Sejak sore tadi, saat Bulan yang tiba-tiba menghubunginya dan memberitahu Sitta bahwa kini Bulan sudah ada di Jakarta, menginap di salah satu hotel mewah di pusat Jakarta, Sitta yang merasa tak sabar ingin bertemu sang kakak, terus mencari cara yang tepat untuknya bisa pergi keluar dari rumahnya.Pasalnya, sang ibu Ranti, benar-benar tak mengizinkan Sitta keluar hari ini, bahkan hanya sekadar untuk membeli cemilan ke warung."Besok hari pernikahanmu, banyak kejadian buruk calon pengantin celaka karena keluar rumah di waktu mendekati hari pernikahannya."Begitulah kurang lebihnya ucapan Ranti pada Sitta yang membuat Sitta jadi kelabakan sendiri.Dia benar-benar ingin sekali keluar agar bisa bertemu dengan sang Kakak, Bulan, hari ini juga. Dan sialnya, setelah Sitta bulak-balik naik turun tangga mengawasi situasi, ibundanya yang memang sibuk hari ini terus saja stand by di toko laundrynya seharian.Alhasil, hingga malam tiba, Sitta tak juga menemukan cara untuk bisa kabur dari rumahnya.
Hujan yang mengguyur kota Jakarta malam ini cukup deras.Sesampainya Sitta di resto yang dia tuju, hujan tak kunjung berhenti juga."Lo ada payung nggak, Ndi?" tanya Sitta begitu Andi selesai memarkirkan mobil."Ada nih satu, lo pakai aja gih duluan, gue mau beli rokok dulu, Ta," kata Andi saat itu."Lah, kalau gue pakai payung ini ke resto, lo pakai apa beli rokok?""Ada jas ujan nih, gampanglah gue mah. Udah lo masuk duluan sana, pesenin gue makanan yang enak ya?""Ah, otak lo emang nggak jauh-jauh dari makanan," ejek Sitta yang kemudian keluar dari mobil dan menggunakan payung milik Andi menuju resto.Setengah berlari, Sitta menerjang hujan.Sesampainya di resto, Sitta menguncupkan kembali payungnya dengan tatapan yang menyisir area resto, hingga akhirnya dia pun menemukan keberadaan Bulan sang Kakak yang duduk tepat di tengah-tengah resto khas korea itu.Kak Bulan sama siapa?Lelaki?Pacarnya kah?Terka Sitta yang hanya bisa menduga-duga saat melihat adanya sosok lain yang duduk m
Malam itu, Kahfi tidak benar-benar pulang.Dia menunggu di dalam mobil yang terparkir di lahan parkir resto.Sebelum dia bisa bicara empat mata dengan Bulan malam ini, Kahfi tidak akan pulang. Dia harus mendapat jawaban itu sekarang sebelum hari pernikahannya dengan Sitta berlangsung esok hari.Entah kenapa, semua menjadi serba sulit bagi Kahfi saat ini.Tak ada waktu baginya sampai esok hari.Itulah sebabnya, Kahfi pun terpaksa menahan kantuk demi menunggu kepulangan Bulan dari resto tersebut.Setelah menunggu kurang lebih satu jam, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh Kahfi pun datang ketika dia melihat Sitta dan Andi baru saja pulang meninggalkan lahan parkir resto, disusul sosok Bulan yang berjalan keluar dari arah resto menuju parkiran mobil.Hujan saat itu sudah reda, Kahfi pun langsung keluar dari mobilnya dan menghadang langkah Bulan yang berjalan sendirian.Bulan yang terkejut reflek memundurkan langkah, meski setelahnya dia jadi mengurut dada lega begitu tahu bahwa lelak
Semua orang tahu bahwa sebuah pernikahan adalah acara sakral yang tentunya diharapkan hanya terjadi satu kali seumur hidup.Bagi sebagian orang, menikah bukan hanya tentang halalnya seseorang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis, melainkan sebagai bentuk pembuktian diri bahwa kita sudah mampu bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.Bertanggung jawab sebagai pasangan suami istri yang bisa saling merangkul dalam suka dan duka, serta pahit dan manisnya kehidupan.Namun semua itu berbeda dengan apa yang kini tengah dijalani oleh Kahfi dan juga Sitta.Keduanya memang menikah.Menjalani prosesi pernikahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menjadi sepasang pengantin yang sah di mata hukum dan agama.Meski sejatinya, di dalam hati mereka masing-masing, tak sama sekali berpikir untuk menjalani pernikahan kelak dengan keseriusan dan tanggung jawab, tanpa memperhitungkan lebih lanjut, sebab akibat yang akan muncul di kemudian hari.Baik itu Kahfi mau pun Sitta, hanya ingin terbe
Reygan baru saja mendapat kiriman video, berupa rekaman CCTV di sebuah hotel di Bandung yang terjadi kurang lebih dua bulan yang lalu, beberapa hari sebelum kematian Kelvin sang adik berlangsung, di mana di dalam rekaman CCTV itu, Reygan melihat Kelvin datang ke hotel tersebut untuk menemui seorang wanita.Dan wanita yang ditemui oleh Kelvin alias Keling hari itu adalah Bulan alias Nanda. Wanita murahan yang sangat dia benci.Itulah sebabnya, Reygan yang kebetulan sedang berada di luar kota malam tadi, langsung bertolak ke Jakarta menggunakan jet pribadi setelah dia mendapat informasi mengenai keberadaan Bulan di acara resepsi pernikahan Kahfi dan Sitta pagi ini.Tak ingin menunda waktu lebih lama, Reygan harus tahu, ada hubungan apa di antara adiknya dengan Bulan selama ini?Datang ke acara resepsi tanpa undangan, awalnya Reygan tak diperbolehkan masuk, hingga setelah asisten kepercayaannya mengajak bicara beberapa orang penjaga keamanan yang berada di depan gedung resepsi, barulah d
"GUE UDAH PERINGATIN LO UNTUK NGGAK GANGGU NANDA LAGI, KAN? TAPI, LO MASIH JUGA BERULAH! AN*ING!" teriak Kahfi dengan luapan emosinya yang meledak-ledak.Aksi Kahfi yang hendak memukuli Reygan berhasil digagalkan oleh tiga orang bodyguard Reygan, hingga Kahfi pun hanya mampu berontak mencoba melepaskan diri.Bangkit dari lantai basement seraya membenahi pakaiannya yang berantakan, Reygan berdiri menghadap Kahfi setelah sebelumnya dia menarik paksa Bulan mendekat, tentu masih dengan caranya yang kasar."Lepasin Nanda, Reygan! Belum cukup lo buat hidup dia menderita? Sekarang lo masih mau nyakitin dia, hah?" Teriak Kahfi yang mulai putus asa karena cekalan para bodyguard itu yang tak mampu dia atasi sendirian."Lo bisa tanya sendiri sama cewek ini sekarang, kapan dan di mana gue pernah memperkosa dia!" Ucap Reygan dengan tangannya yang mencengkeram kuat lengan Bulan."Lepas, Reygan, sakit," rintih Bulan yang mulai menangis."Heh," tatapan Reygan kini beralih ke Bulan. Lelaki itu kembali
Setelah berkumpulnya keluarga hingga pembahasan mengenai Kahfi dan Bulan selesai, mereka pun bubar untuk langsung beristirahat.Karena pelaksanaan resepsi tersebut di sebuah aula hotel bintang lima di Jakarta, jadilah pihak keluarga tidak pulang melainkan kembali menuju kamar hotel masing-masing.Wisnu bersama Laras, Fahri bersama istri dan anak-anaknya, sementara Kalila dan Ranti masing-masing tidur sendiri di kamar yang berbeda.Ranti bahkan tak memesankan kamar untuk Bulan saat itu, karena dia yang tak sama sekali mengharapkan kehadiran Bulan di acara resepsi pernikahan Sitta."Kakak, nggak menginap aja dulu di sini?" Tanya Sitta saat dirinya pergi mengantar Bulan ke arah parkiran mobil.Kahfi juga ikut bersama mereka, hanya saja, lelaki itu memilih untuk menunggu di lobi hotel ketimbang ikut mengantar ke luar."Kakak pulang aja, Ta. Kan Kakak sudah menyewa hotel lain, nggak jauh juga dari sini hotelnya," jawab Bulan dengan senyuman manisnya.Sitta yang masih mengenakan kebaya peng
Malam ini, cahaya bulan penuh menerangi langit bumi. Memancarkan rona keemasan di tengah kelamnya angkasa.Kahfi tampak terpaku dalam posisi berdiri menghadap dinding kamar hotel yang berlapis kaca. Menatap ke arah langit cerah di atas sana.Pikiran lelaki itu penuh oleh sosok Bulan.Bukan Bulan yang kini sedang dia lihat di angkasa, melainkan Bulan, wanita yang menjadi cinta pertamanya.Perasaan bersalah dan khawatir itu bercampur menjadi satu dalam benak Kahfi saat ini, terhadap Bulan.Seandainya saja semua memungkinkan baginya, Kahfi ingin sekali menemani Bulan malam ini, karena Kahfi yakin bahwa Bulan membutuhkan seseorang di sisinya setelah apa yang terjadi di basement gedung resepsi tadi.Kahfi benar-benar tak habis pikir dengan Reygan, kenapa lelaki itu tak ada habisnya mengganggu Bulan?Memang sejak dulu, Reygan itu sudah brengsek. Tak berbeda jauh dengan dirinya. Itulah sebabnya, kenapa dulu Kahfi dan Reygan bisa bersahabat, karena mereka memang banyak memiliki kesamaan dalam