Share

92. Sivia Menangis

"Apa maksudmu? Kau ingin pergi kemana?" Balas sang ibu dari seberang.

"Ke sebuah tempat. Ibu tidak perlu tau. Dan kali ini ibu tidak perlu membantuku lagi. Aku akan berusaha untuk diriku sendiri. Ibu tidak perlu khawatir," kata Nalini sambil menahan tangis.

"Nak, ayo kita bertemu. Kau dimana sekarang?" tanya sang ibu.

"Aku harus pergi sekarang, Bu. Maaf tidak bisa menemuimu. Akan semakin sulit bagiku untuk pergi jika aku bertemu denganmu. Maafkan aku, Bu. Tak pernah bisa jadi anak yang baik untuk ibu," kata Nalini.

"Siapa yang mengatakan bahwa kau bukan anak baik? Kau anak baik. Kau anak kebanggaanku," jawab ibu.

Nalini menggeleng meskipun sang ibu tak bisa melihatnya, "Aku anak pembangkang. Tidak pernah menuruti perintah ibu dan ayah. Maafkan aku."

Nalini buru-buru menutup telepon karena dia sudah tak sanggup untuk menahan tangisannya. Isak tangisnya kini tumpah. Dia tak bisa membendung lagi genangan air di pelupuk matanya. Dia tak peduli jika supir taksi melirik dari kaca spion
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status