Share

56

"Sudah makan?" tanya Bunda. Dia terus mengamati wajahku. Ia bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa semalam.

"Udah, Bun." Suaraku terdengar lirih.

"Tapi wajahmu pucat. Ayo, makan. Bunda baru saja beli pecal. Ayo." Ajaknya, dia menggenggam tanganku. Aku menatap ke arah Mas Angga dan dia mengangguk, lalu ia membuntut di belakangku.

Kini, aku duduk di kursi menghadap meja panjang yang ada di belakang butik. Bunda membuka plastik berisi beberapa bungkus pecal, meraih satu kemudian meletakkannya di hadapanku. Diraihnya satu lagi dan diletakkan di depan Mas Angga duduk. Kemudian, Bunda kembali meraih satu untuknya sendiri.

"Itu yang kamu dan Angga makan sebenarnya untuk karyawan Bunda, tapi gak papa, nanti bunda suruh beli lagi," kata Bunda sambil menyuap, tatapannya tertuju ke wajahku.

Aku menyendok perlahan, sambal pecalnya begitu pedas, tapi terasa enak di perut, itu membuatku menyuap lagi dan lagi. Kalau tadi aku makan rasanya gak enak, kini terasa enak. Mas Angga tersenyum melihat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status