Bab 84
Sarah membantuku mengumpulkan berkas yang berserakan. Sesekali tanganku memegang hidung yang masih sakit. Tangan kekar Pak Hans tidak mampu aku elakkan.
Setelah semua rapi, aku duduk di sofa. Amarahku masih membara.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kalian bisa berantem?" tanya Sarah sambil mengelap darah yang keluar dari hidungku.
Aku meringis sakit. Tanganku memegang jemari Sarah yang halus.
"Kamu penyebabnya," jawabku singkat.
"Aku?" Sarah menunjuk ke arah mukanya.
Aku mengangguk pelan. Terus kupandangi istriku yang cantik ini. Tinggal beberapa hari lagi menuju pesta yang kami rencanakan. Seolah b
Bab 85 [Sayang, datang ke meja pojok ada pelanggan yang nekat]Aku menulis pesan untuk Sarah. Aku masih berdiri di depan Santi dengan tangan yang sibuk memainkan ponsel. Dia masih berdiri canggung.Wanita yang pernah lama mengisi hari-hariku mendadak menjadi seperti orang asing saat ini.Jujur. Di dalam hatiku yang paling dalam masih belum bisa melupakan sosok ini. Wanita ayu putri juragan sembako di desaku. Hanya karena dia aku semangat untuk mencari pekerjaan di kota metropolitan.Sekarang dia telah berubah menjadi wanita yang sangat glamour. Cara berpakaian dan dandanannya sangat mencolok. Sehingga aku tidak mengenalnya lagi.'Kita telah berubah, San. Waktu telah merubah seg
Setelah menerima panggilan dari Aska, mendadak muka Sarah menjadi tegang. Dia menghentikan makannya. Dibiarkan es itu tidak disentuh."Ada apa, Yang?" tanyaku mencoba mencari tahu."Kita pulang sekarang,Pram. Aska mendapat kabar kalau papahnya sedang dirawat di rumah sakit. Dia muntah darah," jawabnya dengan gelisah.Sarah membereskan tas kecil yang ditentengnya dan beranjak dari tempat duduknya.Tanpa banyak kata aku berdiri d
Sudah seminggu Zoel berada di rumah sakit. Setelah menjalani operasi ginjal, keadaan pria itu berangsur membaik. Sarah hanya menanggung semua biaya operasi Zoel. Dia hanya sekali menengok Zoel ketika operasi ginjalnya berhasil.Aska masih setia menemani papahnya. Sarah tidak pernah melarang putranya untuk bertemu dengan ayah kandungnya. Aska memang sangat merindukan papahnya. Hampir setiap hari remaja itu pergi ke rumah sakit untuk menjenguk papahnya.Hari ini aku berencana pulang kampung lagi. Aku akan mempersiapkan surat yang diperlukan untuk acara pernikahanku dengan Sarah.Aku juga akan mempersiapkan Lamaran untuk keluarga Sarah. Walaupun aku adalah orang kampung yang miskin tetapi aku punya tata karma yang harus dijaga.
"Tersenyumlah!" pintaku."Aku akan membawamu untuk membuka lembaran yang baru.I want to be with you forever. Life well, laugh often and love much.Kita nikmati anugerah yang telah diberikan Tuhan untuk hidup kita. Masih banyak orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan kita, Sayang. Semangat!Besuk aku akan pulang menjemput ibu dan Nita. Akan kupersiapkan lamaran untukmu, Sarah."Aku memegang pipi Sarah dan mengusap lembut. Perlahan Sarah tersenyum. Air mata yang menetes berubah menjadi binar bahagia."Bagus gak cincinnya, Sayang?" tanyaku
Aku mengantar Pram hingga ke garasi mobil. Hari ini dia mengendarai mobil untuk menjemput ibunya dan Nita.Masih terasa pelukan hangat dari Pram. Dia juga mencium keningku. Bibirnya mengecup lembut pipiku."Aku pamit dulu,ya, Sayang," ujar Pram."Hati-hati, Pram! Salam buat ibu dan Nita," pesanku.Pram masuk ke dalam mobil dan perlahan meninggalkan rumah. Aku masih menunggunya hingga mobil warna merah itu menghilang dari pandangan mata.Segera aku masuk ke dapur untuk mempersiapkan sarapan buat ketiga anaku. Aku ingin membuat pancake kesukaan Aska.Hari ini Aska mengajakku untuk kembali membesuk Bang Zoel. Aku sebenarnya
Sore itu segera aku memacu mobil menuju restoranku. Anak-anak sudah berada di rumah. Mereka asyik bermain dengan Bi Iyem.Dalam perjalanan menuju restoran pikiranku mengembara membayangkan kemungkinan terburuk yang akan dilakukan Mas Hans. Ujian terberat buatku. Semua serasa begitu datang tanpa aku duga.Situasi arus lalu lintas di daerah Kebayoran Baru agak lengang. Sehingga aku bisa memacu sedikit laju mobilku menuju restoran.Sesampai di restoran, mobil Mercedes warna hitam kepunyaan Mas Hans sudah terparkir di depan restoran.Perasaanku kok jadi tidak enak. Sebelum masuk ke dalam restoran, aku menyempatkan untuk menelpon Pram."
Bab 91 Penangkapan HansDetik itu aku sudah merasa pasrah. Tidak ada yang bisa kulakukan. Perlawanan yang kuberikan hanya membuat tenagaku semakin habis. Mataku terpejam seakan maut ingin menjemputku.Pria yang selama ini sangat kukagumi dan kuhormati ternyata mampu melakukan tindakan di luar kesadaran. Aku hanya bisa berdoa dalam hati menunggu keajaiban yang mungkin terjadi.BRAAAAAK.Terdengar suara pintu dari luar. Entah siapa yang melakukannya. Berbarengan dengan Hans yang ingin meruda paksa diriku."MOM!" teriak seorang laki-laki yang datang mendobrak."BRENGSEK!" pekik dia lagi.&nbs
Pukul 4 sore, aku sudah sampai di kampungku. Mobil avanza warna hitam yang kukendarai masuk ke halaman rumahku yang agak sempit.Aku menghela nafas panjang. Hampir saja mobil ini oleng dan menabrak trotoar di daerah pantura. Tiba-tiba bayangan Sarah menyelinap dalam ingatanku hingga aku lupa menekan pedal gasEntah mengapa perasaanku begitu tidak enak. Siang tadi Sarah minta izin untuk bertemu dengan Hans. Aku tahu Hans telah berubah. Sikapnya menjadi lain sejak Sarah mengumumkan pertunangannya dengan dirikuDitambah panggilan selulerku tidak segera dijawab oleh Sarah. Namun aku sedikit lega karena dia sudah membalas chat pesan dariku.Perlahan aku membuka pintu mobil. Membetu