"Kenapa kau bahkan tidak bisa membuka mulutmu!" Jamilah saat semua orang sudah membubarkan diri termasuk Fatia Yang telah Pergi. wanita itu menghampiri dan merebut tanganku dengan cepat, dia mencengkeramnya sambil melotot padaku."Kenapa kau tidak bisa memberikan kesaksianmu, katakan bahwa isi gugatan kita itu benar adanya!""tapi, itu tidak benar!" jawabku "apa kau gila Mas, kita berusaha untuk membuat wanita itu meninggalkanmu jadi tolong ikuti saja aturannya dan katakan saja iya jika Hakim bertanya!""ya, baik.""sepertinya kau masih kasihan pada Fathia ya," ucap Mila dengan sinis. "bukan begitu mil tapi aku rasa kita terlalu kejam padanya," balasku. "kau tahu kan, memfitnah orang itu dosa dan balasan dari membuat fitnah itu sangat menyedihkan!""bisa-bisanya kau berpikir seperti itu mas, bagaimana cara mendapatkan tujuan dan ambisi kita kalau kau tidak bisa bermain dengan cerdik. dasar bodoh!"wanita itu mendelik padaku lalu berjalan meninggalkan diri ini menuju lokasi parkir, d
setibanya di sana Mila dan pengacara sudah menungguku, begitu melihatku datang di ujung koridor wanita itu langsung menyongsong diri ini dan menyambutku. "kau ke mana saja Mas pagi-pagi sudah pergi dari apartemen, Aku khawatir kau tidak akan datang.""aku ke rumah orang tuaku.""Apa kau terus ragu dengan semua ini?"tanya wanita itu yang seakan menangkap keraguanku."tidak aku hanya....""hanya apa?""tidak ada, Apa yang telah kau siapkan untuk hari ini mila? apalagi yang akan kau lakukan untuk mempermalukan Fatia?"wanita itu tertawa berderai atas pertanyaanku, dia menggelengkan kepala sambil menatapku dengan tatapan yang licik."memangnya kenapa. Apa kau menghawatirkan istrimu?" "Apa yang telah kau siapkan?" aku bertanya berulang kali."Aku membawa saksi untuk membuktikan tuduhan kita!""apa?""aku bawa dua orang yang akan bersaksi kalau dia memang punya utang!""kau yakin, Fathia akan diam saja dengan permainanmu?""dia tidak akan bisa melawanku karena aku membawa pengacara dan pe
suasana menjadi tegang, karena perkataan Fatia yang tiba-tiba mengakui kalau ia punya hutang ratusan juta, tidak pernah mengurusi keluarga dan hanya berfoya-foya saja. dia mengakui tuduhan yang sangat keji atas dirinya. aku tahu Fathia telah banyak orang karena kebohonganku di ruang persidangan, sungguh aku adalah pendosa yang mungkin akan melebur di Kerak neraka karena kezalimanku pada istriku. "astaga wanita itu mengaku, Apa benar dia melakukan semua itu?" hadirin yang ada di belakangku terdengar berbisik. "tapi aku yakin dia tidak bersalah, ini pasti tekanan suaminya yang memaksa dia untuk menyetujui perceraian," ujar pengunjung lain."gila ya, segini dramanya mau cerai, sampai istri yang tidak bersalah dipermalukan seperti itu!" Begitu alotnya persidangan hingga membuat majelis hakim sedikit kebingungan dan orang-orang di ruang sidang rusuh karena berbeda pendapat. majelis hakim, akhirnya menunda putusan sampai minggu depan, dan kami semua diminta untuk membubarkan diri. deng
"Sejak kembali dari persidangan Kenapa kau diam saja mas?" Mila menyambangi diri ini yang sedang duduk di balkon, kubiarkan udara berhembus ke arahku sambil merenungi setiap perbuatanku pada istriku."aku minta maaf karena telah bersikap berlebihan, aku tahu sulit bagimu untuk segera melupakan istrimu, seharusnya aku memberimu waktu dan ruang agar bisa bicara dengan Fathia dan menyelesaikan hubungan kalian!"mudah saja wanita itu berceramah di hadapanku, mudah saja bersikap seakan dirinya tidak bersalah dan tidak terlibat antara konflik aku dan Fathia. padahal orang yang paling gencar menginginkan perceraian Kami adalah dia.hmm, sekali lagi aku hanya bisa menghela nafas.. "mas, Apa kau tidak mau memaafkanku?""aku memaafkanmu, biarkan aku sendiri, Aku sedang berpikir tentang banyak hal.""apalagi yang kau pikirkan? Apa kau ragu tentang hubunganmu denganku?""tidak mila, tolonglah, aku ingin sendiri dulu jadi biarkan aku!""tapi Kenapa kau ingin sendiri, Apa kau menyesal di keputusa
setelah pulang ke rumah ibuku, aku mulai berpikir untuk bicara dengan Fatia, aku mulai merasakan penyesalan di hatiku dan ingin kembali pada istriku tapi terlalu malu untuk mengungkapkannya. jadi, aku berniat untuk mengunjunginya. *rumah itu masih sama, penataan keadaan dan suasananya, masih kurindukan sebagai satu-satunya tempat pulang yang damai. ada suara anak-anak yang ceria, mereka bermain dan bercanda bersama ibunya sementara aku hanya berdiri di ambang teras dengan hati Masygul. suara tawa anak-anak bergema dan sesekali Ibu mereka menegur agar tidak terlalu berlebihan dalam canda, suara Fathia terdengar lembut dan bijaksana, bahkan setelah aku meninggalkannya dia tidak mengubah rumah yang kami beli dengan penuh perjuangan ini. semuanya masih sama dan kembali membangkitkan kenangan-kenangan tentang keluargaku.perlahan pintu terbuka, dan Fatia muncul dari sana, aku gugup dan rasanya ingin kabur dari tempat itu tapi dia sudah memergoki kehadiranku. "aku melihat pantulanmu dar
kembali dari rumah Fathia aku mulai memikirkan tentang putusan yang terjadi di pengadilan. boleh Jadi kami akan resmi berpisah atau mungkin juga gugatanku ditolak. dari hati terdalam aku mulai berharap bahwa Hakim mau membatalkan semua ini dan mengembalikanku bersama istriku. aku mulai merasa berat melanjutkan hubungan dengan Mila, aku merasa aku diambang kehancuranku bila terus nekat mau menikahi wanita itu. * "mas, kamu di mana?" mila meneleponku saat aku sedang menyetir. "sedang menuju rumah ibuku." "Apa kau tidak akan kembali ke apartemen?" "tidak dulu." "kenapa?" "karena kita belum menikah," jawabku asal saja. lalu wanita itu tertawa dari seberang sana. "baru sekarang kau malu berkumpul denganku dengan alasan bahwa kita belum menikah. lalu, Apa kabar hubungan yang telah kita lakukan sebelumnya bahkan lebih dari hubungan orang yang sudah menikah! kenapa kau lupa Mas?" "kemarin memang lupa tapi sekarang aku sudah ingat, dosa tidak bisa dibiarkan menumpuk lalu kita nya
"Sebenarnya apa yang terjadi tante?" "aku menemukannya terkapar di kamar mandi, kami membawanya ke rumah sakit dan untung saja masih bisa diselamatkan, aku mohon padamu agar kau menepati janjimu.""iya, Tante, tapi saya sedang butuh waktu dan menabung Karena sejujurnya saya sudah kehilangan pekerjaan." kejujuranku pada wanita itu akan membuatnya berpikir bahwa aku tidak bisa menjanjikan kemewahan dan gemerlapnya hidup kepada putrinya. dia harus mengetahui segalanya sebelum tahu dari orang lain. "apa katamu?" wanita itu bersurut dan terlihat ragu dariku. "iya, Tante, saya dipecat sejak lama sejak perselingkuhan saya dan Putri Tante ketahuan, saya dipecat sementara Mila hanya dipindahkan ke daerah lain. tapi, karena dia tidak mau jauh dariku maka itu membuat masalah dalam pekerjaannya.""dia rela kehilangan semuanya demi kamu Kevin, dia tidak sayang dengan pekerjaannya karena lebih memilih untuk bersamamu. bahkan dia berjanji pada ayahnya bahwa pernikahannya denganmu adalah perminta
empat hari setelah menikah itu adalah jadwal persidanganku. aku harus menghadiri putusan untuk menerima perceraianku dengan Fatiya. pertama masuk ruang sidang aku terkejut dengan penampilan istriku, Dia terlihat sangat cantik seperti wanita karir mengenakan celana pantalon panjang dan blazer hitam, jilbabnya sangat cantik cocok dengan dianya. brosnya juga berkilau tertimpa cahaya lampu di ruang sidang. "apa kabar Fat.""apa lagi yg bisa terjadi padaku. Aku berusaha bangkit dari kenyataan yang ada. Aku tidak mau terpuruk dan terus menangis gara-gara dirimu, jadi, aku harus menata hidupku," jawabnya tersenyum. melihatnya yang penuh energi positif, aku merasa kecil hati seakan aku sudah melihat sebuah kesuksesan dan kebahagiaan di depan mata untuknya, aku merasa sangat tersaingi olehnya. "rasanya ingin kubatalkan semua ini fat," ucapku lirih.wanita itu tertawa berderai menunjukkan deretan giginya yang rapi dan senyumnya selalu sayangnya aku baru menyadari kembali Kalau istriku tid