Bab 38 Penangkapan Zul.
Suara tembakan terdengar memecahkan kesunyian di tempat itu. Sarah langsung memeluk kedua putranya. Atta dan Arsya sangat ketakutan.
Sekelompok pria berpakaian preman sudah mengepung tempat itu. Zul--ayahnya Aska--mendadak pucat pasi ketika mengetahui ada penggerebekan di tempatnya. Dia menatapku sinis. Aku juga balas menatapnya. Laki-laki pecundang yang baru kujumpai.
"Ada apa, Pram?" tanya Sarah ketakutan.
"Ada penggrebekan pemain judi, Mom," jawabku seolah tidak mengerti.
Sarah bangkit dan menatap Zul dengan linangan air mata. Entah apa yang wanitaku pikirkan tentang laki-laki brengsek itu.
"Om!?" teriak Arsya melihat Zul dibawa polisi.
Kuyakinkan hati untuk tidak menjawab panggilan dari Santi. Biarlah untuk apa mengenang kembali kisah yang telah lama hilang ditelan ombak. Hanya luka yang dia tinggalkan.Aku segera masuk ke dalam kontrakan dengan langkah mantap. Kuletakkan gawai di atas kasur dan segera mandi agar tubuh ini menjadi segar.Perut ini mendadak lapar. Ada suara dari dalam perut yang memberikan kode untuk segera diisi. Bergegas langkah ini menuju dapur. Mencari telur di dalam kulkas. Kalau nasi tidak ada, belum sempat memasak dari kemaren. Akhirnya mi rebus komplet dengan cabe yang super pedas menjadi pilihan.Sebelum menyantapnya, aku mengambil foto dan mengirimnya ke ponsel Sarah. Siapa tahu dia sudah sembuh dari ngambeknya. Biasanya Sarah akan memberikan komen dengan emoji love yang banyak.
"Agak cepat sedikit ya, Pak Bos," pinta Sarah sambil mengerling manja. Dia duduk di samping dengan memainkan gawainya. Nampaknya pertemuan kali ini memang sangat penting sehingga Sarah harus berpakaian formal."Meeting dengan siapa, Bu Bos?" tanyaku mencoba menguak rasa penasaran."Hari ini aku mau bertemu dengan pengusaha yang mau membuka restoran baru. Aku sangat menginginkan ini. Restoran khusus anak muda," jawabnya."Tapi aku takut, Pram. Mengapa dia mengajak meeting di rumahnya. Bukannya di restoran atau di mana?""Apa?!" tanyaku sambil menginjak rem.Mobil berhenti secara mendadak. Sarah menahan nafas dan berteriak kecil. Untung saja tidak di jalan yang rame. Kecerobohanku hampir saja mem
Mobil memasuki sebuah rumah yang lumayan bagus di daerah Blok M. Kami akan menjemput Aska. Anak remaja itu lebih suka menghabiskan waktunya di rumah tantenya.Tante Aska mempunyai anak yang seumuran dengan Aska. Sehingga anak itu senang bermain di sana.Aku masih penasaran dengan berita bagus yang akan disampaikan Sarah kepadaku. Kira-kira apa ya?" Mommy?!" teriak Aska ketika melihat kehadiran kami.Adik Sarah menyambut kami dengan senyuman. Usianya sekitar 30 tahun. Aku tersenyum dan membungkuk hormat. Sebuah peran harus dimainkan lagi."Silahkan duduk, Mas!" sapa adik Sarah."Terima kasih, Mbak," jawabku.A
Bab 42Sebelum mengatakan sesuatu Sarah menatapku polos. Ada binar di matanya. Aku tidak pernah mengerti arti tatapan matanya. Hanya yang kulihat mata itu penuh cinta.Segera kupalingkan wajah ke arah lain. Ternyata tiga pasang mata juga memperhatikan segala tingkah dan gestur tubuhku."Yuk, makan dulu!" ucap Sarap kemudian.Sarah melayani anak-anak dengan kasih. Dia juga tak segan mengambil lauk untukku. Sudah seperti keluarga yang komplet. Mampukah aku menjadi bagian dalam keluarga Sarah?Sambil makan, sesekali kami bercerita tentang segala hal. Melihat kelucuan Atta aku sempat tertawa. Alangkah bahagianya andaikan semua ini cepat terwujud tanpa ditutupi."Perkedelnya enak,Pram," kata Sarah de
Bab 43 Keinginan AskaMinggu pagi yang cerah, aku membuka mata dengan berat. Kuraba Sarah yang semalam tidur di sampingku. Dia telah pergi.Semalam telah terjadi pergulatan hebat yang membuat diriku semakin tergila-gila. Sarah memang berpengalaman dalam urusan ranjang. Dia mencoba mengajari permainan baru.Hmmm. Aku tersenyum puas. Kerinduan yang lama terpendam sudah pecah telur semalam. Permainannya semakin beringas. Wanita itu memberikan madu yang sangat manis.Aku segera bangkit untuk membersihkan diri. Hari ini aku ada janji dengan Aska untuk menemaninya main footsal.Ketika keluar kamar, Aska sudah menunggu di ruang tamu. Remaja itu sudah berpakaian olah raga. Wajahnya bersinar nampak bahagia.
Aska menatapku sejenak. Kami bersiap untuk pulang karena sudah siang.Kulirik sebentar ponselku. Siapa sih yang berusaha menelpon?"Mas, kita pulang yuk!" ajak Aska."Baiklah." jawabku.Kami melangkah menuju tepi lapangan. Kurangkul pundak Aska seperti teman sendiri. Kami memberesi tas dan perlengkapan."Teman-teman aku cabut dulu, ya?" teriak Aska pada temannya.Hanya lambaian tangan dari mereka ketika Aska pamitan pulang. Mereka tampak asyik bermain bola.Sebelum pulang kusempatkan mengirim pesan kepada Sarah.[Sayang, aku udah selesai. Aska ngajak pulang. Kamu di mana?] pesan kukirim.Belum ada jawaban
Bab 45.Di dalam mobil aku hanya diam. Mataku fokus ke arah jalan raya. Sore itu sangat ramai. Apalagi ketika melewati kawasan Blok M. Lalu lintas padat merayap. Hanya bunyi klakson yang berbunyi. Banyak sekali mengemudi yang tidak sabar untuk saling mendahului.Kulirik Sarah sebentar. Dia menyenderkan kepalanya di jok dengan rileks. Matanya terpejam dan bibirnya menyungging senyuman. Aku sengaja menyetel lagu romantis untuk menemani perjalanan kita.Malam mulai merayap. Suasana malam itu sangat ramai. Pikiranku mengembara tidak tahu arah. Duuh … isi dompetku kosong. Gengsi sekali ketika Sarah mengajak kencan harus selalu menggunakan uangnya."Sayang," panggilku lirih." Kita ke mana?" tanyaku pelan.
Bab 46Kehadiran sosok pria itu sontak membuat Sarah sedikit grogi. Apalagi dengan posisi yang sangat dekat denganku. Dia menyambut pria itu dengan agak sedikit gugup."Eh, Mas Hans!" seru Sarah dengan nada agak gugup.Sarah menghampiri pria itu dan menyalaminya. Sosok yang dipanggil Hans tersenyum sangat manis. Aku hanya berdiri terpaku sekian detik. Tidak tahu apa yang akan kulakukan. Baru kemudian bisa menguasai diri.Mencoba tersenyum dalam situasi yang tidak terduga dengan pria itu. Nampak sosok borjuis itu terkesan dingin dan hanya melirikku.Sikapnya tidak bersahabat dan kurang begitu ramah. Apakah aku nampak seperti gembel? Senyumku terbang percuma. Rasanya sampai menusuk dalam jantung.