Aku membantu Sarah menurunkan semua belanjaannya. Bi Iyem sudah menanti kami dengan wajah yang sedih.
"Bik!" panggil Sarah dengan memeluk Bi Iyem.
Dua wanita itu berpelukan. Aku hanya bisa memandang mereka dengan tatapan yang kosong. Entah apa yang kurasakan.
Hati mana yang tidak akan sakit ketika anak yang menjadi asuhannya diambil oleh ayahnya. Walaupun pria itu adalah ayah kandungnya sendiri. Lalu kemana dia hampir 4 tahun meninggalkan anaknya. Benar-benar pria yang tidak punya hati.
Kedua wanita itu langsung masuk ke rumah. Sarah nampak kecapaian. Dia duduk di sofa ruan
Bab 36 Kita memang sudah sehati. Setiap kali aku membayangkan dia, wanita yang telah mengisi hariku pasti langsung menelponku. Aku tersenyum. Sambil rebahan dan mengambil posisi yang enak kuangkat panggilan telponnya. "Iya, Sayang," jawabku lembut. Tidak ada suara yang terdengar. Hanya suara isakan tangis Sarah. Dia menangis tersedu. Belum pernah sekalipun aku mendengar Sarah menangis. " Ada apa, Sayang?" tanyaku terperanjat kaget. Kubetulkan posisi bantal tempatku bersender. " Pram, dia tidak mau mengembalikan Arsya dan Atta. Dia minta uang dariku," katanya sambil terisak. Braaaagh…. Tanganku tanpa sadar memukul meja di samping tempat tidur. Ayah seperti apa dia? Ini sudah pemerasan. Tidak bisa dibiarkan. " Kok bisa?" tanyaku ikut emosi. " Dia kan penjudi dan pemabok berat, Pram. Dia nyuruh aku mentransfer sejumlah uang. Apakah dia tega dengan anaknya sendiri. Hu….hu…"kata Sarah disela isak tangisnya. Sesaat aku menghela nafas panjang. Mencoba untuk menahan emosi yang sudah
Bab 37 Ban belakang mobil Sarah mendadak kempes. Aku sangat panik, begitu juga Sarah. Untung tidak terjadi sesuatu yang fatal. Aku segera turun untuk mengecek kondisi ban belakang mobil Sarah.Aku jongkok mencari tahu kenapa bannya mendadak kempes. Astaga ada sebuah paku yang menempel di ban itu. Untung saja aku tidak ngebut.Wajah Sarah nampak pucat. Berkali-kali dia melihat ponselnya. Ada kecemasan di raut mukanya. "Sayang, kita kayaknya harus panggil mobil derek," kataku pada Sarah."Okay. Aku akan memanggil mobil derek untuk membawa mobilku ke bengkel. Tapi bagaimana dengan anak-anak Pram," ujarnya sedih." Setelah mobil diambil mobil derek, kita bisa naik taksi menuju tempat itu," ujarku.Mo
Bab 38 Penangkapan Zul.Suara tembakan terdengar memecahkan kesunyian di tempat itu. Sarah langsung memeluk kedua putranya. Atta dan Arsya sangat ketakutan.Sekelompok pria berpakaian preman sudah mengepung tempat itu. Zul--ayahnya Aska--mendadak pucat pasi ketika mengetahui ada penggerebekan di tempatnya. Dia menatapku sinis. Aku juga balas menatapnya. Laki-laki pecundang yang baru kujumpai."Ada apa, Pram?" tanya Sarah ketakutan."Ada penggrebekan pemain judi, Mom," jawabku seolah tidak mengerti.Sarah bangkit dan menatap Zul dengan linangan air mata. Entah apa yang wanitaku pikirkan tentang laki-laki brengsek itu."Om!?" teriak Arsya melihat Zul dibawa polisi.
Kuyakinkan hati untuk tidak menjawab panggilan dari Santi. Biarlah untuk apa mengenang kembali kisah yang telah lama hilang ditelan ombak. Hanya luka yang dia tinggalkan.Aku segera masuk ke dalam kontrakan dengan langkah mantap. Kuletakkan gawai di atas kasur dan segera mandi agar tubuh ini menjadi segar.Perut ini mendadak lapar. Ada suara dari dalam perut yang memberikan kode untuk segera diisi. Bergegas langkah ini menuju dapur. Mencari telur di dalam kulkas. Kalau nasi tidak ada, belum sempat memasak dari kemaren. Akhirnya mi rebus komplet dengan cabe yang super pedas menjadi pilihan.Sebelum menyantapnya, aku mengambil foto dan mengirimnya ke ponsel Sarah. Siapa tahu dia sudah sembuh dari ngambeknya. Biasanya Sarah akan memberikan komen dengan emoji love yang banyak.
"Agak cepat sedikit ya, Pak Bos," pinta Sarah sambil mengerling manja. Dia duduk di samping dengan memainkan gawainya. Nampaknya pertemuan kali ini memang sangat penting sehingga Sarah harus berpakaian formal."Meeting dengan siapa, Bu Bos?" tanyaku mencoba menguak rasa penasaran."Hari ini aku mau bertemu dengan pengusaha yang mau membuka restoran baru. Aku sangat menginginkan ini. Restoran khusus anak muda," jawabnya."Tapi aku takut, Pram. Mengapa dia mengajak meeting di rumahnya. Bukannya di restoran atau di mana?""Apa?!" tanyaku sambil menginjak rem.Mobil berhenti secara mendadak. Sarah menahan nafas dan berteriak kecil. Untung saja tidak di jalan yang rame. Kecerobohanku hampir saja mem
Mobil memasuki sebuah rumah yang lumayan bagus di daerah Blok M. Kami akan menjemput Aska. Anak remaja itu lebih suka menghabiskan waktunya di rumah tantenya.Tante Aska mempunyai anak yang seumuran dengan Aska. Sehingga anak itu senang bermain di sana.Aku masih penasaran dengan berita bagus yang akan disampaikan Sarah kepadaku. Kira-kira apa ya?" Mommy?!" teriak Aska ketika melihat kehadiran kami.Adik Sarah menyambut kami dengan senyuman. Usianya sekitar 30 tahun. Aku tersenyum dan membungkuk hormat. Sebuah peran harus dimainkan lagi."Silahkan duduk, Mas!" sapa adik Sarah."Terima kasih, Mbak," jawabku.A
Bab 42Sebelum mengatakan sesuatu Sarah menatapku polos. Ada binar di matanya. Aku tidak pernah mengerti arti tatapan matanya. Hanya yang kulihat mata itu penuh cinta.Segera kupalingkan wajah ke arah lain. Ternyata tiga pasang mata juga memperhatikan segala tingkah dan gestur tubuhku."Yuk, makan dulu!" ucap Sarap kemudian.Sarah melayani anak-anak dengan kasih. Dia juga tak segan mengambil lauk untukku. Sudah seperti keluarga yang komplet. Mampukah aku menjadi bagian dalam keluarga Sarah?Sambil makan, sesekali kami bercerita tentang segala hal. Melihat kelucuan Atta aku sempat tertawa. Alangkah bahagianya andaikan semua ini cepat terwujud tanpa ditutupi."Perkedelnya enak,Pram," kata Sarah de
Bab 43 Keinginan AskaMinggu pagi yang cerah, aku membuka mata dengan berat. Kuraba Sarah yang semalam tidur di sampingku. Dia telah pergi.Semalam telah terjadi pergulatan hebat yang membuat diriku semakin tergila-gila. Sarah memang berpengalaman dalam urusan ranjang. Dia mencoba mengajari permainan baru.Hmmm. Aku tersenyum puas. Kerinduan yang lama terpendam sudah pecah telur semalam. Permainannya semakin beringas. Wanita itu memberikan madu yang sangat manis.Aku segera bangkit untuk membersihkan diri. Hari ini aku ada janji dengan Aska untuk menemaninya main footsal.Ketika keluar kamar, Aska sudah menunggu di ruang tamu. Remaja itu sudah berpakaian olah raga. Wajahnya bersinar nampak bahagia.