jika lowongan pekerjaan kali ini tidak diterima, ia akan banting stir untuk berdagang. Apapun akan ia lakukan agar dapat bertahan hidup. Pikirannya melayang mengenai masalah yang sudah ia alami berkali – kali. Seakan, dia tidak dibiarkan untuk beristirahat dari masalah yang sudah menimpanya. Mulai dari masalah dengan perusahaan lama tempat ia bekerja dulu hingga masalah mengenai mantan kekasihnya yang memiliki perempuan lain di belakangnya. Jika ingin jujur, sebenarnya Dewi merasa lelah dan putus asa. Namun, ia dipaksa bangkit lagi oleh keadaan. Jika ia menyerah, maka ia tidak bisa bertahan hidup. Itu prinsip yang dipegang Dewi selama hidupnya. Tak lama, ponselnya berdering, menandakan ada telefon yang masuk. Dewi terbangun, lalu mengambil ponsel yang terletak di nakas samping tempat tidur.
Hari ini adalah hari pertama Dewi bekerja di Nadrika Group. Ia berangkat 20 menit sebelum jam kerjanya dimulai.Selain untuk mengantisipasI adanya macet di jalan, Dewi adalah tipe orang yang disiplin terutama mengenai waktu. Sebisa mungkin, ia datang 10 menit lebih awal di kantor.Setibanya di kantor, Dewi diarahkan menuju meja Nata, Sekretaris Utama Nadrika Group. Nata sepertinya datang lebih awal, melihat ia sudah sibuk dengan tumpukan dokumen di atas mejanya.“Selamat pagi, Pak.” Dewi menyapanya dengan sopan, yang membuat Nata berhenti dari pekerjaanya sejenak.“Oh, kamu sudah datang. Maaf, aku tidak mendengar kedatanganmu.”“Tidak masalah, Pak.”“Silahkan duduk disini, Bu. Pekerjaan kita sangat banyak,” ucapnya sambil mempersilahkan Dewi untuk duduk disampingnya. Dewi pun segera duduk, Nata memindah setengah dari tumpukan dokumen yang berada di atas mejanya.“Kita harus m
Setelah waktu istirahat selesai, para karyawan kembali bekerja. Kemudian Nata pergi memperkenalkan Dewi sebagai sekretaris baru kepada karyawan lain dari setiap divisi. Setelah berkunjung dari satu divisi ke divisi yang lain, mereka berdua tiba di divisi terakhir, yaitu divisi pemasaran. “Selamat siang semuanya. Perkenalkan ini adalah Dewi Lasmana, sekretaris baru yang bekerja di perusahaan kita.” Dewi pun membungkukkan kepalanya sedikit, lalu memandang suasana kantor divisi pemasaran. Mereka semua terlihat memperhatikannya dengan saksama. Dewi pun tersenyum manis, lalu berkata,”Selamat kenal semuanya. Tolong kerjasama untuk ke depannya.” Diantara para karyawan tersebut, Neta memandang Dewi dengan tatapan dingin. Mencoba menyangkal kenyataan bahwa Dewi lebih cantik daripada Dilla. Setelah mereka berdua pergi, Neta tersenyum sinis. “Ck, karyawan baru kok datangnya terlambat.” sindirnya sambil melihat punggung Dewi yang semakin menjauh.
Para karyawan dari setiap divisi berkumpul di aula rapat. Sebagian besar dari mereka tidak mengetahui alasan terjadinya rapat mendadak. Bahkan kepala divisi pun tidak tahu, mereka menebak – nebak alasan dilakukannya rapat di tengah kesibukan menyiapkan proyek baru.Kemudian datang Satya dengan didampingi kedua sekretarisnya, Nata dan Dewi. Nata berdiri di samping Satya di depan, sedangkan Dewi memilih duduk berbaur di antara yang lain.Nata segera mempersiapkan file yang akan dimunculkan dalam layar LCD di depan. Dalam waktu sesingkat itu, ia berhasil menyusun presentasi yang cukup baik.“Selamat sore, teman – teman. Mohon maaf, menganggu kesibukan kalian,” Satya menjeda ucapannya dan melihat keseluruh ruangan rapat,”ada kabar buruk mengenai proyek terbaru kita kali ini.”Setelah ucapan Satya selesai, Nata memunculkan berita mengenai perusahaan saingan yang menluncurkan produk baru. Mereka semua langsung terkejut, sekal