aku Uci seorang gadis lugu. ini pertama kalinya menerima lamaran seorang pria kaya dan tampan. aku menempuh pendidikan di salah satu universitas negeri terkenal di semarang.
singkat cerita, setelah lama menjalani hubungan LDR selama 4 tahun dengan sang pujaan hati. kadang sesekali hanya bertemu melalui skype dan via telpon pada zaman itu.sejak pertama jadian sampai selesai berkuliah, baru kali ini, aku dan calon suamiku berjumpa dan bertatap mata langsung.jantungku berdegub kencang saat ia mengetuk daun pintu rumahku, untuk berjumpa dengan orangtuaku. dengan perlahan kaki ku melangkah maju menuju daun pintu, untuk mempersilahkanya masuk.kulihat orang yang paling aku idamkan selama ini sudah berada di depan mataku, benar-benar menakjubkan, dengan wajah yang tampan, berperawakan tinggi, berkulit putih, dengan tatapan tajamnya menghiasi mata sipit yang indah itu sedang memandangi wajahku, pipi ku terasa hangat karena memerah ulah tatapannya.perasaan ini tak bisa di gambarkan karena rasa rindu yang tak terbendung. dalam hati aku bergumam " lelaki ini yang aku impikan untuk menjadi suamiku". selama berpacaran jarak jauh, dia benar-benar penuh effort untuk memperjuangkan cintanya untukku, yaah... bisa dibilang sangat bucin padaku.lamunan ku pecah, oleh ucapan salam darinya ""assalamualaikum cantik, kok kamu malah bengong" ucapnya.sontak aku kaget dan tersenyum ramah dan menjawab salamnya, si tampan ini miliku namanya fauzan."wa'alaikumussalam,silahkan masuk" ujarku sambil menyunggingkan senyuman manis.kupersilahkan masuk dan disambut oleh ibuku. dia menyambut tangan ibuku untuk bersalaman, sungguh sopan sekali, dia tidak mau bertemu denganku jika ibu tidak mendampingi kami.setelah beberapa saat, berbincang tibalah saatnya ia mengucapkan kalimat yang membuat aku semakin berdebar."maaf bu, kedatangan fauzan kesini ada maksud dan tujuan" ucap fauzan tanpa keraguan."silahkan nak, utarakan saja tak perlu sungkan" jawab ibuku."insya Allah, jika ibu mengizinkan. saya ingin meminang anak ibu, uci.ucap fauzan, sambil menatap kearahku." masya Allah naak.. dengan senang hati. silahkan nak fauzan bicarakan dulu sama Abahnya ya untuk niat baik nak fauzan ini." lanjut ibu." inggih bu. memang.. sebelum kesini fauzan sudah bicara sama abah, terkait niat ini. kalo boleh beberapa hari lagi fauzan akan membawa abah beserta keluarga kerumah ibu." lanjut fauzan.tentu saja ibuku dengan senang hati menerima pinangannya, karena selama aku berkuliah di kota semarang jarang pulang kampung. karena ibuku seorang janda, terkadang saat libur kuliah calon suamiku ini sering menjenguk ibuku untuk menanyakan kabar, tanpa segan fauzan mendatangi rumah walaupun aku tak berada di rumah.ibuku selalu memuji perilakunya yang amat sangat baik kepada keluargaku, ia mendekatkan diri bukan hanya untuk menginginkan ku saja tapi juga mendekatkan diri dengan keluargaku. sikapnya yang lembut terhadap orang tua membuat hatiku luluh, dengar restu ibuku aku menjatuhkan pilihan kepadanya.tersentak aku saat ibu menanyakan kepadaku"apakah kamu siap untuk menyambut kedatangan abah fauzan, nak?" tanya ibuku."insyaAllah siap bu, jika ibu sudah merestui uci." sambil meanggukan kepala dan malu-malu ,aku mengiyakan tanpa ragu.dengan wajah lega, aku melirik wajah tampan calon suamiku itu mengucapkan alhmdulillah secara lirih. kemudian ibu menyambung pembicaraannya terkait mahar, beliau menyerahkan kepadaku sepenuhnya.dengan lembut fauzan mengajukan pertanyaan kepadaku. "berapakah mahar yang uci pinta untuk meminang?"dengan nada yang serius dan haqqulyakin, aku menjawab "insyaAllah, aku tidak meminta mahar apapun, terserah padamu dan pada keluargamu saja. hanya saja aku ingin mengajukan beberapa perjanjian pra nikah saja, jika kamu berkenan? aku siap menikah jika kamu memenuhi perjanjian yang aku ajukan" ucapku dengan tegas. "katakan saja, apa itu hal yang harus aku penuhi, insyaAllah aku akan penuhi dengan sungguh-sungguh" ucap fauzan dengan keseriusan.ibu hanya memandang kami berdua dan menyimak perjanjian yang akan aku ajukan, dengan tampak terkejut ibu membelai pundaku. karena sebelumnya aku tidak pernah membicarakan soal penjanjian pranikah kepada ibuku."uci akan uraikan apa saja perjanjian itu di depan kedua orangtua, kita agar sama-sama memahami isi perjanjian tersebut sekaligus menjadi saksi" ucapku."baiklah, semoga saja saya sanggup" ucap fauzan.Di lubuk hati yang paling dalam aku sangat ingin menikah dengannya, tapi jika fauzan menolak perjanjian itu dengan iklas aku akan membatalkan pernikahan.karena menurutku sangat penting sekali perjanjian pranikah untuk dijadikan komitmen. sebelum melakukan ibadah terpajang selama hidup bersamanya.jika ia sanggup berati ia berhak menjadi suamiku.dengan saling berjanji, disana akan terlihat apa dan bagaimana seseorang memegang kata-kata dan tanggung jawabnya dalam janji tersebut.menurutku "seorang lelaki dilihat dari kata dan tanggung jawabnya sedangkan perempuan dilihat dari cara ia menjaga kehormatannya."perlunya 2 hal tersebut dalam memilih pasangan hidup.------------setelah fauzan datang kerumah kemarin, ibuku mempertanyakan perjanjian seperti apa yang akan aku ajukan, beliau khawatir perjanjian yang akan aku buat itu mempersulit calon suamiku. setelah sholat magrib ibu menghampiriku yang sedang menggantungkan mukena merah jambuku. " nak, apakah mengajukan persyaratan tersebut harus di utarakan?" tanya ibuku jawab dengan lembut pertanyaan ibuku tersayang ini."ibu enggak usah khawatir ya.. kalo jodoh tidak akan kemana. perjanjian yang uci ajukan tidak akan memberatkan fauzan, dan insyaAllah justru untuk keharmonisan rumah tangga kami kelak,bu." kataku sambil memegang kedua tangan sepuh ibuku. kami saling tersenyum.keesokan harinya, nampak mobil putih mendarat, diparkiran depan rumah kayu kami yang sederhana. ku lihat melalui jendela, nampah calon suamiku, dan seorang lelaki berdampingan bersama menuju pintu rumahku, diiringi 1 orang wanita, nampaknya itu adalah calon kakak iparku.aku berlari kearah dapur untuk, memanggil ibuku yang sedang
setelah berdebat panjang, nampak fauzan menghela nafas. ia melonggarkan pernafasannya, kemudian berbisik ke abah. entah apa yang ia bisikkan aku pun penasaran. "baiklah, jika itu keinginan uci. alhamdulillaaah... fauzan memutuskan akan tetap melangsungkan acara pernikahan ini, dengan menerima persyaratan yang sudah uci ajukan." ucap abah." bagaimana, apakah uci bersedia dipinang oleh fauzan?" lanjut abah. tersenyum haru, aku menjawab dengan anggukan kepala pertanda setuju. dengan wajah cerah fauzan menatap kearahku sambil menadahkan tangan mengucap alhamdulillah dan mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah tampannya. pertanda bahwa dia benar-benar meninginkanku dan akupun sama menginginkannyadeg,... "alhamdulillaaaah.. akhirnya, halal juga hubungan jarak jauh yang sudah dibina sekian lama itu. refleks aku dalam hati sangat bahagia, dengan linangan air mata yang menyelimuti dua bola mataku.setelah menetapkan hari pernikahan kami, fauzan dan keluarganya izin pamit untuk pulang
setelah selesai melaksanakan kegiatan dapur, aku langsung bergegas untuk berwudhu karena sudah memasuki adzan magrib. sambil mengenakan mukena merah jambuku, dan duduk di atas sajadah yang sudah aku hamparkan menghadap kiblat. selang berapa lama bang fauzan mengetuk pintu kamar. "dek, apa abang boleh masuk sekarang?" tanya bang fauzan. "silahkan masuk bang,.." jawabku dengan sedikit canggung. lagi dan lagi jantungku berdebar kencang, melihat senyumnya tersirat diwajah tampan itu.bang fauzan langsung menempati sajadah yang sudah aku sediakan, ia berdiri tepat di depanku, dan langsung melantunkan iqomah, pertanda sholat akan dilaksanakan.setelah sholat, dzikir dan berdoa. bang fauzan membalikan badannya, mengarahkan duduk tepat dihadapanku sambil mengulurkan tangannya ke arahku. ku sambut dengan sedikit malu, karena pertama kalinya mengalami keadaan yang sungguh indah ini. nikmat cinta yang sudah lama aku impikan, bersama suami yang sangat aku cintai. kucium punggung tangannya, ku
malam semakin larut, ku tatap jam yang ada dinding kamarku menunjukkan pukul 22.05 wib. ku tatap ke arah wajah suamiku berjalan membelakangi pintu kamar, seraya berjalan melaju ke arahku yang duduk termanggu di pinggiran ranjang pengantin kami. wajah tampan itu menyiratkan senyum manisnya ke padaku, sembari membungkukkan badannya ke arahku dan meraih tanganku. tak bisa ku menolak tangannya, hanya pasrah entah apa yang mau dia lakukan aku cuma terdiam dengan perasaan malu. "uci kenapa sayang? katakan jika ada hal yang membuat kamu tidak nyaman? apa abang harus tidur diluar saja, takutnya uci tidak nyaman ada abang disini?" lanjut suamiku sambil duduk di sampingku."jangan bang, disini saja... maafkan uci, uci cuma malu kepadamu" jawabku, sambil menunduk."tak perlu malu sayang, abang tidak akan menggigitmu." lanjut nya sambil tertawa, dan mengangkat daguku dengan tangan kirinya agar aku menatap wajahnya.aku terdiam..." sayangkuu, kamu pasti capek seharian ini silahkan tidur, aku ti
malam ini benar-benar indah, dekorasi kamar yang hangat membuat pikiran melayang. hanya berdua di kamar pengantin, bersama suami tampanku. benar-benar membuatku lumpuh, tunduk takluk dihadapannya.dibaringkannya dengan lembut tubuhku diatas sprey pengantin berwarna putih itu. seraya membelai wajah dan rambutku. aku terdiam saat ia mulai berani menyentuh bibirku dengan jari jemarinya. sudah tidak bisa aku menggambarkan lagi, gejolak hati ini. kami sudah terombang ambil di peraduan cinta.sepasang insan manusia ,sedang bercumbu rayu di kesunyian malam. dengan nafas menderu, ia menunaikan tugasnya sebagai seorang suami malam ini.di ujung-ujung peraduan kami saat melakukan hubungan cinta itu. tak tau mengapa, ku lihat wajah suamiku tampak memucat dan terdiam, matanya berair seolah berkaca-kaca. aku tidak mengerti, mengapa tiba-tiba dia terdiam dan menangis.ku dekati ia dan bertanya.. "abang, kenapa kamu menangis??" sambil ku belai lembut bahunya.ia menepis tanganku, saat mengusap b
setahun telah berlalu, pernikahan yang kami jalani seakan hambar. sikap suamiku yang semakin dingin membuatku, semakin merasa bersalah. kucoba untuk memperbaiki semua, agar suami memaafkanku. namun tetap saja, sikapnya semakin hari semakin membuatku tak berharga sebagai istrinya.kebetulan hari ini suamiku libur kerja, nampak ku lihat ia sedang duduk disofa sambil memainkan handphone nya. ku hampiri ia dengan niat hati ingin mencoba mencairkan suasana hati kami yang sudah lama membeku. semenjak kejadian malam pertama, tak pernah lagi bercanda romantis, kadang hanya saling diam-diaman saja, hanya berbicara seperlunya." abaang,... kita jalan-jalan yuk sayang, uci udah lama ga jalan-jalan sama abang, bosan rasanya di rumah terus, abang kan udah libur kerjanya". ujarku manja sambil memeluk lengan suamiku." maaf abang ga bisa, besok harus lembur" jawab nya , sambil menepis pelukan tanganku dari lengannya. ia beranjak menuju kekamar tidur dan berpindah tempat dengan melanjutkan main hp n
mendengar suara mobil suamiku, seperti biasa aku selalu membukakan pintu dan berlari kecil ke arah pintu depan rumah. dalam benakku, tak biasanya suamiku pulang lebih awal seperti ini. ada apa?fauzan merasa tubuhnya tak enak, sehingga hari ini izin untuk pulang saja. sesampai memasuki halaman rumah dan memarkirkan mobilnya, nampak ia berjalan dengan lunglai keluar dari mobil. melihat keadaanya wajahnya yang pucat, dengan cemas hatiku tak terasa langsung mengejar kearahnya dengan tergopoh-gopoh ku peluk tubuh lunglai suamiku itu."abaaang... abaang... abaang kenapa???" tanyaku dengan cemas. sambil ku papah menuju kamar tidur. nampak keringat dingin bercucuran di kepalanya membuat ku semakin kebingungan."perut abang sakit, kepala rasanya pusing, perut rasanya bergejolak, tadi sempat muntah berkali-kali" jawabnya sambil meringis. "iyaa sayaaang, sebentar yaa uci ambilkan obatnya" jawabku. sambil memposisikan tubuhnya untuk senderan didipan agar posisi abdomennya lebih rendah dari ker
aku hanya menghela nafas, mengingat perkataan suami dan kakak iparku. serba salah jadinya, ego suamiku begitu tinggi susah untuk mengajaknya mengomunikasikan kemarahannya terhadapku. sudah setahun ini, sikapnya tak pernah baik padaku.ku beranikan diriku untuk mengajak suamiku untuk mengutarakan kesalahanku dalam mengurusnya selama ini. huft.. bismillah ucapku dalam hati.."abang... maaf, apakah uci bisa ngobrol sebentar sama abang?ini penting sekali bagi uci bang. lantasku" sambil duduk di sampingnya."tidak ada yang perlu dibicarakan !" ujarnya dengan tegas."sekali ini saja bang, uci mohooon... ". ucapku dengan perasaan penuh harap." abang capek ! sudah sana jangan dekat-dekat. kerjakan saja pekerjaan rumahmu jangan ganggu aku" ujarnya dengan sedikit emosi.aku hanya terdiam dan tertegun mendengar hentakan suaranya dengan mata yang berkaca-kaca.------keesokan harinya..seperti biasa ku sediakan sarapan dan pakaian kerjanya. nampak suamiku keluar dari kamar mandi, wajahnya terl