Share

76

POV Angga

Begitu mobil parkir di halaman rumah Dinda, aku segera turun. Begitu pun Dinda, dia turun dari mobilnya lantas berjalan cepat menghampiriku dengan senyum terkembang lebar. Tangannya terulur ke arahku lalu dengan tak sabar ia menarikku menuju teras rumahnya. Aku mengikutinya dengan perasaan was-was dan tegang. Maka saat kami tiba di depan pintu, aku memutuskan berhenti.

"Kenapa, Mas?" tanya istriku dengan sorot heran. Aku ingat jelas pertemuanku terakhir kali dengan Mama. Mama terlihat jengkel sekali padaku, tatapannya padaku penuh kebencian.

Aku mengusap keringat dingin di dahi. Mau ketemu Mama rasanya seperti mau sidang skripsi saja. Dan perasaan, sidang skripsi rasanya tidak setegang ini. Aku cukup berprestasi selalu juara satu saat sekolah dulu, waktu kuliah juga IP-ku juga tidak mengecewakan. Aku sebelas dua belas dengan Ardy yang sama-sama ber-otak encer, beda dengan Sisil yang hampir semua nilainya jeblok. Jadi, yang kurasakan saat ini, tegangnya melebihi sidang skrips
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status