"AH!"
Aku tengah melamun saat kemudian aku terkejut mendengar suara Kale yang mengaduh. Aku reflek bangkit melihat Kale yang melepaskan jagung bakar yang dia pegang, berganti meniupi tangannya.Sepertinya dia terkena bara api tanpa sengaja sehingga jemarinya menjadi terbakar. Tanpa pikir panjang, aku langsung berjalan mendekat padanya, menarik tangannya yang terluka."Ayo, aku bantu obati!"Tidak perduli walaupun Kale kebingungan, aku langsung menariknya ke arah wastafel cuci tangan yang ada tidak jauh dari sana. Aku mengaliri tangannya yang memerah dengan air mengalir selama beberapa saat. Setelahnya aku meniup tangannya itu secara perlahan, berulang kali."Mbak, ini bukan luka besar kok. Saya tadi teriak karena saya kaget. Mbak bisa balik ke taman aja bareng yang lain, biar saya aja yang obatin sendiri."Aku menggeleng. Terus meniup tangannya."Enggak. Aku mau obatin tangan kamu dulu, baru setelah itu balik ke sana.""Saya jago loh bakar jagung."Aku sama sekali tidak berniat untuk menjawab ucapannya itu. Lagipula siapa yang perduli kalau dia jago membakar jagung?"Wah! Saya enggak nyangka loh kalau Mas Adnan bisa bakar jagung? Kebetulan saya lapar dan enggak cukup cuma satu jagung aja. Boleh dong kalau Mas Adnan bakarin saya jagung? Pasti enak deh!"Aku langsung menoleh pada Kale yang menanggapi ucapan Adnan. Dengan senyum bodohnya, anak itu menyerahkan nampan jagung yang isinya masih banyak ke arah Adnan. "Yang lain juga kayaknya belum kenyang cuma makan satu jagung doang. Gimana kalau Mas Adnan tunjukan kehebatan Mas Adnan dalam membakar jagung di hadapan semua orang? Bisa-bisa Mas Adnan bakalan jadi karyawan terbaik tahun depan nih!"Aku memalingkan wajah, berusaha menahan tawa mendengar ucapan Kale yang berlebihan. Ikut dengan permainan yang dimainkan oleh Kale, Anak-anak lain ikut menimpali ucapannya."Wah! Benar banget. saya
Apa kalian pernah bertemu dengan seseorang yang sudah jelas salah namun berputar-putar mencari pembenaran? Apa yang kalian lakukan jika berhadapan dengan orang seperti itu?Jika pertanyaannya dikembalikan padaku, maka aku akan langsung menjawab bahwa aku akan langsung memukul orang itu agar otaknya sedikit bergeser dan dia menjadi sadar. Sayangnya, saat ini aku tidak bisa melakukan itu karena yang ada di hadapanku adalah wanita yang sedang hamil. sayang sekali."Lo pikir gue akan berterimakasih sama lo ketika lo bilang kalau lo enggak minta dia nikahin lo? Begitu?Sejak tadi aku masih mencecarnya dengan segala macam ucapan yang merupakan bentuk kemarahan ku. Aku sebenarnya tidak marah, hanya merasa kesal."Sekalipun lo enggak berniat buat nikah sama dia, gue enggak perduli. Karena dengan dia tidur sama lo aja udah berarti putus hubungan sama gue."Dia menatapku dengan cemas. "Tapi kami enggak sengaja tidur bareng.""Gue enggak pe
Aku pikir aku tidak akan pernah melihat wajah itu lagi setelah hubungan kami berakhir, namun tanpa aku duga Fattah justru sudah ada di depan rumahku pagi ini. Jadi untuk alasan ini kah dia menghubungiku sejak tadi? Untuk memberitahu kan bahwa dia sudah ada di depan rumahku?Pura-pura tidak melihat, aku justru berjalan keluar begitu saja sambil memesan ojek online lewat aplikasi. Namun tentu saja dia tidak membiarkan aku begitu saja."Aku dari tadi nelponin kamu tapi enggak kamu angkat."Aku diam, mengabaikan ucapannya dan menganggap bahwa dia tidak ada."Aku udah nunggu kamu dari tadi pagi karena takut enggak ketemu sama kamu. ada yang mau aku omongin."Masih sama, aku justru menunduk sambil membolak-balik aplikasi ojek yang sebenarnya tinggal menunggu sampai abangnya datang."Aku dengar kalau kemarin Imelda nemuin kamu. Makanya pagi ini aku langsung kesini buat ketemu kamu, aku pengen kamu enggak salah paham dengan apapun yang d
Hal yang paling membahagiakan bagi karyawan seperti kami adalah dapat pulang tepat waktu tanpa harus buru-buru menyelesaikan pekerjaan. Hari ini kami diberi keistimewaan itu untuk pulang di jam lima teng, tidak masalah kalaupun pekerjaan kami belum selesai.Kata Mas Adit, ini karena hari ini akan diadakan kunjungan oleh atasan dari kantor pusat sehingga para petinggi dimulai dari Kepala Divisi harus menyabut dan menjelaskan kinerja tim mereka dalam waktu sebulan ini. Dan para kroco seperti kami diminta pulang agar tidak menganggu."Lo beneran mau langsung pulang? Mampir dulu yuk!"Aku menoleh pada Lalisa yang sudah berdiri di depan mejaku. Wajahnya tampak tidak bersemangat, padahal aku sendiri merasa gembira riang tak terkira karena dapat pulang lebih cepat."Enggak mau ah. Palingan juga lo ngajakinnya ke mall."Dia menyengir menanggapi tebakan ku itu."Mall adalah tempat yang paling nyaman dan aman untuk dikunjungi. Buat cewek,
Lambat laun, Tuhan seperti menyentak kesadaran dan kesombongan ku tentang perasaan. Itu semua terjadi di hari paling menyakitkan dalam hidup ku. Itu adalah saat hari pernikahan Fattah dengan Imelda, dimana luka yang aku pikir akan berdarah-darah, justru baik-baik saja berkat seseorang.Saat itu aku sudah bertekad untuk tidak datang sekalipun Fattah mengirimkan undangan nya padaku tiga hari sebelum hari pernikahan. Tiga hari sebelum hari pernikahan itu, aku menangis dan mengurung diri di dalam kamar saat mendapati nama Fattah yang harusnya bersanding dengan namaku di undangan, justru kini dengan wanita lain.Keluargaku mencemaskan aku, bahkan Aleya sampai menginap di rumah dan membujuk aku untuk keluar dari kamar. Tapi seharian itu aku benar-benar tidak keluar kamar, bahkan aku beralasan sakit untuk tidak masuk kantor. Aku hanya ketakutan menghadapi tiga hari lagi dimana aku akan mendapatkan kabar terburuk sepanjang hidupku. Bahwa mantan calon suamiku meni
Karena dihadiahi tatapan tanpa henti sepanjang aku berada di tempat resepsi itu, pada akhirnya aku dan Kale tidak bisa makan dengan tenang dan memilih langsung meninggalkan tempat acara.Alhasil kini kami terdampar di warung bakso yang tidak jauh dari tempat acara untuk mengisi perut lapar kami."Padahal makanan di sana tadi lumayan enak. Sayang banget kita enggak bisa makan banyak."Mendengar keluhan yang disuarakan oleh Kale, aku mengulum senyum tipis."Ya tentu saja enak. Itu semua aku yang pilih menunya."Terbayang di benakku saat aku dan Fattah mengunjungi produksi katering rumahan yang menjadi konsumsi di acara pernikahan kami. Aku sendiri yang memilih semua menunya setelah mencoba tester yang diberikan oleh pemilik katering itu."Oh ya? Selera lidah Mbak lumayan juga. Nanti kalau saya ada acara syukuran gitu, saya akan minta kontak kateringnya sama Mbak."Kepalaku mengangguk. Sedang tanganku menyendok bakso yang w
Ini salahku! Aku yakin bahwa ini adalah salahku.Karena setelah kejadian di toko sepatu itu, hanya aku yang menjadi salah tingkah setiap kali bertemu dengan Kale. Padahal Kale sendiri biasa saja, mungkin kejadian itu sama sekali tidak berarti baginya karena selang beberapa saat setelah dia 'mencium' pelipis ku, dia langsung meminta maaf dengan santai tanpa ada adegan kikuk sama sekali.Yang menyebalkan adalah aku yang kena imbasnya. Bahkan setelah tidak bertemu dengannya di satu hari libur, saat senin perasaanku masih tidak baik-baik saja. Aku bahkan tidak bisa menatap matanya dengan benar."Lo kenapa sih? Beneran sakit mata?"Aku tidak mendongak sama sekali walaupun Lalisa berdiri tepat di depanku. Maksud dari pertanyaannya adalah karena hari ini aku memakai kacamata hitam ke kantor dengan alasan bahwa mataku merah karena sedang sakit mata. Padahal faktanya, aku hanya tidak ingin orang-orang tahu betapa salah tingkah nya aku saat berta
Satu bulan meninggalkan hari dimana pernikahan Fattah diadakan, aku sudah tidak lagi memikirkannya. Selain karena aku memang berusaha keras untuk move on, juga karena kesibukan di kantor membuat aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan yang lainnya lagi. Hampir setiap hari kami lembur, sehingga hampir setiap hari juga aku dan Kale pulang menggunakan taksi online karena bus tidak ada lagi setelah melewati jam delapan. Terkadang hanya ada aku dan Kale saja saat pulang, namun terkadang Fahri juga pulang bersama dengan kami seperti terakhir kali. Kesibukan ini dikarenakan perusahaan tempatku bekerja sedang membuka kantor cabang baru sehingga membutuhkan banyak sekali tenaga kerja. Dan tim kami lah yang harus bekerja keras untuk memilah orang-orang yang melamar lewat email dan kemudian mengirimkan undangan interview pada mereka.Penderitaan kami ini baru akan selesai setidaknya satu minggu lagi."Mbak, yang terkahir udah saya kasih tanda ya. Kualifi