Keesokan harinya, seperti biasa bianca masih datang pagi karena ada kelas di jam pertama. Wajah bianca nampak pucat dan tak bersemangat seperti biasanya, bahkan sapaan yang diberikan pada pak dudung pun hanya sekedar senyuman simpul. Dan lagi hari ini bianca juga harus mengajar di salah satu mata kuliah, sebagai pengganti seperti biasanya.Hampir semua orang yang berpapasan atau melihat bianca dari kejauhan selalu berbisik - bisik. Sebenarnya dia tak terlalu ambil pusing untuk masalah itu, hanya saja terkadang hal seperti itu justru sangatlah mengganggunya. Terutama saat dia mengisi perkuliahan tadi, hampir seisi kelas berbisik - bisik entah mengenai hal apa. Mungkin karena kejadian kemarin atau mungkin ulah angeline lainnya.Dan pada akhirnya perkuliahan itu hanya bertahan tiga puluh menit dengan dominasi pembagian tugas seperti biasanya. Bianca sudah tak mau ambil pusing untuk masalah itu, yang jelas dia sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.Saat sedang berjalan dari kamar mandi
Karena sudah tak memiliki kesibukan lain selain kuliah dan menjadi asisten dosen, bianca akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktunya di perpustakaan fakultas. Dia berencana mengerjakan tugas kuliahnya sambil mengecek email tugas yang masuk. Setidaknya ada sesuatu pekerjaan yang bermanfaat. Dia tak akan menghabiskan waktu berharga untuk berdiam diri dirumah dan memikirkan semua kejadian yang terjadi akhir - akhir ini.Tadi bianca sudah mengambil beberapa buku referensi untuk tugasnya. Setelah itu, dia mulai menyalakan laptopnya. Sayangnya, saat menekan tombol power tak ada yang terjadi dengan laptop bianca.Laptopnya tidak menyala atau pun mengeluarkan tanda - tanda apapun. Sejenak kedua alis bianca saling bertautan. Dia akhirnya mengingat kejadian terakhir kali itu sempat membuat laptopnya terjatuh dengan keras. Mungkin ini adalah penyebabnya.Bianca mulai mencari kerusakan yang mungkin berada di luar laptopnya. Dia membolak - balikkan laptopnya sambil terus berusaha mencari mungk
‘Dasar bodoh!! Masih aja keras kepala!’Maki tyaga selama melihat bianca yang terus bertahan dengan tak menyentuh laptop miliknya tadi. Dia benar - benar kesal dan mulai kehabisan stok kesabaran untuk menghadapi bianca.Bagaimana tidak, lihat lah sekarang ini bianca masih memilih menyulitkan dirinya sendiri dengan menyalin beberapa bagian penting untuk mengerjakan tugas dengan menulis daripada mengetiknya. Tadinya tyaga ingin sekali kembali menghampiri meja bianca tapi dia urungkan dan lebih memilih melihat dari kejauhan saja.Hingga tak terasa matahari mulai tenggelam. Karena terlalu fokus bianca tak menyadari bahwa hari sudah berganti sore. Kemudian dia membereskan buku - bukunya ke dalam tas hingga menyisakan laptop milik tyaga. Gadis itu bingung harus melakukan apa pada laptop tyaga. Dia ingin mengembalikan tapi tak memiliki nomor ponsel pria itu. Mau tak mau akhirnya bianca membawa serta laptop tyaga masuk ke dalam tasnya. Setelah itu bianca berjalan kaki menuju ke arah halte un
Bianca bangun dengan kepala yang masih pusing tapi badannya terasa lebih baik dari sebelumnya. Dia melihat ke sekitar dengan tatapan aneh. Seingatnya terakhir saat dia tertidur itu adalah di kursi ruang tamu.Tapi sekarang lihatlah dia bangun di dalam kamarnya dan diatas ranjang.“Kok gue dikamar, ya ?” gumam bianca sambil memijat keningnya. Lalu dia melihat di lengannya ada bekas sebuah suntikan yang sudah ditutup dengan plester. Pikiran bianca semakin kemana - mana. Saat berdiri perlahan untuk melihat ke sekitar kamar, mata bianca menemukan sebuah post it berwarna pink menempel di pintu kamarnya.Gue kunci pintu rumah dari luar.Kalo lo udah sadar jangan lupa hubungi gue di nomor ini 08123456789Gue juga udah siapin makanan dan obat di meja makanBesok pagi gue jemput lo lagi-Tyaga-Begitu tulisan tangan yang ternyata tyaga tinggalkan untuk bianca. Tapi setelah membaca pesan itu bianca tak memiliki minat untuk menghubunginya. Dia berjalan menuju ke arah dapur untuk minum. Dan di a
“Syarat ?” bianca menganggukan kepala.“Oke, katakan.”“Lo mau gue jadi kekasih pura - pura lo kan ? Gue bisa, asal lo nggak deket - deket sama cewek lain, gimana ?”“Jadi maksud lo ?”“Yap! Sesuai dugaan lo. Gue mau pura - pura jadi kekasih lo asalkan lo juga nggak deket sama cewek manapun.”“Nggak bisa gitu dong, bi.”“Yaudah. Kalo gitu gue juga bisa deket sama cowok lain. Beres kan ?”“Nggak!! Itu juga nggak bisa!!” kedua alis bianca mengerut sempurna mendengarnya.“Kalo gue nggak boleh deket - deket sama cewek manapun, itu juga berlaku buat lo!!”“Ya, lo yang aneh. Minta gue jadi kekasih pura - pura tapi masih pengen deket cewek lain. Ini semua buat angeline menjauh kan ?”“...” tyaga terdiam saat mendengar pertanyaan bianca. Padahal kenyataannya bukan seperti itu. Bukan karena angeline. Tiba - tiba saja tyaga melupakan tujuannya mendekati bianca.“Terus gimana ? Darimana angeline percaya kalo lo aja nggak totalitas pura - puranya.” tanya bianca lagi. Dia tak suka dengan sesuatu y
“Enggak, ini buat bianca.”Fareta dan vero tentu saja terheran - heran melihat perubahan sikap tyaga. Hal ini mengingatkan mereka saat masih duduk disekolah menengah dulu. Tyaga pernah berubah seperti sekarang ini karena seorang gadis bernama sama, yaitu bianca. Nama yang sama, memiliki kecantikan yang sama, hanya berasal dari keluarga yang berbeda.Setelah itu, fareta hanya berdehem dan vero melanjutkan kegiatan mabarnya. Sedangkan tyaga sedang sibuk mengobrol dan bersikap sangat manis pada bianca. Sampai - sampai yang melihatnya mungkin sudah terserang penyakit diabetes.Bagaimana tidak, tyaga berusaha menyingkirkan anak rambut bianca yang terlihat mengganggu kegiatan makannya. Dan seakan benar - benar menjalin hubungan, kekasih pura - pura tyaga itu terlihat sangat tenang sambil sesekali tersenyum.Beberapa menit berlalu dan bianca sudah selesai dengan kegiatan makannya. Tyaga masih sesekali mengobrol dengan nada bicara yang membuat perut vero menjadi mual. Seorang tyaga, sahabatny
Setelah seharian bersama, sekarang ini mobil tyaga sudah berhenti tepat didepan rumah bianca.“Aku pulang dulu.” pamit bianca.“...” tyaga hanya diam saja. Lalu saat bianca sudah membuka pintu tiba - tiba tyaga menarik pergelangan tangannya.“Apa ?”“Aku akan menjemputmu setiap hari, bi.”“Nggak usah.”“Kenapa ?”“Karena semua kelasku dimulai pagi. Dan aku yakin jika berangkat bersamamu akan telat.” jawab bianca terakhir kali sambil menarik tangan dan keluar dari mobil tyaga.Sedangkan tyaga hanya diam saja sambil memandangi punggung bianca yang mulai menjauh dari pandangannya. Setelah bianca masuk, tyaga langsung menjalankan mobilnya kembali kerumah.Perjalanan tyaga dari rumah bianca menuju ke rumahnya cukup lama, hampir sembilan puluh menit dia habiskan di jalan ditemani kemacetan yang luar biasa malam ini. Saat mobilnya masuk ke halaman rumah, tyaga menemukan mobil sport milik fareta yang terparkir.Setelah memarkirkan mobilnya, dia turun dan menghampiri sahabatnya itu.“Dari mana
Malam ini bianca terlihat sangat cantik menggunakan dress bermotif bunga dengan perpaduan warna kuning, hijau, dan jingga. Dress sepanjang lutut itu terlihat pas di tubuh bianca dan sangat cocok dengan warna kulit bianca yang putih. Awalnya rambut bianca masih dikuncir kuda, tapi sekarang sudah tidak lagi. Karena tiba- tiba…“Lepaskan ini, bi.” bisik tyaga sambil menarik kunciran rambut bianca begitu saha hingga rambutnya kembali tergerai dengan indah.Walaupun sejak tadi sore mereka kembali bersama setelah perkuliahan usai, tapi tyaga masih saja tak mengajak bianca berbicara. Keduanya masih betah saling diam karena ego dan rasa tak mau kalah yang tinggi.Bahkan saat dengan tiba - tiba tyaga membawa bianca ke mall untuk membeli pakaian yang sekarang ini sudah dipakai olehnya. Meskipun awalnya bianca bingung dengan alasan tyaga membawanya kesana, tapi dia tak berusaha protes. Dalam pikiran bianca, dia mengira mungkin saja karena tempat nongkrong yang dimaksud tyaga salah satu cafe di d