Semua orang tahu bahwa sebuah pernikahan adalah acara sakral yang tentunya diharapkan hanya terjadi satu kali seumur hidup.Bagi sebagian orang, menikah bukan hanya tentang halalnya seseorang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis, melainkan sebagai bentuk pembuktian diri bahwa kita sudah mampu bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.Bertanggung jawab sebagai pasangan suami istri yang bisa saling merangkul dalam suka dan duka, serta pahit dan manisnya kehidupan.Namun semua itu berbeda dengan apa yang kini tengah dijalani oleh Kahfi dan juga Sitta.Keduanya memang menikah.Menjalani prosesi pernikahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menjadi sepasang pengantin yang sah di mata hukum dan agama.Meski sejatinya, di dalam hati mereka masing-masing, tak sama sekali berpikir untuk menjalani pernikahan kelak dengan keseriusan dan tanggung jawab, tanpa memperhitungkan lebih lanjut, sebab akibat yang akan muncul di kemudian hari.Baik itu Kahfi mau pun Sitta, hanya ingin terbe
Reygan baru saja mendapat kiriman video, berupa rekaman CCTV di sebuah hotel di Bandung yang terjadi kurang lebih dua bulan yang lalu, beberapa hari sebelum kematian Kelvin sang adik berlangsung, di mana di dalam rekaman CCTV itu, Reygan melihat Kelvin datang ke hotel tersebut untuk menemui seorang wanita.Dan wanita yang ditemui oleh Kelvin alias Keling hari itu adalah Bulan alias Nanda. Wanita murahan yang sangat dia benci.Itulah sebabnya, Reygan yang kebetulan sedang berada di luar kota malam tadi, langsung bertolak ke Jakarta menggunakan jet pribadi setelah dia mendapat informasi mengenai keberadaan Bulan di acara resepsi pernikahan Kahfi dan Sitta pagi ini.Tak ingin menunda waktu lebih lama, Reygan harus tahu, ada hubungan apa di antara adiknya dengan Bulan selama ini?Datang ke acara resepsi tanpa undangan, awalnya Reygan tak diperbolehkan masuk, hingga setelah asisten kepercayaannya mengajak bicara beberapa orang penjaga keamanan yang berada di depan gedung resepsi, barulah d
"GUE UDAH PERINGATIN LO UNTUK NGGAK GANGGU NANDA LAGI, KAN? TAPI, LO MASIH JUGA BERULAH! AN*ING!" teriak Kahfi dengan luapan emosinya yang meledak-ledak.Aksi Kahfi yang hendak memukuli Reygan berhasil digagalkan oleh tiga orang bodyguard Reygan, hingga Kahfi pun hanya mampu berontak mencoba melepaskan diri.Bangkit dari lantai basement seraya membenahi pakaiannya yang berantakan, Reygan berdiri menghadap Kahfi setelah sebelumnya dia menarik paksa Bulan mendekat, tentu masih dengan caranya yang kasar."Lepasin Nanda, Reygan! Belum cukup lo buat hidup dia menderita? Sekarang lo masih mau nyakitin dia, hah?" Teriak Kahfi yang mulai putus asa karena cekalan para bodyguard itu yang tak mampu dia atasi sendirian."Lo bisa tanya sendiri sama cewek ini sekarang, kapan dan di mana gue pernah memperkosa dia!" Ucap Reygan dengan tangannya yang mencengkeram kuat lengan Bulan."Lepas, Reygan, sakit," rintih Bulan yang mulai menangis."Heh," tatapan Reygan kini beralih ke Bulan. Lelaki itu kembali
Setelah berkumpulnya keluarga hingga pembahasan mengenai Kahfi dan Bulan selesai, mereka pun bubar untuk langsung beristirahat.Karena pelaksanaan resepsi tersebut di sebuah aula hotel bintang lima di Jakarta, jadilah pihak keluarga tidak pulang melainkan kembali menuju kamar hotel masing-masing.Wisnu bersama Laras, Fahri bersama istri dan anak-anaknya, sementara Kalila dan Ranti masing-masing tidur sendiri di kamar yang berbeda.Ranti bahkan tak memesankan kamar untuk Bulan saat itu, karena dia yang tak sama sekali mengharapkan kehadiran Bulan di acara resepsi pernikahan Sitta."Kakak, nggak menginap aja dulu di sini?" Tanya Sitta saat dirinya pergi mengantar Bulan ke arah parkiran mobil.Kahfi juga ikut bersama mereka, hanya saja, lelaki itu memilih untuk menunggu di lobi hotel ketimbang ikut mengantar ke luar."Kakak pulang aja, Ta. Kan Kakak sudah menyewa hotel lain, nggak jauh juga dari sini hotelnya," jawab Bulan dengan senyuman manisnya.Sitta yang masih mengenakan kebaya peng
Malam ini, cahaya bulan penuh menerangi langit bumi. Memancarkan rona keemasan di tengah kelamnya angkasa.Kahfi tampak terpaku dalam posisi berdiri menghadap dinding kamar hotel yang berlapis kaca. Menatap ke arah langit cerah di atas sana.Pikiran lelaki itu penuh oleh sosok Bulan.Bukan Bulan yang kini sedang dia lihat di angkasa, melainkan Bulan, wanita yang menjadi cinta pertamanya.Perasaan bersalah dan khawatir itu bercampur menjadi satu dalam benak Kahfi saat ini, terhadap Bulan.Seandainya saja semua memungkinkan baginya, Kahfi ingin sekali menemani Bulan malam ini, karena Kahfi yakin bahwa Bulan membutuhkan seseorang di sisinya setelah apa yang terjadi di basement gedung resepsi tadi.Kahfi benar-benar tak habis pikir dengan Reygan, kenapa lelaki itu tak ada habisnya mengganggu Bulan?Memang sejak dulu, Reygan itu sudah brengsek. Tak berbeda jauh dengan dirinya. Itulah sebabnya, kenapa dulu Kahfi dan Reygan bisa bersahabat, karena mereka memang banyak memiliki kesamaan dalam
"Loh, baju gue mana? Kenapa nggak dipake?" tanya Kahfi saat melihat Sitta keluar dari kamar mandi mengenakan kebaya pengantinnya yang bahkan belum dia pasang resletingnya.Itulah sebabnya, Sitta terus berdiri menghadap Kahfi karena tak mau Kahfi melihat punggungnya yang terbuka.Mau meminta tolong untuk memasangkan resleting kebayanya pada Kahfi, rasanya tidak mungkin, karena itu sama saja dia menceburkan diri ke dalam jurang."Males banget pake kemeja bekas lo, bau keringet gitu! Idih!" Seru Sitta dengan wajah judesnya."Enak aja keringet gue bau, keringet gue wangi tau!" Balas Kahfi tak terima.Setelah mondar-mandir mencari keberadaan tas ransel miliknya yang ternyata memang tak ada di kamar itu, Sitta jadi kesal sendiri."Lo ngapain sih? Aneh banget, biasa aja jalannya, pake nutupin punggung begitu? Emang punggung lo kenapa? Korengan?"Sitta tak menyahut.Ada baiknya dia mengambil posisi aman di tempat tidur dan merebahkan diri di sana mengingat pakaiannya yang tak normal saat ini.
"Heh, bangun! Bangun, Sitta!" Kahfi mengguncang bahu Sitta agar gadis itu terbangun dari tidur.Hari sudah pagi dan Kahfi sudah rapi dengan setelan casual nya. Bahkan, Kahfi sudah sarapan duluan karena perutnya yang memang sangat lapar ketika terbangun dari tidur tadi.Menggeliat di tempat tidur, Sitta berusaha mengumpulkan nyawa seraya mengucek kedua matanya yang begitu berat untuk terbuka.Sampai akhirnya, ketika otak Sitta mulai sinkron kembali dengan keadaan, nyawa berkumpul penuh dengan raga, kedua bola mata gadis berusia delapan belas tahun itu pun melotot cepat hingga tatapannya kini tertuju pada sosok Kahfi yang masih berdiri di sisinya."Ngapain lo? Jangan macem-macem ya?" Jerit Sitta yang dengan cepat kembali menutupi tubuhnya dengan selimut tebal yang dia kenakan tadi malam. Dan yang membuat Sitta terkejut adalah, saat dia mendapati selimutnya dalam keadaan sudah setengah tersingkap."Heh, lo ngigo? Gue cuma mau bangunin lo tau! Cepetan bangun, siap-siap. Kita pergi. Ini pa
"Sitta?" Panggil Rain, seraya melangkah cepat keluar pintu lobi."Rain?" Pekik Sitta disertai dengan senyuman lebarnya yang manis. Sitta sendiri tak menyangka bisa bertemu dengan Rain di sini.Dia adalah teman Sitta balapan motor, namun Rain tidak pernah bergabung dengan genk motor alias berdiri sendiri. Rain adalah orang yang independen. Dia suka kebebasan dan tak mau hidupnya terkekang oleh apa pun."Aduh, aura-aura pengantin baru, cerah banget kayaknya?" ujar Rain dengan wajah tampannya yang menggoda. "Ngapain di sini pagi-pagi? Suami lo mana?" tanya Rain kemudian."Hm, dia lagi ada kerjaan sama klien di atas, gue bosen makanya keluar, cari angin, hehehe," jawab Sitta beralasan. "Lo sendiri ngapain di sini?" tanya Sitta balik.Rain tersenyum lebar. Dia mengajak Sitta menjauh dari para penjaga di depan lobi hotel. "You know lah, kerjaan gue," Rain mengerling, membuat kedua alis hitamnya terangkat bersamaan.Sitta meninju bahu Rain. "Ih, dasar! Jadi bener, lo kerja jadi gigolo?" Peki